Liputan6.com, Jakarta - Rambut beruban adalah masalah yang umum terjadi pada individu yang memasuki usia tua. Kondisi rambut beruban terjadi ketika pigmen melanin yang memberikan warna pada rambut secara alami berkurang atau hilang, yang dapat membuat rambut terlihat abu-abu atau bahkan putih.
Meskipun rambut beruban dianggap sebagai proses alami dari penuaan, hal ini dapat menurunkan kepercayaan diri seseorang. Sebuah studi terbaru telah berusaha menangani masalah ini.
Baca Juga
Dikutip dari New York Post pada Selasa, 25 April 2023, sebuah penelitian baru dari New York University (NYU) telah menemukan alasan mengapa rambut manusia kehilangan warna alaminya seiring bertambahnya usia. Hasil penelitian ini dapat membantu mencegah uban pada manusia.
Advertisement
Studi baru yang diterbitkan pada 19 April 2023 di jurnal ilmiah Nature, menggunakan tikus sebagai objek penelitiannya. Para peneliti mengamati sel-sel induk melanosit atau melanocyte stem cells (McSCs) yang diketahui mengendalikan warna rambut.
Pada awal kehidupannya, sel-sel ini sangat aktif. Namun, seiring bertambahnya usia, McSC cenderung melambat dan terjebak dalam tonjolan folikel rambut, yang berarti mereka tidak dapat menyelesaikan pekerjaan yang harus mereka lakukan. Sel-sel tersebut tidak dapat meregenerasi atau berkembang menjadi sel rambut yang memproduksi pigmen yang membantu menjaga warna rambut.
Tim peneliti Fakultas Kedokteran New York University Grossman telah menemukan cara untuk membuat sel-sel ini dapat bergerak kembali. Hal tersebut berarti kini uban dapat dihentikan, tidak hanya pada tikus, tetapi juga pada manusia.
Mekanisme Baru Dapat Cegah Rambut Beruban
"[Ini] menambah pemahaman dasar kami tentang bagaimana sel induk melanosit bekerja untuk mewarnai rambut,"kata pemimpin studi Qi Sun, seorang peneliti pascadoktoral di NYU Langone Health. "Ditemukannya mekanisme baru dapat meningkatkan kemungkinan bahwa posisi sel induk melanosit yang sama akan tetap ada pada manusia."
Sun juga menambahkan bahwa, "Jika demikian, ini menghadirkan cara potensial untuk membalikkan atau mencegah rambut beruban dengan membantu sel yang macet untuk bergerak lagi di antara kompartemen folikel rambut yang sedang berkembang."
Dalam penelitian ini, para peneliti mengamati tikus laboratorium yang rambutnya "dijadikan tua secara fisik" dengan cara mencabut dan menumbuhkannya kembali secara paksa. Mereka menemukan bahwa sebelum rambut dicabut, konsentrasi sel induk melanosit (McSC) yang terperangkap di tonjolan folikel rambut pada tikus tersebut 15 persen lebih tinggi daripada yang biasa.
Namun setelah intervensi, persentase rambut yang kehilangan kemampuan untuk menghasilkan pigmen meningkat hingga hampir 50 persen.
Advertisement
Sel Mengalami Masalah Regenerasi
Para peneliti menemukan bahwa McSC yang macet atau terjebak pada tonjolan folikel rambut mengalami masalah dalam meregenerasi karena tidak mendapatkan sinyal protein WNT yang cukup, sehingga mereka tidak bisa menghasilkan pigmen dalam folikel rambut yang baru tumbuh. Sebaliknya, McSC yang terus bergerak antara tonjolan folikel dan kuman rambut tetap dapat beregenerasi dengan baik selama dua tahun penelitian.
Menurut Profesor Mayumi Ito yang menjadi peneliti utama, "Ini adalah hilangnya fungsi seperti bunglon dalam sel induk melanosit yang mungkin bertanggung jawab atas uban dan hilangnya warna rambut."
Dengan pemahaman yang lebih baik tentang sel-sel yang mati dan kemungkinan tanggung jawab mereka atas hilangnya warna rambut, para peneliti saat ini berfokus pada cara mengembalikan McSC ke jalurnya. Mayumi Ito menambahkan, tugasnya adalah "mencari cara untuk mengembalikan pergerakan McSC, atau memindahkannya secara fisik kembali ke tempatnya yang seharusnya, sehingga McSC dapat menghasilkan pigmen dengan normal seperti sebelumnya."
Stres Dapat Memunculkan Uban
Selain bagian proses penuaan alami, tumbuhnya uban juga bisa disebabkan oleh stres. Menurut American Psychological Association, stres adalah reaksi normal terhadap tekanan sehari-hari. Namun, stres berlebih tidak dapat dikatakan normal apalagi ketika dapat mengganggu fungsi sehari-hari.
Dikutip dari Global Liputan6.com, stres berlebih tidak hanya mengganggu aktivitas, tetapi juga fungsi tubuh manusia. David Kingsley, peneliti kerontokan rambut dan presiden World Trichology Society (trichology adalah studi tentang kondisi rambut dan kulit kepala), menegaskan bahwa stres dapat menjadi salah satu penyebab uban dengan cara mempercepat kemunculan uban.
"Stres bukanlah penyebab utama uban, penyebab utama biasanya adalah gen, tetapi "stres dapat mempercepat" proses uban," terangnya.
Menurut studi jurnal Nature pada 2020, dengan objek penelitian tikus, terbukti bahwa stres dapat menguras sel-sel pigmen rambut yang dikenal sebagai melanosit. Melanosit diproduksi oleh sel induk yang hidup di folikel rambut.
Para peneliti menemukan bahwa kejadian yang memicu stres berkaitan dengan munculnya uban. Namun, dengan menghilangkan penyebab stres, uban dapat kembali ke warna semula.
Advertisement