Liputan6.com, Jakarta - Seorang penumpang pesawat AirAsia X bersuara di Facebook pada 20 Februari 2023, berbagi informasi perihal lakban kuning yang digunakan untuk menambal sandaran tangan unit transportasi udara tersebut.
Penumpang pesawat yang diduga warga Malaysia ini menulis, "Saya malu. Orang asing pasti berpikir mereka akan pergi ke negara yang sangat terbelakang. Pesawat ditambal dengan lakban. Penerbangan internasional!!"
Advertisement
Baca Juga
Penerbangan D7379 tercatat terbang dari Taipei, Taiwan, ke Kuala Lumpur, Malaysia. Atas unggahan tersebut, AirAsia mengatakan pada CNA bahwa lakban yang menutupi sandaran tangan kursi adalah "perbaikan kabin kosmetik" dan lakban itu merupakan "tindakan sementara."
Rekaman itu terlihat di beberapa baris kursi di pesawat. "Hanya kelas bisnis yang tidak terpengaruh," komentar pengguna lain di salah satu foto.
Kepala teknik AirAsia X menyambung bahwa itu "bukan masalah keselamatan" dan lakban vinil kuning digunakan di tengah kekurangan suku cadang yang memengaruhi operasi maskapai. Dilaporkan bahwa lakban vinul khusus biasanya digunakan untuk perbaikan kabin kosmetik, kata perwakilan AirAsia X.
Ia menambahkan bahwa penggunaannya bertujuan "memprioritaskan agar tamu kami tiba dengan selamat dan tepat waktu." Proses perbaikan saat ini sedang berlangsung secara progresif. Terungkap pula bahwa pesanan suku cadang yang dilakukan pada Agustus 2022 telah tiba minggu lalu.
Ini bukan kali pertama penerbangan AirAsia jadi buah bibir warganet. Tahun lalu, seorang penumpang mengklaim bahwa ia dan keluarganya dikeluarkan secara tidak adil dari pesawat AirAsia. Pasalnya, penerbangan dengan rute Kuala Lumpur, Malaysia-Chiang Mai, Thailand ini diduga overbooked.
Kronologi
Dalam kronologi, pengguna Facebook Susan Yong, seperti dirangkum Says, 3 Desember 2022, mengatakan ia memesan tiket pesawat tersebut pada April 2022 untuk bepergian bersama ibu, suami, dan mertuanya. Tidak ada kendala yang dilaporkan sampai hari penerbangan, yakni 19 November 2022.
Ketika mencoba check-in di loket di Bandara Internasional Kuala Lumpur 2, ia diberitahu staf bahwa penerbangan tersebut sudah penuh dan penerbangan lain akan diatur untuk mereka. Yong menulis bahwa staf konter layanan telah menyarankan agar mereka mengambil penerbangan ke Chiang Mai keesokan harinya.
Tapi, ia menolak tawaran tersebut karena mereka telah menyewa mobil dan memesan kamar hotel. "Staf kemudian mengatakan bahwa mereka dapat mengatur agar kami mengambil penerbangan pukul 8 malam (hari) itu ke Thailand," ia mengatakan.
"Jadi, saya bertanya, '(Kota) mana di Thailand?' dan mereka menjawab, 'Bangkok,'" imbuhnya. Saat bertanya lebih lanjut, Yong mengatakan, staf konter layanan kemudian tiba-tiba memberitahunya bahwa masalah kursi penerbangan mereka telah diselesaikan.
Advertisement
Tiket Tulisan Tangan
Pihak maskapai meminta rombongan penumpang pesawat itu menitipkan barang bawaan mereka di bagasi untuk naik ke pesawat. Mengikuti instruksi staf, Yong dan suaminya menitipkan barang bawaan mereka dan diantar ke gerbang keberangkatan oleh seorang karyawan.
Ia menyebut, mereka juga diberi tiket tulisan tangan oleh konter layanan, dan diberi tahu bahwa kursi akan disortir saat naik pesawat. Yong mengatakan, semuanya berjalan lancar sampai, sekali lagi, di pesawat, staf mengatakan bahwa mereka tidak memiliki kursi karena nama Yong dan suaminya ada dalam daftar "No Show" dalam penerbangan.
Seorang pramugari meminta mereka menunggu sementara ia mencoba mengatur dua kursi untuk rombongan tersebut. Namun, seorang staf laki-laki tiba-tiba datang ke pesawat dan dengan kasar menyuruh mereka pergi. "Ia masuk (ke dalam pesawat) dan sikapnya sangat buruk saat meminta kami turun dari pesawat, saya kaget," Yong bercerita.
"Anda tidak punya tiket, tolong turun dari pesawat sekarang, Anda tidak boleh berada di sini," katanya mengutip perkataan staf pria tersebut.
Menolak Turun dari Pesawat
Ketika suami Yong meminta penjelasan atas perlakuan kasar tersebut, mengingat mereka dipandu sampai ke pesawat, diberi tiket yang ditulis tangan, dan dijanjikan tempat duduk, staf laki-laki tersebut menyatakan, "Apakah Anda tidak tahu? Tiket tidak berlaku, kami sudah menjelaskannya pada Anda dengan jelas, silakan pergi sekarang."
Yong mengatakan, ia dan suaminya bingung dan tidak mau turun dari pesawat karena orangtua mereka sudah duduk di dalam. Pasangan ini memberi tahu staf bahwa mereka khawatir pesawat akan lepas landas dengan orangtua mereka berada di dalam.
Staf pria itu kemudian mengancam akan memanggil keamanan. Karena mereka tidak mau bergerak, Yong mengatakan petugas keamanan datang untuk mengawal mereka turun dari pesawat
"Setidaknya enam hingga tujuh dari mereka dengan sikap yang sangat buruk datang dan mengusir kami dari pesawat seperti penjahat. Mereka sangat kasar dan saya sangat takut. Untungnya, kami juga memanggil orangtua kami tepat waktu," tulis Yong di unggahan Facebook-nya.
Ia juga menyertakan dua video yang menunjukkan keluarganya dikeluarkan secara paksa dari pesawat oleh petugas keamanan. "Setelah turun dari pesawat, saya tidak bisa berbicara dan menangis," imbuhnya. Yong mengatakan, staf bandara kemudian mengatur penerbangan untuk mereka ke Chiang Mai keesokan harinya dan memberi mereka akomodasi untuk bermalam.
Advertisement