Saat Kotak Hitam AirAsia Ditemukan dan 3 Jenazah Teridentifikasi

Di hari yang sama kotak hitam ditemukan, tim DVI berhasil mengidentifikasi 3 jenazah penumpang AirAsia QZ8501 dan ekor pesawat dipindahkan.

oleh Ahmad Romadoni Hanz Jimenez SalimDian Kurniawan diperbarui 12 Jan 2015, 00:31 WIB
Diterbitkan 12 Jan 2015, 00:31 WIB
Proses pengangkatan AirAsia QZ8501di Laut Jawa
Proses pengangkatan Ekor AirAsia QZ8501di Laut Jawa (sumber: dokumentasi TNI)

Liputan6.com, Jakarta - Rasa lelah tim pencari AirAsia QZ8501 sirna sudah setelah tim penyelam TNI AL yang berada di Kapal Negara (KN) Jadayat, berhasil menemukan benda yang paling dicari-cari yakni kotak hitam (black box) AirAsia QZ8501.

Koordinator Tim Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, A Tonny Budiono pada Minggu (11/1/2015) menyebutkan, kotak hitam itu berada pada posisi 03.37.21 S atau 109.42.42 E dengan kedalaman sekitar 30 sampai 32 meter.

Disebutkan, kotak hitam berada di himpitan serpihan badan pesawat. Kondisi ini membuat penyelam kesulitan untuk mengambilnya. Karena keterbatasan waktu, tim memutuskan mengambil black box Senin 12 Januari 2015.

Ada dua skenario proses pengambilan kotak hitam. Pertama dilakukan dengan menggeser berlahan-lahan serpihan badan pesawat. Jika cara ini gagal, tim akan menggunakan skenario kedua yakni dengan mengangkat serpihan badan pesawat menggunakan teknik balon seperti yang dilakukan pada ekor pesawat.

Guna memudahkan pengambilan kotak hitam, tim penyelam TNI AL telah memasang Marker Buoy kecil yang sebelumnya telah disiapkan di KN Jadayat.

Sebelum penemuan kotak hitam ini dipastikan, 3 kapal lebih dulu menyatakan berhasil mendeteksi ping atau sinyal Emergency Locator Transmistion (ELT) yang dipancarkan kotak hitam  AirAsia QZ8501.

Ketiga kapal tersebut yakni Kapal Baruna Jaya I, Java Imperia, dan GeoSurvey. Sinyal kotak hitam AirAsia itu ditangkap Minggu (11/1/2015) pagi, atau tepat di hari ke-15 pencarian pesawat yang hilang kontak pada Minggu 28 Desember 2014.

Menko Kemaritiman Indroyono Soesilo mengatakan, 2 kapal milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) yakni Baruna Jaya I dan Java Imperia berhasil menangkap sinyal ELT kotak hitam AirAsia dengan menggunakan mesin Pinger Locater yang ada di 2 kapal tersebut. Sinyal tertangkap di kedalaman 30 meter di Selat Karimata, lokasi jatuhnya AirAsia.

"Tadi jam 10.00 WIB, saya dapat kabar mengenai fix ini. Tapi kalau orang tanya mana black boxnya? Ya itu 2 titik lintang dari 2 kapal yang berbeda," kata Indroyono di Kantor BPPT, Jakarta.

Dia menjeaskan, Kapal Baruna Jaya I menemukan koordinat sinyal ELT berada pada 3 derajat 37 menit 20,7 detik Lintang Selatan dan 109 derajat 42 menit 43 detik Bujur Timur. Sementara Kapal Java Imperia menangkap sinyal pada koordinat 3 derajat 37 menit 21,13 detik Lintang Selatan dan 109 derajat 42 menit 42.45 detik Bujur Timur. Perbedaan lokasi koordinat ini sejauh 20 meter.

"(Ping) Ini dikirim dari black box dan Insya Allah benar," ungkap Indroyono. Dia yakin 2 lokasi tersebut merupakan titik tempat kotak hitam AiraAsia, karena sebelumnya sudah dilakukan pemeriksaan dan diverifikasi.

Letak penemuan sinyal ELT ini sendiri berada sejauh 2,5 kilometer barat laut dari lokasi ekor pesawat AirAsia QZ8501 yang sudah ditemukan lebih dulu. "Pergesaran lokasi ping ELT dan ekor pesawat kami duga kuat karena arus laut yang ada," tandas Indroyono.

Kepala BPPT Unggul Priyanto di Kantor BPPT mengatakan, temuan ini lebih cepat dari target yang ditentukan. "Ini lebih cepat 3 hari, kita menargetkan 17 hari," ujar Unggul.

BPPT menurunkan 2 kapalnya ke lokasi jatuhnya Pesawat AirAsia, untuk membantu pencarian kotak hitam pesawat, sejak 30 Desember 2014. Dua kapal ini diawaki 17 ABK, 15 personel teknis, dan 2 humas.

Kedua kapal itu akhirnya berhasil mendeteksi ping atau sinyal ELT kotak hitam AirAsia QZ8501. Dengan temuan ini, BPPT akan secepatnya mengangkat kotak hitam tersebut.  "Kalau sudah selesai kita pulangkan (awak kapal)," ujar Unggul.

Selain berhasil menangkap sinyal ELT black box AirAsia QZ8501, kapal BPPT juga berhasil menemukan 2 obyek besar.

"Obyek itu terekam menggunakan sonar 2 kapal. Tapi kami belum bisa pastikan itu AirAsia atau bukan," kata Menko Kemaritiman Indroyono Soesilo.

Menurut Indroyono, objek itu belum bisa dikonfirmasi kebenarannya karena harus diperiksa lebih dulu melalui penglihatan para penyelam. Sama seperti penemuan ekor pesawat. Kendati demikian, Indroyono percaya citra yang ditangkap sonar tidak meleset seperti pada peristiwa Adam Air.

"Kita percaya karena ini berdasarkan pengalaman waktu Adam Air, Kapal Bahuga Jaya, bis dan sedan di jembatan Kutai, saya berpendapat, ini sekian kalinya dapatkan black box," ujar Indroyono.

Hasil temuan ini akan segera dikonfirmasi kebenarannya. Setelah benar-benar terkonfirmasi, semua informasi diserahkan ke Komite Nasional Kecelakaan Transportasi (KNKT) untuk ditindaklanjuti.

"Itu tugas KNKT. Dan itu dilaporkan untuk penyelam diturunkan di lokasi. Karena kalau kita yang angkat takutnya rusak, karena itu dikirim penyelam," tandas Indroyono.

3 Jenazah Diidentifikasi

Tim DVI Serahkan Tiga Jenazah Korban AirAsia QZ8501


Di RS Bhayangkara Polda Jawa Timur, Tim Disaster Victim Identification (DVI) pada Minggu (11/1/2015) berhasil mengidentifikasi 3 jenazah penumpang AirAsia QZ8501. Ketiganya yakni 2 warga negara asal Korea Selatan dan 1 WNI asal Tarakan Tengah, Kalimantan Timur.

"Dua WNA Korea Selatan pasangan suami istri atas nama Seoung Beom Park berusia 37 tahun dan Kyung Hwa Lee berusia 34 tahun. Sedangkan, WNI adalah Vera Chandra Kho," ujar Kepala DVI Polda Jatim Kombes Pol Budiyono di Crisis Center Mapolda Jatim, Surabaya.

Pasangan suami istri itu berhasil diidentifikasi dari pemeriksaan gigi. Pada gigi kedua jenazah terdapat tambalan emas, serta gendongan bayi yang menempel di jenazah Seoung Beom Park. Sedangkan jenazah Kyung Hwa menggunakan bra menyusui. Sementara bayi mereka belum ditemukan.

Kini jenazah keduanya dititipkan di lemari pendingin (cool storage) RS Bhayangkara Surabaya, Jawa Timur, sampai pihak keluarga memutuskan kapan kedua jenazah diambil.

"Dua jenazah warga Korsel sementara dititipkan di cold storage sampai menunggu keputusan dari keluarga," ucap Budiyono.

Adapun korban asal Tarakan Tengah bernama Vera Chandra Kho, usia 19 tahun. Jenazah berhasil diidentifikasi dengan menghubungi dokter gigi korban semasa hidup di kawasan Tarakan Tengah, yang kemudian dari hasil rekamnya dinilai memiliki kesamaan primer berupa data gigi.

Terungkapnya identitas korban ditambah properti berupa anting-anting korban yang sama persis dibuat identik dengan milik adik korban. "Berdasarkan data pemeriksaan primer dan sekunder maka tak terbantahkan lagi jenazah tersebut adalah Vera Chandra Kho yang berusia 19 tahun," kata Budiyono.

Dari hasil identifikasi hari ini, maka total korban pesawat AirAsia QZ8501 yang sudah diidentifikasi sampai hari ke-15, yakni 32 jenazah dari 48 jenazah yang sudah ditemukan tim SAR gabungan. "Sisanya 16 (jenazah) masih proses dan masih menjadi PR kami," pungkas Budiyono.

Masih di hari yang sama saat penemuan kotak hitam pesawat, Kapal Crest Onyx pembawa ekor AirAsia QZ8501 merapat di Pelabuhan Panglima Utar Kumai, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Kapal berwarna oranye itu merapat minggu sore sekitar pukul 16.40 WIB.

Pantauan Liputan6.com, proses pemindahan ekor pesawat dilakukan menggunakan crane dari Kapal Navigasi Arcturus‎ milik Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan. Ratusan warga setempat berjejal di dermaga pelabuhan hendak melihat dari dekat seperti apa ekor AirAsia QZ8501 yang dibawa KN Crest Onyx.

Pesawat AirAsia QZ8501 hilang kontak pada Minggu 28 Desember 2014 pukul 06.17 WIB. Pesawat tersebut berangkat dari Bandara Juanda Sidoarjo dan hendak menuju Singapura. Pesawat membawa 155 penumpang dan 7 awak pesawat yang terdiri dari 1 pilot, 1 ko-pilot, 2 pramugara, 2 pramugari dan 1 teknisi. (Sun/Ali)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya