Liputan6.com, Jakarta - Keputusan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali melarang turis menstruasi masuk pura disorot media asing. Mulai dari publikasi Australia sampai Inggris, semua menyoroti dinamika ketetapan yang sebenarnya tidak asing bagi warga maupun wisatawan lokal.
News.com.au, dikutip Selasa, 8 April 2025, menulis bahwa pada 24 Maret 2025, Gubernur Bali Wayan Koster mengungkap bahwa ia memperbarui daftar hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan yang sebelumnya dirilis pada 2023. "Kami telah mengeluarkan peraturan serupa sebelumnya, tapi seiring perubahan, kami perlu beradaptasi," katanya.
Baca Juga
Koster menyambung, "Ini memastikan bahwa pariwisata Bali tetap menghargai, berkelanjutan, dan selaras dengan nilai-nilai lokal kami." Sementara itu, Daily Mail menulis, Bali telah melarang perempuan yang sedang menstruasi memasuki pura karena darah haid dianggap "kotor" dan "mencemari" tempat-tempat keagamaan.
Advertisement
Pulau Dewata, seperti diwartakan outlet itu, telah meluncurkan aturan keras terhadap wisatawan "nakal" untuk melindungi tempat-tempat suci dan "integritas budaya" lokal. Wisatawan harus menghormati adat istiadat setempat dan "menjaga kebersihan lingkungan sekitar."
Satuan Tugas (Satgas) pariwisata setempat diklaim akan memastikan aturan baru dipatuhi. Namun, belum jelas bagaimana pihak berwenang memeriksa apakah seorang perempuan sedang menstruasi atau tidak saat hendak memasuki pura.
"Situs informasi pengunjung menyebutkan bahwa jika aturan ini dilanggar dan orang-orang memasuki pura saat sedang menstruasi, akibatnya 'banyak perempuan yang merasakan sakit dan pingsan saat berada di pura,'" kutip Daily Mail.
Aturan di Bali Diperketat
Legenda di Bali menyebutkan bahwa peristiwa mistis yang dapat menimpa perempuan yang sedang menstruasi di pura, termasuk kerasukan. Namun, bukan hanya perempuan yang sedang menstruasi saja yang dilarang memasuki pura.
Pria atau wanita yang dalam kondisi "cuntaka," yang berarti "tidak suci" secara fisik dan spiritual dalam kepercayaan Hindu, atau mereka yang anggota keluarganya baru saja meninggal juga tidak boleh masuk pura. Pasangan yang memiliki bayi berusia di bawah enam bulan juga dilarang masuk, tulis Daily Mail.
Menyambung itu, Time Out melaporkan, "Pedoman tersebut mewajibkan pengunjung untuk berpakaian pantas saat mengunjungi pura, objek wisata, atau tempat umum, dan tidak akan diizinkan untuk memasuki area pura suci, kecuali mereka adalah jemaah yang mengenakan pakaian tradisional Bali."
Perilaku terlarang lainnya, menurut mandat baru, termasuk menggunakan plastik sekali pakai seperti kantong plastik dan sedotan. Juga, dilarang bersikap kasar pada penduduk setempat, mengumpat, dan membuang sampah sembarangan, rangkum New York Post.
Advertisement
Terdampak Efisiensi Anggaran
Di sisi lain, Bali kini dikabarkan mengalami pukulan telak akibat kebijakan efisiensi anggaran pemerintah. Pemangkasan besar-besaran terhadap anggaran perjalanan dinas dan penyelenggaraan acara di hotel berbintang telah membuat industri ini terseok-seok.
Wisatawan yang datang ke Bali, terutama wisatawan mancanegara (wisman), masih cukup banyak. Namun, mayoritas dari mereka berasal dari segmen middle-low yang lebih memilih menginap di private villa, guest house, atau apartemen. Maka itu, hotel berbintang kehilangan banyak pelanggan, terutama dari sektor MICE.
Namun, dampak efisiensi nyatanya bukan hanya melanda Bali. Wakil Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Maulana Yusran berkata, "Kalau untuk menginap, kebanyakan tamu ramai di akhir pekan, kalau di weekdays itu tidak begitu banyak, kecuali di musim liburan," pada Lifestyle Liputan6.com, Kamis, 3 April 2025.
Ia menyambung, "Karena itu, hampir semua hotel mengandalkan pemasukan dari MICE, terutama yang diadakan pemerintah pusat dan daerah yang biasanya diadakan di weekdays. Dengan pemangkasan anggaran ini hampir semua acara yang diadakan di hotel berkurang drastis."
"Dampaknya bukan hanya dirasakan pihak hotel, tapi juga pihak-pihak yang berkaitan dengannya, termasuk UMKM karena banyak hotel yang membeli suplai kebutuhannya dari UMKM," sambungnya.
Pulau Liburan Terbaik di Asia 2025
Bulan lalu, penghargaan anual DestinAsian Readers’ Choice Awards telah merilis daftar pemenang tahun ini, dan di kategori pulau terbaik di Asia, Bali berada di peringkat pertama. Edisi ke-18 penghargaan ini masih menampilkan yang terbaik dalam bidang perjalanan di kawasan Asia-Pasifik.
Melansir situs webnya, Kamis, 13 Maret 2025, pemenangnya mewakili puncak keunggulan, dipilih wisatawan cerdas yang suaranya dihitung dari jajak pendapat tiga bulan terakhir. Pembaca di seluruh dunia memilih favorit mereka dalam 36 kategori, yang menyentuh segala hal, mulai dari destinasi dan maskapai penerbangan, hingga merek hotel.
"Tahun ini, DestinAsian Readers' Choice Awards ditandai dengan perayaan terbesar dalam sejarahnya yang hampir dua dekade, dengan jamuan makan malam gala berkapasitas 200 kursi dan upacara penghargaan yang diadakan di AYANA Resort, Bali pada 7 Maret 2025," sebut mereka.
Di daftar publikasi perjalanan itu, Bali telah jadi pulau liburan terbaik selama 18 tahun. "Sebagai rumah bagi hamparan pasir halus dan sawah hijau, tempat berselancar yang terkenal, budaya unik dengan spiritual mendalam, serta kecenderungan artistiknya telah menginspirasi orang-orang di seluruh dunia," kata mereka.
Advertisement
