Fahira Idris DPD Minta Menteri Anies Buat Kurikulum Asyik

"Jika ingin mengubah wajah pendidikan kita, proses belajar mengajar harus menjadi asyik dan menyenangkan," kata Fahira.

oleh Liputan6 diperbarui 29 Des 2014, 21:46 WIB
Diterbitkan 29 Des 2014, 21:46 WIB
Buku Kurikulum 2013
(Liputan6 TV)

Liputan6.com, Jakarta Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Fahira Idris mengaku mendapat banyak SMS dan email dari berbagai daerah, terutama dari para orang tua. Mereka menginginkan ada formulasi kurikulum yang mampu menghadirkan proses belajar mengajar menjadi asyik dan menyenangkan.

Penghentian Kurikulum 2013 oleh Menteri Kebudayaan, Pendidikan Dasar, dan Menengah (Menbuddikdasmen) Anies Baswedan, menurut Fahira, membuat sekolah di Indonesia saat ini tidak punya kurikulum yang seragam.

Walau sudah dihentikan, lanjut dia, Kurikulum 2013 masih diterapkan di 6.221 sekolah yang sudah menerapkan kurikulum ini selama 3 semester sebagai percontohan. Sedangkan 211.779 sekolah kembali menerapkan Kurikulum 2006.

"Harapan saya, kondisi seperti ini (ada 2 kurikulum yang diterapkan) jangan terlalu lama berlangsung. Kami (DPD) meminta Menbuddikdasmen Anies Baswedan segera memformulasikan kurikulum agar peserta didik bisa menikmati proses belajar mengajar dan tentunya yang setara dan berkualitas," ujar Fahira dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin (29/12/2014).

Menurut Wakil Ketua Komite III DPD yang salah satu bidangnya adalah mengurusi pendidikan ini, salah satu persoalan mendasar pendidikan Indonesia adalah kualitas guru. Oleh karena itu kurikulum ke depan harus menjawab persoalan peningkatan kualitas guru.

"Jika ingin mengubah wajah pendidikan kita, bukan melulu soal mengganti kurikulum, tetapi bagaimana melatih guru agar mampu membuat proses belajar mengajar menjadi asyik dan menyenangkan," kata Fahira.

Selain guru, dalam setiap perumusan kurikulum, peserta didik harus didengar aspirasinya. Hal ini menjadi penting karena para guru dan peserta didiklah yang menjadi aktor utama penerapan kurikulum. Salah satu alasan seringnya pergantian kurikulum di Indonesia adalah karena nilai peserta didik di Indonesia di tingkat internasional dianggap rendah. Padahal anak-anak Indonesia pintar.

"Lihat saja, setiap ada olimpiade matematika, fisika, sains tingkat dunia, anak-anak kita selalu dapat medali emas. Artinya, perlu guru yang berkualitas untuk mengajari anak-anak kita yang pintar. Mau tiap tahun ganti kurikulum, kualitas pendidikan kita tidak akan maju selama kualitas guru tidak ditingkatkan. Saya yakin jika pemerintah fokus melatih guru, kualitas pendidikan kita akan melesat maju," ujar Senator asal DKI Jakarta ini.

Satu lagi yang paling penting dalam penerapan kurikulum, tambah Ketua Yayasan Anak Bangsa Berdaya dan Mandiri ini, adalah kesiapan guru-guru di daerah terutama di daerah tertinggal, terluar, dan terdepan.

"Saya berharap penyempurnaan kurikulum ke depan sesuai fakta dan realitas daerah-daerah di Indonesia. Idealnya turunnya dulu ke lapangan baru kurikulum dirumuskan. Jangan pakai kacamata Jakarta atau daerah lain yang infrastruktur pendidikannya sudah maju. Sehingga kurikulum bisa jadi solusi bukan malah jadi masalah baru. Saya pribadi yakin Menteri Anies punya terobosan membenahi wajah pendidikan kita," ucap Fahira.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya