Liputan6.com, Jakarta - Taman Ismail Marzuki (TIM) dikenal sebagai pusat kesenian yang kini telah berwajah baru dan lebih modern. Diresmikan oleh Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, pada 1968, tempat ini dijadikan ruang rekreasi umum.
Sejak berdiri, TIM telah menjadi ruang ekspresi seniman yang menyajikan karya-karya inovatif seperti pertunjukan eksperimen, suatu dunia atau karya seni yang sarat dengan dunia ide. Tempat tersebut hingga kini dipergunakan sebagai lokasi pertunjukan seni karena memiliki setidaknya enam teater modern. TIM juga memiliki perpustakaan, balai pameran, galeri, dan gedung arsip.
Baca Juga
Apa lagi keunikan dari TIM? Seorang konten kreator dengan akun @victoria_esje merangkumnya dalam unggahan di TikTok pada 30 September 2023.
Advertisement
"Udah tahu belum ternyata salah satu gedung di Taman Ismail Marzuki ini terinspirasi dari lagu Rayuan Pulau Kelapa, terus kawasan Taman Ismail Marzuki dulunya adalah kebun binatang milik Raden Saleh?" ungkap Victoria di awal video.
Rancangan untuk gedung paling depan yang dekat dari jalan raya didesain oleh Andra Martin. Ia terinspirasi lagu "Rayuan Pulau Kelapa" ciptaan komponis dan penyair besar Indonesia, Ismail Marzuki, yang namanya diabadikan untuk kawasan itu.
Fasad dari tiga not balok dari gedung tersebut diambil dari lirik "Tanah Airku Indonesia. Negeri Elok Amat Kucinta. Tumpah darahku yang mulia, yang kupuja sepanjang masa. Tanah Airku aman dan makmur, pulau kelapa yang amat subur,". Not balok disusun secara acak dan jika dilihat dari jauh gedung tersebut seperti kapal pinisi atau juga piano.
Dulunya Bagian Kebun Binatang Raden Saleh
Jika dilihat dari atas, ada bagian yang berundak seperti wujud sawah terasering yang biasa dijumpai di Indonesia. Lalu saat dilihat lebih detail lagi di gedung ini ada elemen motif tumpal Betawi berwarna hitam, selain menambah keindahan gedung juga mengurangi paparan sinar matahari sehingga ruangan di dalamnya lebih sejuk. Gedung 14 lantai tersebut memiliki perpustakaan, pusat galeri seni dan berbagi tempat untuk melakukan aktivitas lainnya.
Kawasan TIM dulunya bagian dari kebun binatang Raden Saleh yang seorang pelukis pionir seni modern di Indonesia. Raden Saleh dulu memiliki rumah yang layaknya istana yang membentang dari Rumah Sakit PGI Cikini sampai lokasi TIM. "Satwa yang dipelihara pun nggak main-main, ada gajah, harimau bahkan jerapah. Dulunya taman satwa itu juga terbuka untuk umum," sebut Victoria.
Pada 1864, kebun binatang dikelola oleh Perhimpunan Penyayang Flora dan Fauna di Batavia. Raden Saleh menghibahkan lahan seluas 10 hektare kepada pemerintah Indonesia. Lalu pada 1964, kebun binatang tersebut dipindahkan ke Ragunan hingga sekarang karena pertimbangan yang lebih luas dan jauh dari hiruk-pikuk kota.
Advertisement
Planetarium Terbesar di Dunia
Tempat ini dinamakan Taman Ismail Marzuki sebagai bentuk perhomatan akan karya-karyanya untuk negeri. Panggung TIM menjadi marak dengan karya-karya eksperimen yang sarat ide. Ini ditandai sejumlah kreator seni yang sempat membuka peta baru di atas pentas, di antaranya Rendra, pimpinan Bengkel Teater Yogya dari Kampung Ketanggungan Wetan Yogyakarta.
Selain itu yang mencengangkan ternyata planetarium TIM terbesar di dunia pada masanya. "Saat dibangun pada 1964, Presiden Soekarno mengatakan planetarium ini merupakan yang terbesar di dunia," ungkap Victoria.
Planetarium memiliki 500 kursi dan menjadi planetarium pertama di kawasan Asia Tenggara. Planetarium ini dibangun untuk menambah wawasan masyarakat terhadap sains, khususnya benda langit dan luar angkasa. Tapi saat ini, planetarium ini masih dalam revitalisasi dan belum bisa dipastikan kapan beroperasi lagi.
Meski begitu, pengelola tetap berusaha menyajikan ragam kegiatan berkaitan dengan astronomi di kawasan TIM. Terakhir kali, mereka menyelenggarakan Pertunjukan Planetarium Mini pada pertengahan November 2023.
Planetarium TIM Amat Dinantikan
Unggahan yang disukai oleh lebih dari 19,3 ribu pengguna ini pun mendapati beragam reaksi. Salah satunya ikut menantikan pembukaan kembali planetarium di TIM.
"Kangen planetariumnya," tulis warganet.
"Kangen planetariumnya, semoga cepat selesai revitalisasinya," tulis yang lain.
"Tempat nongkrong waktu ngampus di IKJ," sambung warganet.
"Pantes kokk pas liat gedungnya khas Pak Andra Martin banget ternyata oh ternyata," komentar warganet.
"Waktu SMA sekitar 2008 pernah ke sini. Gedungnya dulu masih jadul dan pernah ngerasain nonton 3D serasa beneran lagi di luar angkasa," kata warganet.
"Kalo ke Jakarta wajib ke TIM sih," sambung yang lain lagi.
"Jujur beberapa kali baca dan ngetik kerjaan di Perpus Jakarta Cikini malah terasa lumayan gerah ruangannya, terutama yang area meja kursinya," curhat warganet.
"Tempat favorit buat ngerjain tugas, deket dari rumah, tapi sayang sekarang bioskopnya udah nggak ada," cetus yang lain.
Advertisement