Insiden Turbulensi Singapore Airlines Timbulkan Pertanyaan Keamanan Ketika Penumpang Pergi ke Toilet

Insiden turbulensi parah yang terjadi pada Singapore Airlines bulan lalu dan memakan korban jiwa menimbulkan pertanyaan keamanan soal toilet pesawat dan tutup bagasi yang menjadi impact zones penumpang.

oleh Rusmia Nely diperbarui 11 Jun 2024, 04:00 WIB
Diterbitkan 11 Jun 2024, 04:00 WIB
58 Penumpang Pesawat Singapore Airlines Korban Turbulensi Masih Dirawat di RS Bangkok, 20 di Antaranya Masuk ICU
Ilustrasi pasang sabuk pengaman. (dok. Cathal Mac an Bheatha/Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Penerbangan Singapore Airlines dalam perjalanan dari London ke Singapura mengalami turbulensi parah April lalu, menyebabkan satu penumpang tewas dan beberapa lainnya luka-luka. Insiden semacam ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana cara agar tetap aman jika terjadi kejadian serupa dan penumpang sedang tidak berada di kursi, contohnya seperti ke toilet.

Dikutip dari ABC, Senin (10/06/2024),  toilet pesawat adalah salah satu impact zone ketika terjadi turbulensi. Meskipun kita sudah berhati-hati dengan mengenakan sabuk pengaman selama duduk di kursi, apa yang terjadi jika kita harus pergi ke toilet?

Ada beberapa tindakan yang berada dalam kendali penumpang, namun hal ini juga merupakan pertanyaan yang harus dijawab oleh regulator penerbangan. Hanya beberapa hari setelah turbulensi hebat yang menimpa Singapore Airlines di Myanmar, penerbangan Qatar Airlines dari Doha ke Dublin juga terlibat dalam insiden serupa.

Beberapa ahli penerbangan memperkirakan insiden Singapore Airlines akan menyebabkan perubahan desain pada pesawat penumpang di masa depan, bahkan berpotensi mengubah aturan seputar tanda pengencangan sabuk pengaman. Menjadikan penerbangan lebih aman melibatkan peraturan yang harus dibuat oleh regulator, kebijakan dari maskapai, dan perilaku penumpang itu sendiri.

Profoser jurusan Faktor Manusia dan Keselamatan Penerbangan di Universitas New South Wales, Brett Molesworth mengatakan ada kemungkinan mendesain ulang impact zone yang ada dalam pesawat.

"Jadi kita tahu bahwa impact zone adalah bagasi di atas kepala, kemudian langit-langit toilet, sehingga mereka dapat menggunakan material yang mengurangi dampak buruknya dalam keadaan tersebut," katanya.

Dalam update terakhir, Singapore Airlines mengatakan 10 dari 20 penumpang dan awak masih dirawat di rumah sakit di Bangkok. Sedangkan, turbulensi yang terjadi pada Qatar Airlines tidak terlalu parah, namun delapan penumpang dan awak masih dirawat hingga saat ini.

 

Pengalaman Penumpang yang ke Toilet Saat Turbulensi

Pura-Pura Lumpuh 20 Tahun
Wanita Ini Pura-Pura Lumpuh 20 Tahun Agar Tak Disuruh Kerja (Sumber: Ilustrasi Pexels/Cotto Bro Studio)

Hampir 16 tahun yang lalu, Caroline Southcott pergi ke toilet dalam penerbangan dari Singapura ke Perth, tetapi ketika dia kembali ke tempat duduknya, dia menderita luka parah yang terus berdampak pada dirinya hingga hari ini.

Caroline mengatakan dia masih memiliki pecahan plastik kecil yang keluar dari dahinya yang menjadi sebuah pengingat akan trauma ekstrem yang dialami tubuhnya saat kepalanya terkena pecahan tempat sampah yang pecah karena turbulensi.

Caroline dan suaminya Bruce berada di pesawat Qantas penerbangan 72 yang mengalami keadaan darurat di Samudera Hindia pada bulan Oktober 2008. Bukan turbulensi tak terduga yang membuat Caroline terlempar ke dalam kabin. Penyelidik akhirnya menemukan Airbus A330-303 yang ditumpanginya menukik dua kali setelah bagian yang rusak memberikan data yang salah ke komputer kontrol penerbangan.

Awak kabin baru saja selesai menyajikan makan siang. Saat itu pukul 12.40 waktu setempat dan para penumpang bersiap untuk duduk dan terbang pulang ke Perth. Caroline ingat setelah selesai makan, ia melihat tanda kencangkan sabuk pengaman tidak terpasang, dan memutuskan untuk pergi ke kamar mandi.

"Saya pergi ke toilet, jadi ketika saya keluar, saya baru ingat rasanya seperti dipukul di bagian belakang kepala dengan bagasi di atas kepala dan saya pingsan," katanya.

Dalam dua detik, penerbangan QF72 menukik lebih dari 45 meter. Penumpang dan awak telah terlempar ke sekitar kabin dan petugas mengaktifkan tanda kencangkan sabuk pengaman. Kapten berhasil merebut kembali kendali tetapi beberapa menit kemudian, pesawat kembali menukik.

 

Turbulensi Membuat Cacat Seumur Hidup

Cara Mengatasi Rasa Panik Saat Turbulensi Pesawat
Cara Mengatasi Rasa Panik Saat Turbulensi Pesawat (sumber: unplash)

"Tutup bagasi atas itu menabrak saya dua kali di bagian belakang kepala, dan ketiga kalinya saya merasakan kaki saya melayang," kata Caroline. Ia merasa bahwa saat itu mungkin saja kepalanya sudah masuk ke dalam bagasi atas pesawat.

Caroline mengatakan dia terbangun di lantai pesawat. "Saat itu saya merasakan punggung saya patah," katanya.

"Saya tidak bisa menggerakkan kaki saya atau apa pun pada saat itu dan pergelangan kaki saya patah, tulang rusuk saya patah, dan wajah saya terluka."

Lebih dari 100 penumpang dan awak terluka dan kaptennya mengeluarkan seruan mayday dan dialihkan ke pangkalan angkatan udara terpencil di Learmonth, Australia Barat. Caroline berjuang untuk tetap hidup dan melakukan segala daya untuk meningkatkan peluang suatu hari bisa berjalan lagi.

Kejadian tersebut terjadi dua windu yang lalu, namun hingga saat ini Caroline tidak kunjung sembuh dari dampak turbulensi tersebut. Ia mengalami kecacatan dan dinyatakan lumpuh pada bagian bawah tubuhnya dan tidak bisa berjalan. Caroline baru dua kali memakai pesawat setelah kecelakaan tersebut, dan ia mengaku tidak pernah melepas sabuk pengamannya, apalagi pergi ke toilet.

Cerita Penumpang dari Insiden Turbulensi Singapore Airlines

Kronologi Singapore Airlines Mendarat Darurat di Bangkok karena Turbulensi Parah yang Tewaskan Seorang Penumpang.  foto: Twitter @adarwis
Kronologi Singapore Airlines Mendarat Darurat di Bangkok karena Turbulensi Parah yang Tewaskan Seorang Penumpang. foto: Twitter @adarwis

Nyatanya, kejadian penumpang yang terbentur dengan tutup bagasi atas saat turbulensi kembali terjadi di tahun ini pada pesawat Singapore Airlines. Melansir laman BBC, Selasa, 21 Mei 2024, seorang warga Inggris bernama Andrew Davis menggambarkan banyak "jeritan mengerikan dan terdengar seperti bunyi gedebuk" dalam beberapa detik pertama kejadian.

"Hal yang paling saya ingat adalah melihat benda-benda terbang di udara. Saya tersiram kopi. Turbulensinya luar biasa parah," katanya kepada BBC Radio 5 live.

Penumpang lain menceritakan hal serupa. "Saya mulai bersiap menghadapi apa yang terjadi, dan tiba-tiba terjadi penurunan drastis, sehingga semua orang yang duduk dan tidak mengenakan sabuk pengaman langsung terlempar ke langit-langit," kata Dzafran Azmir, seorang pelajar berusia 28 tahun.

"Beberapa orang kepalanya terbentur kabin bagasi di atas dan penyok, mereka memukul tempat lampu dan masker berada dan langsung menerobosnya," tambah dia.

Penerbangan pesawat Boeing 777-300ER tujuan Singapura dialihkan ke Bangkok, dan melakukan pendaratan darurat pada pukul 15:45 waktu setempat, sebelum akhirnya para korban dilarikan ke rumah sakit.

 

Infografis Destinasi Wisata Berkelanjutan di Indonesia dan Dunia
Infografis Destinasi Wisata Berkelanjutan di Indonesia dan Dunia (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya