Liputan6.com, Jakarta - Banyak cara untuk menjaga kesehatan. Salah satunya adalah dengan mengadopsi diet atlantik, sebuah pola makan tradisional yang banyak diterapkan di barat laut Spanyol dan Portugal utara.
Pola makan itu banyak mengonsumsi ikan dan makanan laut, sayur-sayuran, buah-buahan, biji-bijian, kacang-kacangan, minyak zaitun, buah-buahan kering (terutama chestnut), susu, keju, serta asupan daging dan anggur dalam jumlah sedang. Diet tersebut dikatakan bisa membantu mengurangi lemak perut dan meningkatkan kadar kolesterol baik, HDL.
Dalam sebuah studi yang dipublikasikan di JAMA Network Open pada awal Februari 2024, peneliti mengikuti lebih dari 200 keluarga dari komunitas pedesaan Spanyol di A Estrada dari Maret 2014 hingga Mei 2015. Sebanyak 121 keluarga diarahkan untuk mengikuti pola makan Atlantik, sedangkan 110 keluarga tetap mengonsumsi pola makan khasnya.
Advertisement
Para pelaku diet Atlantik mempelajari pola makan baru mereka selama tiga sesi pendidikan dan menerima dukungan tambahan seperti kelas memasak, materi tertulis, dan sekeranjang makanan. Pada awal penelitian dan setelah enam bulan riset, peneliti mengumpulkan data mengenai asupan makanan peserta, aktivitas fisik, penggunaan obat, dan variabel lainnya.
Para peneliti di Spanyol juga mengukur lingkar pinggang, kadar trigliserida, kadar kolesterol HDL, tekanan darah, dan kadar glukosa puasa. Itu adalah lima faktor penyebab sindrom metabolik, sekelompok kondisi yang meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan stroke.
Dari 457 peserta yang tidak memiliki sindrom metabolik di awal percobaan, 23 di antaranya terdeteksi mengidap sindrom itu setelah enam bulan mengikuti percobaan. Mereka terdiri dari 17 peserta (7,3 persen) yang mengikuti diet tradisional dan enam peserta (2,7 persen) yang telah beralih ke pola diet atlantik.
Â
Tidak Menurunkan Tekanan Darah Tinggi, tapi...
Sementara, dari 117 peserta yang awalnya terdeteksi mengidap sindrom metabolik, 18 peserta diet atlantik (28,6 persen) dan 16 peserta diet tradisional (29,6 persen) dilaporkan bisa mengatasi sindrom tersebut. Berdasarkan data tersebut, para peneliti menyampaikan bahwa diet atlantik 'tidak berdampak signifikan terhadap tekanan darah tinggi, tingginya kadar trigliserida, maupun kadar gula darah puasa yang tinggi'.
Â
Meski begitu, pola diet atlantik terbukti memperbaiki lingkar pinggang dan kadar kolesterol HDL. "Diet atlantik menghadirkan potensi signifikan untuk meningkatkan kesehatan karena penekanannya pada makanan padat gizi dan kebiasaan makan yang berorientasi pada keluarga," kata Michelle Routhenstein, ahli gizi terdaftar yang berspesialisasi dalam penyakit jantung di EntirelyNourished.com, kepada Healthline, dikutip dari NY Post, Selasa (20/2/2024).
"Dengan mengutamakan bahan-bahan sehat dan metode memasak tradisional seperti merebus, pola makan ini meningkatkan ketersediaan hayati nutrisi, memastikan tubuh dapat menyerap dan memanfaatkannya dengan lebih baik," tambahnya.
Pendapat senada dilontarkan Dr. Cheng Han Chen, seorang ahli jantung intervensi yang berbasis di California yang tidak terlibat dalam penelitian tersebut. Ia mengatakan tidak terkejut lantaran 'diet itu sangat mirip dengan diet Mediterania yang sudah banyak dipelajari dan bermanfaat.'
Advertisement
Perlu Penelitian Lebih Lanjut
Pola makan Mediterania menekankan sayuran, buah, kacang-kacangan, lentil, kacang-kacangan, biji-bijian, dan minyak zaitun extra virgin, serta memperbolehkan konsumsi ikan, keju, yogurt, dan anggur dalam jumlah sedang, serta menghindari daging merah, makanan manis, minuman manis, dan mentega. Para peneliti di Spanyol juga mencatat bahwa pola makan Atlantik 'memiliki kesamaan' dengan pola makan Mediterania.
"Jenis pola makan ini (diet Atlantik dan Mediterania) berpotensi mengurangi risiko penyakit jantung, diabetes, kanker, stroke, bahkan penurunan kognitif seperti penyakit demensia dan penyakit Alzheimer, serta meningkatkan fungsi [gastrointestinal] dan mikrobioma usus," kata Tracy Crane, seorang profesor di Universitas Miami, kepada Healthline.
Sebuah penelitian yang diterbitkan pada 2021 menemukan bahwa kepatuhan yang lebih tinggi terhadap pola makan Atlantik, yang juga dikenal sebagai pola makan Atlantik Eropa Selatan, secara konsisten dikaitkan dengan risiko kematian yang lebih rendah. Meski begitu, ada beberapa keterbatasan pada studi baru ini.
Para peneliti mengakui bahwa waktu enam bulan mungkin tidak cukup lama untuk menilai perubahan metabolisme dengan tepat. "Tindak lanjut dari peserta selama beberapa tahun dapat memperkuat hasil kami," demikian pernyataan studi tersebut.
Diet Mediterania Puncaki Daftar Diet Terbaik
Sebelumnya, US News & World Report mengungkap peringkat Diet Terbaik 2024. Di edisi ke-14, laporan tersebut menawarkan profil mendalam untuk 46 rencana makan populer dan peringkat 30 diet berdasarkan ragam kriteria, mulai dari menjaga kesehatan hingga kemungkinan membantu Anda menurunkan berat badan.
Mengutip situs webnya, Jumat, 5 Januari 2024, diet Mediterania kembali berada di puncak daftar untuk tujuh tahun berturut-turut. Penetapannya dilakukan setelah 43 ahli, termasuk dokter medis, ahli gizi diet terdaftar, ahli epidemiologi gizi, dan peneliti penurunan berat badan mengevaluasi seluruh 30 diet secara menyeluruh.
Sebagai juara tidak tergantikan, pola makan mediterania dijelaskan berfokus pada kualitas sajian, bukan satu kelompok nutrisi atau makanan. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa hal ini mengurangi risiko kondisi kesehatan kronis, termasuk penyakit jantung dan diabetes tipe 2, sekaligus meningkatkan umur panjang dan meningkatkan kualitas hidup.
Isi piring orang yang menjalani diet Mediterania diisi berbagai macam makanan, seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian, kacang-kacangan, polong-polongan, minyak zaitun, bumbu, dan rempah-rempah setiap hari. Selain, mereka juga makan makanan laut dan ikan setidaknya dua kali seminggu.
Advertisement