Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah warga Tiongkok ramai-ramai mengadu nasib di Indonesia. Ratusan di antaranya bekerja di kawasan pabrik Semen Merah Putih di Kecamatan Bayah, Kabupaten Lebak, Banten.
Mereka dikontrak oleh perusahaan PT Cemendo Gemilang, PT Cinoma, dan PT CH. Berdasarkan data Dinas Tenaga Kerja dan Sosial (Disnakersos) Kabupaten Lebak, saat ini jumlah para eksodus yang bekerja di pabrik semen di Kecamatan Bayah tercatat mencapai 799 orang.
Baca Juga
Kini, kehadiran mereka dikeluhkan. Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di Komisi I DPR, Sukamta, menilai, ada ancaman besar di balik kehadiran para pekerja Tiongkok itu.
Advertisement
Menurut dia, sebelum ke Indonesia. Para tenaga kerja asal Tiongkok itu juga "menyerbu" Angola. Pada 2009, para buruh itu berdatangan ke kota Nova Cidade de Kilamba yang terletak sekitar 30 km dari ibukota Luanda, Angola.
"Di Angola sudah menjadi masalah. Banyak warga di Angola tidak dapat menikmati hal itu. Hal ini sangat perlu menjadi perhatian lebih," ujar Sukamta kepada Liputan6.com di Jakarta, Senin (6/7/2015).
Dia mengatakan, di kota Nova Cidade de Kilamba seluas 5 ribu hektare itu merupakan proyek terbesar dari pembangunan kota-kota satelit sekitar Luanda yang dibangun perusahaan-perusahaan Tiongkok. Namun, setelah 3 tahun pembangunan itu selesai, "kota hantu" itu bukannya memberi kehidupan baru untuk warga Angola. Malah menambah kesenjangan yang ada.
Mulai muncul kecemburuan sosial di Angola. Ada pula sejumlah kasus penyerangan warga lokal terhadap para pekerja Tiongkok. Gambaran kondisi Angola itulah yang tidak diharapkan terjadi di Indonesia.
Sukamta mengaku, hal ini menjadi perhatian Komisi I DPR. Bukan lantaran izin keberadaan para buruh asal Tiongkok itu, namun dia menekankan ancaman yang bisa dibawa oleh para buruh tersebut.
"Keberadaan mereka akan menyebabkan koloni baru, ada kemungkinan bisa mengganggu ketahanan kita. Tapi hal ini selalu saja dibantah (Kementerian Tenaga Kerja Indonesia), padahal fakta-fakta di lapangan sudah ada," ucap Sukamta.
Berdasarkan laporan dari LSM Banten pada 23 Juni 2015, para warga sekitar proyek telah mengeluhkan kehadiran pekerja asal Tiongkok itu. Di daerah tersebut para buruh migran itu dilaporkan kerap buang air sembarangan, yang dikhawatirkan menimbulkan beberapa penyakit. (Ndy/Ali)