Liputan6.com, Jakarta - Jumlah pergerakan orang di musim mudik Lebaran 2023 diprediksi akan jauh lebih tinggi dari musim mudik lebaran tiga tahun terakhir selama pandemi. Kementerian Perhubungan menyebut angkanya mencapai 123,8 juta orang pada tahun ini, atau meningkat 44,2 persen dibandingkan dengan pergerakan masyarakat di masa Lebaran 2022 yang mencapai 85,5 juta orang.
Hal itu dipandang sebagai angin segar bagi sektor pariwisata dan ekonomi kreatif dalam negeri. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno akan memanfaatkan mobilisasi besar-besaran pemudik untuk menggenjot capaian target pergerakan wisatawan nusantara yang ditetapkan 1,4 miliar pergerakan pada 2023.
"Ini akan mampu menciptakan 2--3 kali pergerakan dari total pergerakan tersebut, sehingga kami menargetkan 25 persen atau di angka 300-350 juta pergerakan dari target 1,4 miliar mobilitas wisatawan nusantara tahun ini akan tercapai," ujar Sandi seusai Rapat Kerja di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu, 29 Maret 2023.
Advertisement
Pergerakan yang dimaksud, jelas Sandi, bukan hanya bergerak dari tempat asal mereka bekerja ke kampung halaman. Kemenparekraf juga menghitung saat di kampung halaman mereka akan berwisata, dan perjalanan balik kampung ke kota asal masing-masing setelah mudik.
"Jadi paling tidak ada minimal tiga kali pergerakan, dan itu yang harus kita antisipasi agar libur lebaran 2023 ini bisa aman dan nyaman," katanya.
Untuk itu, pihaknya mengaku sudah menyiapkan sejumlah paket wisata untuk menarik para wisatawan nusantara. "Seperti desa wisata, hingga destinasi berbasis wisata religi bagi 123,8 juta wisatawan yang diprediksi akan melakukan perjalanan mudik tahun ini," sambung Sandi.
Angka Pemudik Terbesar Sepanjang Sejarah?
Mengutip kanal Bisnis Liputan6.com, Wakil Ketua Bidang Pemberdayaan dan Penguatan Kewilayahan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno, mengklaim angka tersebut akan jadi jumlah pergerakan mudik terbesar sepanjang sejarah. "Wajar, penduduknya makin banyak kok," ujar Djoko kepada Liputan6.com, Rabu, 29 Maret 2023.
Menurut dia, kepadatan saat mudik Lebaran nanti bisa diantisipasi jika pemerintah gencar mengedukasi masyarakat agar tidak berpergian serentak dalam satu waktu. "Kalau sudah libur ya berangkat saja. Keselamatan juga harus paling diutamakan," imbuhnya.
Ia pun meminta kepada pihak sekolah maupun universitas untuk ikut membaca situasi terkini. Dalam hal ini, institusi penyelenggara pendidikan diharapkan bisa ikut menggeser waktu libur anak sekolah maupun kuliah pasca-Presiden Joko Widodo (Jokowi) memperpanjang masa cuti bersama Lebaran 2023 menjadi 19-25 April 2023.
"Ini kan baru usulan, dari sebelumnya (cuti bersama Lebaran 2023 dimulai) tanggal 21 jadi 19. Itu bagus. Kalau bisa juga anak sekolah dan mahasiswa libur," pintanya.
Djoko berharap pemerintah terus siaga memantau pergerakan mudik. Meskipun untuk di jalur darat, tingkat kemacetan dan waktu tempuhnya kini bisa lebih terurai berkat adanya pembangunan jalan tol. "Persoalan macet sih biasa, kalau mudik itu udah jadi cerita. Asalkan macetnya tidak keterlaluan. Seperti sebelum ada tol, Jakarta-Solo Raya aja bisa sampai antara 30-35 jam. Sekarang bisa 10-12 jam," tuturnya.
Advertisement
Faktor-Faktor Penyumbang Tingginya Pergerakan Pemudik Lebaran 2023
Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menjelaskan beberapa faktor yang menyebabkan tingginya potensi pergerakan masyarakat di masa mudik 2023. Ini di antaranya tidak adanya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), memasuki masa pra-endemi atau mendekati normal pasca-pandemi COVID-19, perekonomian yang semakin membaik, tidak ada pembatasan atau larangan perjalanan, dan persepsi positif dari masyarakat pada penyelenggaraan angkutan Lebaran 2022 lalu.
"Penanganan arus mudik dan balik pada Lebaran tahun ini sangat menantang. Maka itu, kami telah menyiapkan langkah antisipasi sejak awal tahun. Selain itu, evaluasi dari penyelenggaraan mudik serta Natal dan tahun baru sebelumnya menjadi bekal penting sebagai pelajaran agar tahun ini bisa lebih baik lagi," ujarnya.
Berdasarkan hasil survei tersebut, asal pergerakan masyarakat diprediksi didominasi dari Pulau Jawa, yaitu sebesar 62,5 persen atau 77,3 juta orang. Sedangkan, jumlah pemudik di wilayah Jabodetabek diperkirakan naik dari 14 juta menjadi 18 juta pada musim mudik Hari Raya Idul Fitri 2023 ini. Dengan begitu, kenaikan pemudik secara nasional sebanyak 47 persen, sementara Jabodetabek 27 persen.
Sebanyak 22 persen masyarakat akan mudik menggunakan mobil pribadi dan 20 persen dengan sepeda motor. Karena itu, Budi memprediksi, akan ada penumpukan mobil pribadi di Tol Cipali dan Pelabuhan Merak.
Persebaran Tujuan Mudik Terbanyak dan Asal Pemudik
Dirgakkum Korlantas Polri Brigjen Aan Suhanan menjelaskan daerah tujuan terbanyak mudik lebaran 2023, yakni Pulau Jawa, dengan rincian Jawa Barat 16,73 persen atau 20,72 juta orang; Jawa Tengah 26,45 persen atau 32,65 juta orang; Jawa Timur 19,87 persen atau 24,6 juta orang.
Dia pun menyoroti bakal bertambahnya pemudik melalui jalur darat dengan tujuan wilayah Jawa Tengah. Penambahan itu berasal dari pemudik yang pada tahun-tahun sebelumnya menggunakan transportasi udara.
"Perjalanan ke Jawa Tengah ini akan lebih banyak nantinya baik melalui darat atau transportasi lainnya. Yang pada akhirnya yang naik pesawat juga akan menggunakan sarana darat juga," jelas dia.
Puncak arus mudik diperkirakan terjadi pada H-1 (21 April 2023), yang diprediksi terjadi pergerakan sebesar 14,3 persen (17,7 juta orang). Peningkatan perjalanan pada arus mudik diprediksi mulai meningkat sejak H-3 (19 April 2023). Sedangkan, puncak arus balik mudik Lebaran, diperkirakan terjadi pada H+2 (25 April 2023) dan diprediksi pergerakan yang masih cukup tinggi hingga H+3 (26 April 2023).
5 Daerah Asal Pemudik Terbanyak
- Jawa Timur 17,1 persen (21,2 juta orang)
- Jawa Tengah 15,1 persen (18,7 juta orang)
- Jabodetabek 14,8 persen (18,3 juta orang)
- Jawa Barat 12,1 persen (14,9 juta orang)
- Sumatera Utara 3,6 persen (4,4 juta orang)
5 Daerah Tujuan Favorit Pemudik
- Jawa Tengah 26,45 persen (32,75 juta orang)
- Jawa Timur 19,87 persen (24,6 juta orang)
- Jawa Barat 16,73 persen (20,72 juta orang)
- Jabodetabek 6,52 persen (8,07 juta orang)
- Yogyakarta 4,78 persen (5,9 juta orang)
Advertisement