Hasto PDIP Akui Bersalah Temui Abraham Samad Hingga 6 Kali ‎

Plt Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengaku bertemu dengan Ketua KPK Abraham Samad sebanyak 6 kali.

oleh Silvanus Alvin diperbarui 22 Jan 2015, 17:39 WIB
Diterbitkan 22 Jan 2015, 17:39 WIB
Konferensi Pers PDIP Jelang HUT ke-42
Hasto Kristiyanto menyebut, PDIP akan mengaktifkan kembali Badan Penanggulangan Bencana Alam (Baguna) PDIP di Jakarta, Jumat (9/1/2015). Kegiatan tersebut dilaksanakan sebagai bagian perayaan ulang tahun PDIP ke-42. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Plt Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto mengaku bertemu dengan Ketua KPK Abraham Samad sebanyak 6 kali. Pertemuan itu diakuinya sebagai sebuah kesalahan.

"Saat bertemu kami tahu ini melanggar, tapi kami nggak percaya ada yang mengaku sebagai beliau. Tapi ternyata benar. Sampai 6 kali ini proses. Awalnya penasaran," kata Hasto di The Capitol, Jakarta, Kamis (22/1/2015).

Hasto mengungkapkan, pertemuan sebanyak 2 kali dilakukan di The Capitol. Ia bisa bertemu dengan Samad berkat seorang oknum dari kalangan profesional berinisial D1. D1 ditemui saat PDIP tengah mengurus masalah Walikota Surabaya Tri Rismaharini.

‎"Di apartemen yang mewah inilah, The Capitol, saya bertemu Pak Abraham Samad. Saya mau beritahu ruangan di mana, tapi karena ada privasi orang lain, saya memilih jumpa pers," jelas Hasto.

"Setelah persoalan Bu Risma kami selesaikan, dapat tawaran dari D1 untuk bertemu Pak Samad. Pertemuan itu akan bahas hal strategis. Sampai di lobi ini (The Capitol), saya dijemput naik lift menuju suatu ruangan, saya bersama 1 orang yang dikenali kredibilitasnya. Di salah satu ruangan sudah menunggu Pak Abraham Samad, di mejanya ada buah dan kami dipersilakan makan," ‎ungkap dia.

Pertemuan ketiga, lanjut Hasto, dilakukan di Bandara Adi Sucipto, Yogyakarta yang terbuka untuk publik. Pertemuan selanjutnya dirahasiakan.

Anggapan memberi angin surga karena telah melakukan pertemuan sebanyak 6 kali itu pun dibantah Hasto. Menurut dia pertemuan sebanyak itu dilakukan untuk melihat seperti apa Samad bila menjadi pemimpin negara, sehingga dibahas hal-hal strategis.

"Kami mau ketahui secara mendalam, kita perlu orang seperti beliau, maka kami buka peluang. Tapi karena ada penyadapan HP, muncul cerita Rumah Kaca, lalu itu dibilang fitnah, maka saya ungkap aturan ini. Ketika Jokowi ambil keputusan, itu murni keputusan Jokowi. PDIP saat itu nggak bisa calonkan sendiri, sehingga para pimpinan parpol lihat realitas saat itu dengan kekurangan 25 persen suara dan dilakukan kerjasama dan mereka usul Pak JK," terang dia.

Selain itu, ‎Hasto menegaskan bertemu Abraham Samad atas nama pribadi, bukan sebagai perwakilan PDIP. "Ini keyakinan politik, keyakinan kebenaran, saya tanggung jawab pribadi di mata hukum dan dengan etika politik. Ini atas inisiatif saya," tandas Hasto.

>>Rumah Kaca>>

Rumah Kaca

'Rumah Kaca'

Lewat tulisan 'Rumah Kaca Abraham Samad', akun dengan nama Sawito Kartowibowo mengungkapkan ada 6 kali pertemuan yang membahas Abraham Samad menawarkan diri sebagai Cawapres bagi Jokowi.
 
Penulis mengklaim memiliki data, yang bisa dikonfirmasi baik pada pihak Samad maupun pihak PDIP, dan penulis meminta agar kedua kubu itu menjelaskan semua hal-hal yang perlu diketahui publik, misalnya ada apa PDIP dengan Budi Gunawan.
 
"Ada Enam Pertemuan yang dilakukan oleh Abraham Samad dengan PDIP yang mengindikasikan Samad bukan lagi seorang Penyidik yang bebas kepentingan politik, tapi ia seperti Politisi biasa yang memanfaatkan peluang baik kesempatan maupun posisi," tulis akun tersebut yang diposting pada 17 Januari lalu.
 
Akun tersebut juga mengungkapkan pertemuan beberapa politisi PDIP dengan Samad di sejumlah tempat seperti apartemen mewah di Jakarta dan hotel bintang lima di Yogyakarta.
 
"Dalam beberapa pertemuan itu juga Samad memakai Masker dan Topi, Samad menemui petinggi PDIP dan menawarkan dirinya untuk mendampingi Jokowi.  Karena dalam pertemuan itu Samad masih dalam kedudukannya sebagai Ketua KPK," lanjutnya.
 
Selain itu, Samad juga dituding balas dendam politik setelah dirinya gagal mendampingi Jokowi dalam Pilpres. Penetapan status tersangka Komjen Pol Budi Gunawan yang berujung ditundanya ia menjadi Kapolri dituding penulis sebagai dendam.
 
"Karena apakah Samad benar-benar adil dalam melaksanakan tugas KPK, apakah itu hanya pada memenuhi investasi politiknya sekaligus menyelesaikan dendam politiknya? Kenapa ada dendam politik? Karena memang ada latar belakang atas keputusan ini yang harus ditanyakan pada Samad, baik publik yang sedang eforia Samad, sampai ada tulisan "Samad Adalah Kita", lalu melengos pada Jokowi saat Samad bermain tarik ulur soal Budi Gunawan," ungkap akun itu.

Menanggapi tulisan itu, Abraham menyatakan sebagai 'serangan' terhadap dirinya. Mengingat, ‎Budi Gunawan merupakan calon tunggal terpilih sebagai Kapolri menggantikan Jenderal Pol Sutarman.

"Itu semua fitnah," kata Abraham Samad dalam pesan singkatnya Senin 19 Januari 2015. (Mut)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya