Raeni si Putri Tukang Becak `Pincut` Hati Anies Baswedan

Keberhasilan putri tukang becak itu membuat pelopor gerakan Indonesia Mengajar itu ingin berkomunikasi secara langsung dengan Raeni.

oleh Silvanus Alvin diperbarui 12 Jun 2014, 16:45 WIB
Diterbitkan 12 Jun 2014, 16:45 WIB
Senyum Wisudawati Ber-IPK 3,96 Diantar Ayah dengan Becak
Raeni, wisudawati ber-IPK 3,96 dan ayahnya Mugiyono. (Unnes.ac.id/Humas/Lintang Hakim)

Liputan6.com, Jakarta - Nama Raeni sudah sampai ke telinga Anies Baswedan. Keberhasilan putri tukang becak itu membuat pelopor gerakan Indonesia Mengajar itu ingin berkomunikasi secara langsung dengan Raeni. Apalagi Raeni ingin menjadi pendidik.

"Saya sudah bicara via telepon tadi," ujar Anies di Hotel Mulia, Jakarta, Kamis (12/6/2014).

Setelah berkomunikasi dengan Raeni, Anies baru mengetahui jika lulusan terbaik Universitas Negeri Semarang (Unnes) itu sudah mengikuti tes masuk Indonesia Mengajar. Bahkan, Raeni bakal menghadapi ujian wawancara.

"Dia lagi tes Indonesia Mengajar. Dia sudah lolos fase pertama. Nanti akan fase kedua, direct assessment atau wawancara," tuturnya.

Meski Raeni tengah menjadi buah bibir, namun Anies menegaskan, jalannya ujian masuk akan berlangsung objektif. "Bisa masuk Indonesia Mengajar setelah lulus dulu, kami objektif," tutur Rektor Paramadina itu.

Putri kedua pasangan Mugiyono dan Sujamah selalu mendapat IPK cumlaude selama menimba ilmu di Jurusan Pendidikan Akuntansi Fakultas Ekonomi (FE) Unnes. Selama kuliah, ia dikenal cerdas dan disiplin. Bahkan, berkali-kali menjuarai lomba dan memperoleh hadiah uang tunai, yang sebagian disisihkan untuk diberikan kepada orangtuanya, Mugiyono dan Sujamah.

Gadis kelahiran 13 Januari 1993 itu juga sangat aktif di kampus antara lain dengan menjadi Tenaga Laboratorium Asistenship Pendidikan Akuntansi FE Unnes dan Tenaga Laboratorium Asistenship Jurusan Pendidikan Ekonomi FE Unnes.

Ayahanda Raeni bekerja sebagai tukang becak yang setiap hari mangkal tak jauh dari rumahnya di Kelurahan Langenharjo, Kendal. Pekerjaan itu dilakoni Mugiyono setelah ia berhenti sebagai karyawan di pabrik kayu lapis. Sebagai tukang becak, diakuinya, penghasilannya tak menentu.

Sekitar Rp 10-50 ribu. Karena itu, dia juga bekerja sebagai penjaga malam sebuah sekolah dengan gaji Rp 450 ribu per bulan. Meski dari keluarga kurang mampu, Raeni berkali-kali membuktikan keunggulan dan prestasinya. Penerima beasiswa Bidikmisi ini beberapa kali memperoleh indeks prestasi 4.

Prestasi itu dipertahankan hingga ia lulus sehingga ia ditetapkan sebagai wisudawati terbaik dengan Indeks Prestasi Komulatif (IPK) 3,96. (Mut)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya