Labora Sitorus di Mata Karyawan dan Keluarga

Hanya saja, tak mudah untuk bisa bertemu Labora Sitorus, apalagi saat ini dia dijaga oleh sejumlah karyawannya.

oleh Katharina Janur diperbarui 14 Feb 2015, 01:03 WIB
Diterbitkan 14 Feb 2015, 01:03 WIB
ls
Labora Sitorus di pabrik pengolahan kayu miliknya PT Rotua di Sorong, Papua (Liputan6.com/Katharina Janur)

Liputan6.com, Manokwari - Labora Sitorus, polisi yang menjadi terpidana pemilik rekening gendut Rp 1,5 triliun yang masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) alias buron oleh Kejaksaan Negeri Sorong, Papua, ternyata tidak menghilang dan tak juga kabur. Setiap saat dia masih bisa ditemui di pabrik pengolahan kayu miliknya, PT Rotua di Kampung Tampa Garam, Kota Sorong, Papua.

Hanya saja, tak mudah untuk bisa bertemu Labora, apalagi saat ini dia dijaga oleh sejumlah karyawannya. Mereka yang sudah mendengar soal penetapan Labora sebagai buronan Kejari Sorong itu agaknya tak ingin sesuatu menimpa Labora.

"Bapak Labora Sitorus bagi kami adalah seorang penolong. Jiwa sosial beliau sangat tinggi. Tangannya terbuka untuk siapa saja. Bapak selalu memandang kami sebagai keluarga, bahkan anak sendiri," kata Hendrik Wambraku, warga Tampa Garam yang ditemui di lokasi PT Rotua, Kamis 12 Februari 2015.

Hendrik mengatakan, Labora selama ini selalu bersikap baik ke warga sekitar dengan memberikan perhatian serta bantuan seperti kebutuhan sehari-hari.

"Makanya kami selalu menjaga bapak (Labora Sitorus) di lokasi ini, sebab bapak sedang sakit dan dalam proses hukum. Kami dengan sukarela menjaga bapak, tidak ada bayaran dan imbalan apa pun. Ini semua agar bapak dapat istirahat dalam keadaannya sekarang," kata Hendrik.

Hendrik dan lebih dari 10 laki-laki dewasa lainnya memang selalu berada tak jauh dari tempat Labora berada. Hendrik yang juga sebagai karyawan di perusahaan Labora mengaku menjadi penjaga pribadi.

Tak hanya Hendrik, di PT Rotua ada lebih dari 600 orang karyawan yang juga masyarakat setempat. Perusahaan yang beroperasi 24 jam dengan luas lahan sekitar 7 hektare tersebut dikelilingi oleh pagar setinggi 3 meter.

Di pintu masuk selalu dijaga oleh lebih dari 3 petugas keamanan yang dilengkapi dengan radio komunikasi. Perusahaan ini juga dilengkapi dengan kamera pengawas yang terhubung langsung dengan ruangan kerja Labora.

Makan Bersama Karyawan

Perusahaan PT Rotua yang dipimpin istri Labora, Sandritje Panauhe Pasaribu memang sangat menjamin kesejahteraan para karyawannya. Setiap hari, para karyawan mendapatkan makan siang dan makan malam. Itu masih ditambah dengan makanan ringan yamg tersedia setiap pukul pukul 10.00 WIT dan 16.00 WIT.

"Kami tak pernah kelaparan di lokasi ini. Makanan tak pernah dibatasi untuk kami santap," kata karyawan lainnya yang bernama Iwan.

Sebuah dapur umum sengaja disediakan Labora di dalam pabrik itu. Dapur ini selalu menghidangkan makanan bagi 600 orang setiap hari. Ada 5-6 sak karung beras berukuran 30 kilogram yang selalu dimasak untuk kebutuhan para karyawan.

"Bapak Labora Sitorus juga makan dari dapur ini. Makanannya pun tak pernah dibedakan dari para karyawan. Apa yang dimakan oleh karyawan, itu juga yang dimakan oleh Labora Sitorus," kata Yanti petugas dapur.

Minta Keadilan >>>

Minta Keadilan

Minta Keadilan

Di mata keluarga, Labora Sitorus yang kini berusia 58 tahun itu adalah sosok ayah yang sangat perhatian kepada anak-anaknya dan seorang pekerja keras. Tante Labora, Matsarina Pasaribu mengaku Labora kecil memiliki tugas untuk mengambil kayu bakar dan memandikan ternak.

"Apa pun yang bisa menghasilkan uang, selalu dikumpulkan oleh Labora, ya itu kopra atau kayu atau apa pun. Labora selalu bekerja dan bergerak, kecuali dia tidur, baru dia bisa diam. Makanya kalau melihat orang santai-santai, dia selalu menyuruh bekerja," kata dia.

Karena itu, kini istri Labora, Sandritje Panauhe, mengaku hanya berpasrah kepada Tuhan dengan kasus yang menjerat suaminya. Dia menyebutkan sepanjang kasus ini menjerat sang suami, 5 anaknya tak merasa terbebani dengan pemberitaan yang gencar di media massa.

"Anak-anak mengetahui jika Bapaknya tak bersalah. Kami pun berharap kasus ini dapat ditinjau ulang oleh para penegak hukum. Saya yakin Bapak tidak melakukan hal yang dituduhkan," ujar dia.

Sementara itu, dengan status sebagai buronan Kejaksaan Negeri Sorong, Labora sendiri tetap menjalankan aktivitas di perusahaan miliknya. Tak ada yang berubah dalam kesehariannya.

"Aktivitas yang rutin dilakukan adalah berendam di air laut pada pagi dan sore hari. Saya ini kan stroke ringan, setengah dari badan sebelah kiri saya sudah tak terasa. Tangan kanan dan kiri juga bengkak. Tangan saya baru saja sakit, sebelumnya tidak, mungkin saya banyak pikiran dan menyebabkan semuanya berubah," ujar Labora.

Labora mengaku ingin kasus yang menjeratnya ini bisa berakhir dengan baik. "Jika negara mau menyita aset saya di PT Rotua, lebih baik saya mati, tembak saya atau bunuh diri, dibandingkan menyerahkan aset ini. Ke mana nantinya anak dan istri saya mencari makan? Lalu bagaimana dengan para pekerja yang ada?" ujar dia.

Labora ditetapkan dalam daftar pencarian orang (DPO) Kejari Sorong setelah kabur dari tahanan setempat pada Maret 2014. Labora divonis 15 tahun penjara dan denda Rp 5 miliar, setelah jaksa melakukan kasasi ke Mahkamah Agung dalam kasus pencucian uang dan penyelundupan BBM.

Kini Kejaksaan Agung tengah merancang upaya untuk mengeksekusi Labora agar menjalani vonis yang dijatuhkan. Jaksa Agung mengaku akan mencari berbagai cara agar Labora masuk ke sel penjara. (Ado/Ans)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya