Liputan6.com, Jakarta - Operasi kemanusiaan yang dilakukan Badan SAR Nasional bersama TNI dan tim relawan lainnya baik dari dalam maupun luar negeri mengevakuasi 48 jenazah bukan perkara mudah, apalagi jenazah yang diduga sudah terendam berhari-hari di laut kondisinya cukup sulit untuk dievakuasi.
Â
Jasad para penumpang yang sudah dievakuasi di lokasi yang diduga sebagai tempat jatuhnya pesawat AirAsia QZ8501 menjadi titik sentral pencarian bangkai pesawat.
Lokasinya pun akhirnya teridentifikasi, saatnya pasukan penyelam dari TNI Angkatan Laut beraksi. Mereka mempersiapkan perlengkapan selam dan menuju lokasi perairan Selat Malaka.
Dari Pelabuhan Kumai, Pangkalan Bun, Kalimantan Tengah mereka meluncur menggunakan kapal tugboat berbadan kecil. Misi ini cukup berbahaya, karena cuaca dan gelombang besar yang menyertai menjadi salah satu hambatan pasukan penyelam menuju KRI Banda Aceh yang menjadi base camp di sekitar Selat Malaka.
Di tengah perjalanan, kapal tugboat berpapasan dengan kapal perang KRI Yos Sudarso yang baru saja mengevakuasi jasad penumpang Air Asia untuk diserahterimakan ke KRI Banda Aceh. Terjangan gelombang tinggi menyulitkan nakhoda kapal tugboat merapat.
Serpihan pesawat AirAsia yang juga ditemukan KRI Yos Sudarso diungsikan ke kapal tugboat. Kapal asing berbendera Malaysia juga menemukan jasad di tengah laut.
Cuaca yang tidak bersahabat dan gelombang tinggi pun memperlambat laju kapal tugboat. Namun akhirnya para penyelam pun berhasil merapat ke KRI Banda Aceh. Tidak mau buang waktu, briefing para penyelam segera dilakukan untuk melokalisir bangkai pesawat.
Kerja penyelam yang salah satunya mengidentifikasi bangkai pesawat dan kemungkinan sejumlah jenazah yang masih terjebak di dalam pesawat. Hal itu butuh konsentrasi dan persiapan yang matang. Koordinasi dan kerja tim yang kompak juga jadi syarat utama.
Yang tak kalah krusial, peralatan penyelam yang digunakan pun harus dalam kondisi siap pakai. Tabung oksigen jadi salah satu bagian terpenting bagi penyelam. Persyaratan utama seorang penyelam meluncur ke dasar laut, tentu saja kesehatan yang prima.
Saat yang mendebarkan hampir tiba, briefing dan pemberian strategi jadi makanan terakhir sebelum para penyelam terjun ke laut.
Tiba waktunya para penyelam menurunkan perahu karet bermotor. Cobaan pertama dimulai, mesin perahu karet sulit dinyalakan. Cobaan kedua muncul, gelombang tinggi 3 sampai 4 meter menghadang.
Kondisi cuaca bukannya membaik, awan hitam pekat menggantung mulai menutup langit. Ini jadi cobaan ketiga, situasi sangat mengkhawatirkan dan ombak semakin tinggi hingga para penyelam diarahkan merapat ke Kapal Geo Survey menunda penyelaman mereka.
Padahal saat itu sejumlah kapal yang membantu proses pencarian dan evakuasi sedang berada di sekitar lokasi. Termasuk kapal-kapal dan juga helikopter dari negara sahabat. Tak lama hujan deras pun mengguyur Selat Karimata. Proses pencarian pun dihentikan.
Saksikan proses pencarian bangkai kapal AirAsia QZ8501 selengkapnya yang ditayangkan Sigi Investigasi SCTV, Sabtu (10/1/2015), di bawah ini.
Advertisement