Mengenal Lembah Colol, Kawasan Penghasil Kopi Terbesar di NTT yang Mulai Terusik Perubahan Iklim

Lembah Colol merupakan kawasan penghasil kopi terbesar di NTT yang pernah memenangkan kontes kebun terbaik di era Belanda. Kualitasnya tetap berusaha dipertahankan hingga saat ini meski perubahan iklim mengancam.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 16 Jun 2023, 08:01 WIB
Diterbitkan 16 Jun 2023, 08:01 WIB
Mengenal Lembah Colol, Kawasan Penghasil Kopi Terbesar di NTT yang Mulai Terancam Krisis Iklim
Festival Kopi Lembah Colol 2023 digelar 14--15 Juni 2023. (dok. BPOLBF)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia bisa dibilang surganya kopi. Dari ujung barat hingga timur, selalu ada varietas kopi enak yang menggoda para penikmat. Di antara sederet daerah penghasil, Lembah Colol di Nusa Tenggara Timur (NTT) masuk dalam daftarnya.

Namanya terbilang kurang familiar, tapi siapa sangka Lembah Colol merupakan wilayah penghasil kopi terbesar di NTT. Bahkan, daerah itu pernah memenangkan kontes kebun yang digelar oleh pemerintah kolonial Belanda pada 1937.

Dalam rilis yang diterima Liputan6.com, Kamis, 15 Juni 2023, Lembah Colol merupakan penghasil kopi robusta sekaligus kopi arabika. Kedua kopi itu sempat dinobatkan sebagai kopi terbaik di Indonesia dalam kontes kopi specialty yang berlangsung di Banyuwangi pada 2015.

Kopi Colol juga mendapatkan predikat tiga besar dunia sebagai kopi bercita rasa terbaik di dunia. Tak mengherankan bila kemudian Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur membuat tagline khusus terkait kopi Colol.

"Jika Anda pecinta kopi, maka Anda berada di tempat yang tepat, karena kopi Colol adalah kopi terbaik dunia. Tempat di mana kopi terbaik di dunia dilahirkan. Lembah Colol, Surganya Kopi Dunia," kata Bupati Manggarai Timur, Agas Andreas, saat membuka Festival Kopi Lembah Colol di Lapangan Sepak Bola Tokok, Desa Ulu Wae, Manggarai Timur, NTT.

Namun, potensi yang ada mulai terusik dengan perubahan iklim yang terjadi. Agas mengatakan meski produktivitas kopi di Lembah Colol masih tinggi, beberapa petani mulai mengeluhkan penurunan produktivitas.

"Ini tentunya harus menjadi perhatian bersama dan peran pemerintah bersama seluruh stake holder terkait lainnya diharapkan dapat membantu melakukan pendampingan, pelatihan dan edukasi tentang cara bertani yang ramah lingkungan," kata Agas.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Ajakan untuk Para Petani Kopi

Mengenal Lembah Colol, Kawasan Penghasil Kopi Terbesar di NTT yang Mulai Terancam Krisis Iklim
Festival Kopi Lembah Colol 2023 digelar 14--15 Juni 2023. (dok. BPOLBF)

Mengutip Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), perubahan iklim merupakan salah satu ancaman paling serius untuk masa depan keberlanjutan ketahanan pangan. Iklim yang berubah akan memengaruhi ketahanan dan stabilitas siklus air dan cuaca, dua elemen utama yang menunjang produktivitas pertanian, termasuk kopi.

Agas pun mengajak para petani kopi di Lembah Colol untuk mulai mempelajari soal perubahan iklim agar dapat menyesuaikan pola tanam yang dilakukan. Petani juga didorong belajar untuk menentukan varietas tanaman yang tahan terhadap perubahan cuaca dan iklim serta mengurangi penggunaan bahan kimia dan pupuk buatan yang dapat merusak lingkungan.

Di samping itu, pemerintah juga memanfaatkan potensi Lembah Colol sebagai salah satu destinasi wisata. Berkolaborasi dengan Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF), Pemkab Manggarai Timur menggelar Festival Kopi Lembah Colol pada 14--15 Juni 2023.  

"Festival Kopi Lembah Colol ini merupakan sarana pertemuan yang strategis untuk para pecinta kopi mulai dari petani, pedagang, LSM, dan pemerintah untuk saling berbagi dan bertukar informasi tentang kopi dan berbagai isu strategis lainnya," kata Agas.

"Kita mengajak kopi Colol masuk ke dalam ruang pariwisata semata-mata karena kita menyadari bahwa kopi harus punya nilai tambah, dari sekedar bulir kopi, dari sekedar tepung kopi, tetapi juga kita rawat budayanya, kita jaga tradisinya serta alamnya, dan keramah tamahan kita. Kita sedang menawarkan cita rasa pariwisata dari tradisi Kopi Colol," sambungnya.

 

 


Destinasi Wisata NTT

Mengenal Lembah Colol, Kawasan Penghasil Kopi Terbesar di NTT yang Mulai Terusik Krisis Iklim
Peta perjalanan wisata di Labuan Bajo Flores. (dok. BPOLBF)

Festival dua hari itu dibuka dengan ritual Ronda (warisan leluhur Manggarai yang ditampilkan dalam penyambutan tamu) dan dilanjutkan dengan Danding (tarian tradisional Manggarai yang mempresentasikan rasa syukur). Pembukaan festival juga diisi dengan rangkaian acara lain yang sarat akan kearifan lokal, seperti pentas seni budaya, parade kolosal penumbuk kopi, pentas seni lukis berbahan dasar kopi, wisata kebun kopi dan air terjun.

Kegiatan itu juga diisi dengan penanaman kopi secara simbolis serta Toto Kopi(menerawang melalu pola ampas kopi), dan berbagai acara lainnya. Festival juga diisi berbagai produk UMKM Manggarai Timur, seperti hasil kriya dan kuliner, serta kerajinan tangan lainnya.

"Sebagai salah satu mitra dalam penyelenggaraan festival ini, kami berharap masyarakat Lembah Colol dapat terus konsisten menjaga dan terus meningkatkan kualitas dan kuantitas kopi colol agar dapat terus mengisi pasar kopi dunia dan melalui penyelenggaraan festival ini kami harapkan dapat menambah pilihan wisatawan untuk beraktivitas di destinasi dan menambah lama tinggal dan belanja wisatawan," kata Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores Shana Fatina.

 

Shana juga menekankan pentingnya memperkuat promosi melalui kolaborasi dengan berbagai pihak terutama dengan akan dibukanya penerbangan internasional di Labuan Bajo yang merupakan akses utama pariwisata NTT. "Kami terus mendorong penyebaran wisatawan dengan berbagai bentuk promosi destinasi dan produk wisata, salah satunya melalui penyusunan peta perjalanan ke 30 desa wisata yang ada di kawasan Floratama," ujarnya.

 


Fenomena El Nino

Ilustrasi Biji Kopi Excelsa (sumber: pixabay)
Ilustrasi Biji Kopi Excelsa (sumber: pixabay)

Fenomena kekeringan ekstrem atau El Nino memicu kekhawatiran pada ketersediaan biji robusta di produsen kopi besar, seperti Vietnam dan Indonesia, yang berisiko mendorong lonjakan harga. "Transisi yang sekarang banyak diharapkan ke kondisi El Nino di kuartal ketiga 2023 telah memicu kekhawatiran penurunan produksi di Vietnam dan Indonesia, di mana keduanya merupakan produsen kopi robusta utama," ungkap unit riset Fitch Solutions BMI dalam laporannya, dikutip dari CNBC International, Selasa, 6 Juni 2023.

Kawasan Asia Tenggara baru-baru ini mengalami panas yang memecahkan rekor sejak pertengahan Mei 2023. "Di seluruh Asia Tenggara, kondisi El Niño dikaitkan dengan curah hujan di bawah rata-rata dan suhu yang lebih tinggi, yang keduanya menekan produksi kopi," kata BMI dalam laporannya.

Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia, Vietnam, Indonesia, dan Brasil dikenal sebagai produsen robusta terbesar. "Kami memperhatikan hujan lebat di Indonesia selama Q123, yang berdampak negatif pada kualitas biji kopi, dengan USDA memperkirakan penurunan sekitar seperlima dalam produksi kopi robusta," kata para analis.

Carlos Mera, kepala pasar komoditas pertanian di Rabobank, memperkirakan penurunan produksi dapat mencapai 10 persen menjadi 11,2 juta kantong robusta pada panen mendatang. Ilmuwan iklim memperkirakan bahwa El Nino tahun ini dapat terjadi pada paruh kedua 2023.

Infografis Kopi-Kopi Indonesia yang Jadi Primadona
Infografis Kopi-Kopi Indonesia yang Jadi Primadona. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya