Din Syamsuddin: Semoga Persoalan Golkar Selesai Secara Adat

sebagai mantan fungsionaris Golkar, dirinya merasakan partai yang didominasi warna kuning tersebut semakin mengalami kemerosotan.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 06 Jan 2015, 13:23 WIB
Diterbitkan 06 Jan 2015, 13:23 WIB
Din Syamsudin
Din Syamsudin (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua PP Muhammadiyah, Din Syamsudin mengatakan kunjungan Ketua Umum Golkar versi Munas Ancol, Agung Laksono, ke dirinya merupakan sebuah langkah yang baik dalam menjalin silaturahmi. Dirinya pun menyambut baik langkah tersebut.

Pasalnya, menurut Din Syamsudin, Agung Laksono selaku ketua umum yang baru bisa menyelesaikan masalah terpecahnya Partai Golkar.

"Alhamdullilah sebagai sahabat, bisa terus menjalin silaturahmi. Saya mengucapkan selamat kepada Pak Agung terpilih menjadi Ketua Umum. Semoga masalah di partai bisa diselesaikan secara adat. Saya yakin bisa diselesaikan. Saya tahu persis di Partai Golkar nih, negarawan-negarawan semua. Jadi bisa diselesaikan," ujar Din saat berbincang-bincang dengan Agung Laksono di kantornya, Selasa (6/1/2015).

Dirinya pun menegaskan sebagai mantan fungsionaris Golkar, dirinya merasakan partai yang didominasi warna kuning tersebut semakin mengalami kemerosotan. Karena itu, dirinya berharap nanti Agung bisa membawa perubahan bagi Golkar.

"Terus terang sebagai mantan fungsionaris Partai Golkar Saya prihatin kok semakin lama Pemilu makin anjlok drastis. Saya harapkan Pak Agung bisa membawa marwah Partai Golkar," jelasnya.

Selain itu, Din menegaskan perlunya Partai Golkar segera mencari keluar dari masalah ini. Pasalnya, Golkar dengan segudang politisi mempunyai pengalaman. Dengan adanya perpecahan ini, maka sangat kurang berfungsi sebagai agen perubahan politik.

"Saat ini perlu sekali ditegakkan ideologi kegolkaran. Sekarang menjadi sangat pragmatis dan partai kurang berfungsi sebagai agen perubahan kehidupan politik. Perlu dikembalikan semangat kekuatan organik. Janganlah perbedaan kepentingan dan orientasi politik selama Pilpres itu terlestarikan dalam bentuk dikotomis, seperti partai pemerintah dan partai oposisi. Pada hemat saya, kalau ini berlanjut kita mengalami defisit demokrasi," tandasnya.

Jangan Jadi Franchise

Din juga meminta dengan perpecahan Golkar tidak menempatkan partainya sebagai salah satu waralaba politik. Menurutnya, jika menjadi waralaba politik, Partai Golkar hanya akan mengurusi kepentingan politik individu atau golongan, bukan mengedepankan kepentingan rakyat.

"Golkar jangan jadi franchise politik. Sekarang sudah bukan era dan jamannya lagi seperti ini. Jangan sampai pendekatan politik seperti ini membuat Golkar menjadi holding company," ujar Din.

Sementara itu, Agung Laksono menegaskan seharusnya sudah saatnya ikut menyatukan parlemen. Salah satu syarat, Golkar harus keluar dari Koalisi Merah Putih (KMP).

"Kami mendukung Pemerintahan yang sah, yaitu Jokowi-JK. Meskipun Kita itu loyal kita tetap kritis. Kita tak persoalkan duduk di dalam atau di luar. Kita lihat dan mengawasi pemerintah itu saja, mendukung program jika baik, mengkritisi jika buruk, bukan saling menjegal," tandasnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya