Kisah Desa Pandak, Kampung dengan Warga Berkebutuhan Khusus

Konon, banyaknya warga yang mengalami gangguan disabilitas intelektual terjadi akibat perkawinan sedarah atau incest.

oleh Dian Kurniawan diperbarui 10 Jun 2015, 17:00 WIB
Diterbitkan 10 Jun 2015, 17:00 WIB
Kampung Idiot
Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa berkunjung ke Kampung Idiot di Kabupaten Ponorogo (Liputan6.com/Dian Kurniawan)

Liputan6.com, Surabaya - Sebuah desa terpencil di salah satu Kabupaten di Jawa Timur, warganya mengalami gangguan disabilitas intelektual. Desa yang jauh dari hinggar bingar kota tersebut bernama Desa Pandak di Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo.

Karena banyaknya warga yang mengalami gangguan, muncul dugaan hal itu terjadi akibat perkawinan sedarah atau incest. Tapi menurut Kepala Desa Pandak, Yaimun, awal mula lahirnya kampung itu akibat kekurangan gizi atau gizi buruk. Tak hanya itu, Desa Pandak juga sangat darurat air bersih.

"Saya tidak sepakat kalau kampung ini terjadi karena pernikahan sedarah. Kampung kami ini masuk kategori kampung terpencil, kampung miskin. Jarak antara pusat kota Ponorogo dengan kampung kami adalah 40 km," ujar Yaimun saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (10/6/2015).

Selain letaknya terpencil, lanjut Yaimun, kondisi wilayahnya juga berada di pegunungan kapur yang airnya tidak layak minum. Dia mengatakan, telah sering melaporkan hal ini kepada pemerintah daerah maupun provinsi sejak 2011 lalu. Sayang, laporan itu tidak pernah ditanggapi.

Respons baru datang dari pemerintah pada 2012. Ada bantuan dari pemerintah senilai Rp 1 miliar untuk perbaikan jalan dan bantuan sumur air bersih. Tapi lagi-lagi sayang, hingga sekarang sumur air bersih itu tidak berfungsi maksimal. Tetap saja air sumur tidak layak untuk diminum.

Minim Pendidikan Agama

Selain masalah gizi buruk, ungkap Yaimun, desanya juga didera masalah pendidikan. Karena warga kampung mayoritas miskin, maka anak yang mengalami gangguan intelektual bercampur sekolah dengan anak normal.

"Setelah terjadi perbedaan pendapat antara warga yang anaknya lahir normal dan orangtua anak disabiltas intelektual, maka anak yang mengalami ganguan penyakit tersebut rela mengundurkan diri dari sekolah," ujar Yaimun. Kendati demikian, tahun ini sudah ada 5 anak disabiltas intelektual yang berhasil melanjutkan sekolah di sekolah luar biasa di Kota Ponorogo.

Soal pelajaran keagamaan, Yaimun mengungkapkan, di desanya sudah ada Taman Pendidikan Alquran (TPA). Namum keterlibatan anak-anak dengan gangguan disabilitas di TPA masih sangat sedikit. "Minim mas, mereka tidak begitu merespons pendidikan agama," pungkas Yaimun.

Pada Selasa 9 Juni kemarin, Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa berkunjung ke kampung itu, usai meresmikan penutupan lokalisasi Kedung Banteng Ponorogo.

Khofifah mengatakan, Desa Pandak sebetulnya merupakan daerah outrising Kementerian Sosial, dan sudah ada 17 warga Pandak dengan katagori disabilitas intelektual pernah mendapat bantuan dari Kemensos.

"Bahkan 2 kambing yang ada di kandang itu juga sebetulnya kambing dari bantuan Kementerian Sosial tahun 2012 lalu," tutur Khofifah.

Penduduk Pandak mestinya juga mendapatkan bantuan asistensi sosial berupa bantuan Usaha Ekonomi Bersama (UEB), namun kementerian baru mengucurkan bantuan kepada 17 dari 53 warga yang mengalami disabilitas intelektual. (Sun/Mut)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya