Sejarah White Day, Tradisi Balasan Valentine yang Dirayakan Setiap 14 Maret di Korea Selatan

Tidak hanya di Korea Selatan, White Day juga umum dirayakan di Jepang dan Taiwan.

oleh Asnida Riani diperbarui 14 Mar 2023, 18:02 WIB
Diterbitkan 14 Mar 2023, 18:02 WIB
tangan pasangan cinta
ilustrasi white day/Photo by Kelly Sikkema on Unsplash

Liputan6.com, Jakarta - Tradisi balasan Valentine, White Day, dirayakan setiap 14 Maret. Ini adalah semacam Hari Valentine kedua yang tidak hanya dirayakan di Korea Selatan, namun juga Jepang dan Taiwan.

Sementara di Hari Valentine orang memberikan hadiah pada orang lain untuk mengungkapkan cinta, saat White Day, giliran orang yang menerima hadiah yang memberi bingkisan pada orang yang mereka cintai. Namun di White Day, Anda perlu memberikan tiga kali lipat jumlah hadiah yang Anda terima di Hari Valentine, dikutip dari National Today, Selasa (14/3/2023).

Dalam catatan sejarahnya, White Day tidak semata didefinisikan sebagai perayaan tepat satu bulan setelah Hari Valentine. Selebrasinya disebutkan lekat dengan budaya Jepang. Hari Valentine datang ke negara itu pada 1930-an, dan pertama kali dirayakan secara luas di Negeri Sakura pada 1936.

Namun, itu tidak langsung jadi populer, dan orang-orang tidak terlalu tertarik merayakannya hingga akhir 1960-an. Ini dirayakan sedikit berbeda di Jepang karena dipandang sebagai kesempatan bagi perempuan untuk menunjukkan bahwa mereka menyukai laki-laki.

Wanita Jepang pada hari ini memberikan cokelat mahal pada pria yang mereka sukai. Kemudian pada 1997, sebuah perusahaan penganan kecil yang berbasis di Fukuoka memasarkan marshmallow pada para pria di  tanggal 14 Maret, sebulan setelah hari Valentine, sebagai hadiah pada gadis-gadis yang mereka sukai.

Mereka menyebutnya "Hari Marshmallow," balasan untuk hari Valentine. Toko tersebut kemudian disarankan mengubah nama perayaan tersebut jadi White Day. Tren ini terus berlanjut, dan banyak perusahaan di Jepang mulai memasarkan marshmallow dan cokelat putih pada hari ini.

Penyebaran Tradisi White Day

Bahasa Cinta
Ilustrasi perayaan White Day di Korea Selatan. Credit: pexels.com/Flexi

Tradisi White Day kemudian menyebar ke negara-negara Asia lain, seperti Korea Selatan dan China. Orang-orang menghadiahkan cokelat, perhiasan, pakaian dalam, dan semua yang disukai wanita pada hari ini. Namun, hari ini bukan hanya untuk wanita menerima hadiah.

Hari ini adalah cadangan yang sempurna bagi siapa saja yang menerima hadiah di Hari Valentine untuk membalas budi. Penyebutan White Day merujuk pada anggapan warna putih sebagai simbol kesucian dan diasosiasikan dengan cinta remaja dalam budaya Jepang.

Meski White Day mungkin tidak hadir di negara-negara lain, seperti Indonesia, bukan berarti Anda tidak bisa merayakannya. Anda tetap dipersilakan merayakan White Day bersama orang tersayang dengan cara Jepang. Salah satu aktivitas yang disarankan adalah berbagi kisah perayaan White Day favorit Anda di media sosial.

Tercatat juga bahwa jika Anda tidak menerima hadiah apa pun pada Hari Valentine dan Anda tidak membalasnya pada White Day, Anda dapat merayakan Black Day pada 14 April.

Sejarah Hari Valentine

Ilustrasi kata-kata ucapan, Hari Valentine
Ilustrasi kata-kata ucapan, Hari Valentine. (Photo by Jamie Street on Unsplash)

Tanggal 14 Februari secara rutin diperingati sebagai Hari Kasih Sayang di berbagai belahan dunia. Secara tradisional, Hari Valentine dimanfaatkan untuk menunjukkan rasa cinta, khususnya pada pasangan.

Valentine diambil dari nama seorang tokoh agama terkenal St Valentine, rangkum kanal Health Liputan6.com. Ada berbagai versi cerita soal tokoh ini. Cerita populer tentang St Valentine mengatakan bahwa ia adalah seorang pendeta dari Roma pada abad ketiga masehi.

Di masa itu, Kaisar Claudius II melarang pernikahan karena menurutnya pria yang menikah adalah prajurit yang buruk. Namun, Valentine merasa ini tidak adil sehingga ia melanggar peraturan dan mengatur pernikahannya secara diam-diam.

Saat Claudius mengetahuinya, Valentine dijebloskan ke penjara dan dijatuhi hukuman mati. Di sana, ia jatuh cinta dengan putri sipir dan ketika dibawa untuk dieksekusi pada 14 Februari, ia mengirim surat cinta pada kekasihnya bertanda, "dari Valentine-mu."

Melansir BBC, Valentine Day pertama kali dirayakan pada tahun 496, meski belum dapat dipastikan 100 persen kebenarannya. Ini menunjukkan bahwa Hari Valentine jadi tradisi yang sangat tua dan diperkirakan berasal dari festival Romawi.

 

Perkembangan Perayaan Hari Valentine

Ilustrasi Hari Valentine. (Pexels)
Ilustrasi Hari Valentine. (Pexels)

Bangsa Romawi mengadakan festival yang disebut Lupercalia pada pertengahan Februari atau awal musim semi mereka. Diperkirakan sebagai bagian dari perayaan, ada permainan khas yang dilakukan. Dalam permainan tersebut, laki-laki mengambil nama perempuan dari sebuah kotak yang telah disediakan.

Perempuan yang namanya terpilih secara acak dari dalam kotak pun akan jadi pacar laki-laki tersebut selama festival berlangsung. Namun, terkadang ada pula yang hubungannya berlanjut hingga ke jenjang pernikahan.

Tapi, gereja ingin mengubah festival ini jadi perayaan Kristen dan memutuskan menggunakannya untuk memperingati St Valentine juga. Lambat laun, Hari Valentine mulai digunakan orang-orang untuk mengungkap perasaannya pada orang yang dicintainya.

Hari Valentine juga identik dengan kartu ucapan manis untuk orang terkasih. Kartu Hari Valentine pertama berasal dari 1415 ketika Adipati Orléans mengirim benda itu pada istrinya saat ia jadi tahanan di Menara London.

Di Amerika Serikat, kartu Hari Valentine tidak mendapatkan popularitas sampai Perang Revolusi, ketika orang mengambil kebiasaan menulis catatan tulisan tangan untuk kekasih mereka. Baru pada awal 1900-an kartu ucapan diproduksi secara massal untuk perayaan Hari Valentine.

Infografis Macam-Macam Bahasa Cinta
Infografis Macam-Macam Bahasa Cinta. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya