Liputan6.com, Jakarta - Sebuah video viral yang diunggah akun Instagram @agus_arrya memuat curhatan dirinya sebagai pemilik kafe di Yogyakarta yang sering didatangi oknum mahasiswa rombongan jarang beli alias rojali. Agus mengatakan, hal tersebut merugikan banyak pemilik kafe di kota pelajar tersebut.
Di video yang dibagikan pada Kamis, 13 Juni 2024 tersebut, ia menyindir oknum mahasiswa yang sering datang dan nongkrong di kedai kopi, namun tidak membeli. Kebanyakan dari mereka bahkan datang dalam rombongan besar dan nongkrong di kafe hingga larut malam.
"Teruntuk oknum mahasiswa dan mahasiswi yang ada di Jogja yang sering kerjain tugas di kedai kopi atau di kafe, meminta tolong, minta tolong order. Kan gak semua harga mahal, ada yang murah juga," sebut Agus dalam videonya.
Advertisement
Ia mengaku resah, lantaran banyak dari mereka yang datang ke kafe untuk rapat dan membahas perihal masalah ekonomi rakyat, namun tidak memesan dari kafenya. Hal ini jadi sebuah ironi bagi Agus yang memiliki kafe level UMKM di daerah Sorowajan, Yogyakarta.
"Yang lebih menyebalkan lagi, misal kalian ngadain rapat atau ngobrol bareng sekitar 10 orang sampai 20 orang yang order cuma 5 orang, apalagi yang dibahas masalah ekonomi rakyat," sebutnya dalam video yang sudah disukai lebih dari 600 pengguna tersebut.
Unggahan itu langsung diserbu komentar dari para pelaku usaha kafe dan mahasiswa yang sering mengerjakan tugas di kafe. Mereka juga mengeluhkan hal yang sama dengan Agus dan melihat fenomena ini sebagai sesuatu yang baru terjadi belakangan ini.
"Sepakat lan Valid 100% Mas👏 4 Tahun lalu ndak begini. Nongkrong semeja 10, ya order masih 8. Hanya kecil banget yang ga order. Sekarang rapat 10, yang order 2. Lainnya disodorin menu cuma iya-iya, selesai nugas, selesai konek wifi. Ya pulang. Behavior mahasiswa skrg sepertinya berubah. Heran juga kok ya ndak punya rasa pakewuh yah? Hmm," sebut seorang warganet yang berkomentar.
"benerr, aku sbg mahasiswa yg suka nugas di tempat ngopi jg setujuu. kalo pun lama disana, pasti harus repeat order. ibaratnya kan pake fasilitas yg disediakan, ya kita jg bayar gt. mana ada gratisan kalo mau nongki sekalian nugas di cafe😹😹," sebut Warganet yang lain sebagai mahasiswa.
Ada yang Tidak Mau Pulang Meski Kafe Sudah Mau Tutup
Selain soa rojali, Agus menyorot mahasiswa pengunjung kafe yang bisa nongkrong hingga larut malam, bahkan sampai lewat jam kedai tutup. Hal ini nyatanya sangat merugikan sebab pekerja di kafe harus membersihkan kafe sampai lewat jam kerja karena pengunjung tidak mau pulang.
"Satu lagi, kalau dia sudah closing, mbok minta tolong, besok lagi. Masa iya kita mau bersih-bersih harus tunggu tugas kalian selesai dulu. Disuruh order gamau, ketika closing disuruh pergi susah, eh keesokan harinya ninggal sampah," sindir Agus dalam videonya.
Ia juga mengunggah versi penjelasan lebih panjang lewat akun YouTube @agusaryabercerita. Pria tersebut mengatakan, kadang ia sampai harus menunggu oknum-oknum mahasiswa tersebut pulang, bahkan membiarkan mereka tetap di kafe dan membersihkannya keesokan harinya.
Hal tersebut tetap jadi masalah sebab ketika ia hendak membuka kafe di pagi hari, banyak sampah kemasan makanan yang berserakan. "Saya yakin kalian itu bukan karena gak punya uang, terbukti kalian saat kita tinggal pergi, keesokan harinya banyak kemasan-kemasan makanan dan minuman berserakan. Padahal kita juga sudah sediain tempat sampah, banyak," katanya.
Advertisement
Merusak Meja dan Kursi Kafe
Di kanal YouTube-nya, Agus menjelaskan, sebagai pemilik kafe, perilaku buruk mahasiswa itu sangat merugikan. Ia berkata, ada biaya operasional, seperti biaya listrik, wifi, dan lain-lain, yang ditanggung kedai kafe ketik ada rojali berkunjung.
"Untuk kedai kopi yang segmennya mahasiswa, ada beberapa bulan yang memang harus dimaksimalkan dan ada beberapa bulan kita harus sabar. Bayangkan ketika bulan-bulan kita mengejar omset yang mengisi rojali-rojali seperti ini," sebut Agus dalam video YouTube berdurasi 15 menit tersebut.
Kedai kopi yang targetnya mahasiswa, menurut dia, tidak selamanya bisa bergantung pada pangsa pasar itu, terutama ketika libur panjang perkuliahan. Sedangkan, di bulan-bulan yang sibuk dan ramai mahasiswa, isi kedai kopi malah dihuni dengan oknum "rojali" yang tidak memesan makanan.
Agus juga mengeluhkan kelakuan para "rojali" yang sering nongkrong secara anarkis. Ada beberapa di antaranya yang sampai merusak meja dan kursi kafe karena kelakuan mereka yang seenaknya, terutama ketika sedang nongkrong ramai-ramai.
"Meja tuh banyak yang dicoret-coret, banyak yang di tipex-tipex, bahkan banyak yang dibolong-bolong juga. Kursi juga sempat ada yang ambrol buat gojek-gojekan sama teman-temannya. Dan kita tidak kenakan charge," sebut Agus dalam video YouTube-nya.
Tidak Semua Mahasiswa Berperilaku Demikian
Hal yang paling membuat Agus sebal adalah perihal sampah yang berserakan setelah nongkrong hingga larut malam. Agus merasa, perilaku yang demikian tidak mencerminkan oknum mahasiswa yang seharusnya paham soal aturan membuang sampah pada tempatnya.
"Kayaknya orang-orang pinter juga, orang-orang berpendidikan, orang-orang kuliah tapi kok perilakunya seperti itu," sebut Agus.
Meski begitu, Agus tidak mengeneralisasi semua mahasiswa berkelakuan buruk. Ia mengatakan, itu hanya dilakukan oknum-oknum tidak bertanggung jawab dan ia sangat menyayangkan perilaku tersebut.
Ia mengatakan bahwa dirinya hanya meluapkan kekesalan terhadap perilaku yang bukan hanya sekali dua kali terjadi, namun sudah berulang-ulang. Oknum-oknum mahasiswa tersebut tampak tidak peduli soal kebersihan dan etika saat di kafe.
"Saya sampaikan dengan kesadaran saya dan kerendahan hati saya, mohon maaf apabila ada pihak-pihak yang kurang berkenan dengan apa yang saya sampaikan jadi mohon dimengerti," sebut Agus.
Ia tak memungkiri bahwa curhatannya ini juga dirasakan para pemilik kafe di Yogyakarta. Terakhir, ia berharap oknum-oknum tersebut bisa sadar akan perilaku buruknya yang merugikan pemilik kafe.
Advertisement