Liputan6.com, Jakarta - Kantor berita internasional Prancis, Agence France-Presse (AFP), turut menyoroti penemuan paus sperma yang mati terdampar di Pantai Yeh Malet, Klungkung, Bali pada Rabu, 5 April 2023. Dalam pemberitaannya, seperti dikutip dari CNA, Jumat (7/4/2023), media asing itu menulis, "Pakar hewan Indonesia bersiap melakukan otopsi Kamis, 6 April 2023, pada paus sepanjang 18 meter yang mati setelah terdampar di pantai di Bali," kata pejabat konservasi.
Paus sperma, yang diyakini memiliki berat berton-ton, terdampar di timur Pulau Dewata sebelum penduduk setempat dan pejabat mendorongnya kembali ke laut. Tapi setelah berenang menjauh, ia terdampar lagi hanya beberapa jam kemudian di pantai yang berbeda dan meninggal tanpa luka yang terlihat, kata kepala Balai Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar, Permana Yudiarso, pada AFP.
"Kami masih menyelidiki penyebab kematiannya. Kami ingin mendapatkan penjelasan ilmiah apakah (paus sperma mati) karena polusi atau plastik," ia mengatakan.
Advertisement
Paus sperma, yang merupakan predator terbesar di dunia, terdaftar dalam International Union for Conservation of Nature sebagai hewan yang "rentan" terhadap kepunahan. Dokter hewan dan ahli forensik telah tiba di lokasi untuk menyelidiki penyebab kematian si paus sperma terdampar, dan bangkainya akan dikuburkan dalam beberapa hari mendatang.
"Hari ini, kami akan melakukan nekropsi, setelah itu kami akan mendapatkan ekskavator untuk mencoba mengubur bangkai di dekatnya," kata Yudiarso.
Bukan Kali Pertama Paus Sperma Terdampar
Polisi menutup pantai di Kabupaten Klungkung Bali untuk menghentikan pencurian daging atau bagian tubuh paus sperma yang mati terdampar. Yudiarso mengatakan, paus biasanya mendekati pantai saat sakit atau sekarat.
Pada 2018, seekor paus sperma ditemukan mati di Indonesia dengan lebih dari 100 gelas plastik dan 25 kantong plastik di perutnya, menimbulkan kekhawatiran tentang masalah sampah laut yang masif di kepulauan Asia Tenggara. Indonesia adalah penyumbang sampah laut terbesar kedua di dunia setelah China.
Tidak hanya di pesisir Bali, Agustus 2022, paus sperma juga dilaporkan terdampar di Pantai Bulusan, Banyuwangi, Jawa Timur sebelum mati. Berbagai upaya telah dilakukan untuk menyelamatkan mamalia laut rakasasa tersebut, tapi sayang nyawanya tidak tertolong.
"Ini jenis paus sperma, jika melihat ukurannya, paus ini masih belum masuk kategori dewasa," kata Petugas Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Kelautan Bali, Wilayah Kerja Banyuwangi, Bayu Dwi Handoko saat meninjau lokasi, 2 Agustus 2022, dikutip dari kanal Surabaya Liputan6.com.
Bayu menjelaskan, habitat asli paus sperma adalah di wilayah arktik. Alasan mengapa paus ini lepas dari jalur karena sensor navigasi pada paus ini rusak.
Advertisement
Proses Penyelamatan yang Tidak Berhasil
Adapun langkah penanangan paus yang terdampar, Bayu menjeleskan, bila masih hidup, sebisa mungkin hewan itu harus diselamatkan dan dibawa kembali ke tengah laut. Namun, bila paus itu mati, langkah yang dilakukan adalah melakukan penguburan, pembakaran, bahkan penenggelaman.
Paus sperma ini diketahui terdampar pada 1 Agustus 2022. Berdasarkan informasi yang dihimpun, paus pertama muncul dari utara, tepatnya di belakang Hotel Banyuwangi Beach. Paus itu tampak kebingungan dan hanya berputar-putar di perairan berjarak sekitar 50 meter dari bibir pantai.
Para petugas dari Polairud dan TNI AL sempat berupaya menyelamatkan paus itu dengan cara menariknya menggunakan tali menuju ke tengah laut. Petugas mengalami kendala karena bobot paus yang terlalu berat dan kondisi air laut yang tengah surut. Paus juga terus memberontak hingga merusak tiang dermaga.
Tidak hanya paus sperma, tahun lalu di pesisir Banyuwangi, seekor hiu tutul juga dilaporkan terdampar. Ekor hiu tutul yang terdampar di Muara Mbaduk Banyuwangi terpotong pada kedua sisinya, lapor kanal Surabaya Liputan6.com.
Dalam sebuah gambar yang beredar, potongan pada ekor paus itu tampak rapi, seperti hasil potongan benda tajam. Ada dugaan pemotongan dilakukan dengan sengaja saat ikan masih hidup.
2 Kasus Hiu Tutul Terdampar dan Mati
Sebagaimana diketahui, ikan hiu tutul merupakan salah satu satwa yang dilindungi berdasarkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No 18 tahun 2013 tentang Penetapan Status Perlindungan Penuh Ikan Hiu Tutul.
Salah seorang warga, Anang Fauzi, berkata pada 31 Agustus 2023, "Entah ya hasil buruan atau apa, cuma memang saat ditemukan kondisinya sudah mati. Ekornya sudah hilang."
Anang menyebut, ikan tersebut ditemukan warga di area wisata Muara Mbaduk. Kondisinya sudah membusuk dan menimbulkan bau tidak sedap. Warga saat ini tengah melakukan proses penguburan bangkai tersebut.
Hiu tutul juga dilaporkan terdampar di Pantai Ngagelan, Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) Banyuwangi pada 6 Agustus 2023. Koordinator Perlindungan dan Pengamanan Balai TNAP Banyuwangi Sucipto mengatakan, ikan itu disinyalir terdampar saat kondisi air tengah surut.
Ikan terjebak di perairan dangkal dan tidak dapat kembali ke tengah laut itu pun mati. "Beberapa hari terakhir kan memang kondisi arus laut selatan cukup besar. Jadi kemungkinan makanan hiu itu berada di pinggiran," ungkap Sucipto.
Hiu dengan panjang 4,5 meter itu ditemukan dengan kondisi beberapa bagian tubuh yang tidak utuh. Mamalia laut itu sengaja tidak dievakuasi atau dikubur karena dijadikan santapan hewan liar di sekitar hutan.
Advertisement