Liputan6.com, Jakarta - Menjelang Lebaran 2015, harga daging di beberapa pasar kian melejit. Karena itu, dibutuhkan langkah konkret dan solutif mengatasi pergerakan harga komoditas ini.
Wakil Ketua Komisi VI DPRÂ Heri Gunawan mengatakan, kenaikan harga daging sudah diprediksi sebelumnya, tapi pemerintah belum bergerak cepat. Padahal sudah ada payung hukum, berupa UU Nomor 17 Tahun 2014 tentang Perdagangan dan Perpres tentang Penetapan dan Penyimpanan Barang Kebutuhan Pokok dan Barang Penting.
"Pemerintah jangan diam saja melihat pergerakan harga daging sapi yang sudah gila-gilaan itu. Bila dibiarkan, maka kenaikan harga daging pasti akan memicu inflasi yang tinggi, karena alokasinya mendorong pengeluaran rumah tangga yang tinggi," ujar dia di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (10/7/2015).
Advertisement
Politisi Partai Gerindra itu menyebutkan, harga daging sapi di Aceh kini sudah mencapai Rp 150 ribu per kilogram, Medan Rp 120 ribu, Banten Rp 125 ribu, Bandung Rp 120 ribu, Surabaya Rp 100 ribu, dan Makassar Rp 90 ribu. "Hampir di semua pasar di Tanah Air, harga daging sapi mengalami kenaikan signifikan."
"Jika pemerintah sampai lengah. Saya khawatir harga daging sapi akan lebih gila-gilaan, karena pemintaan terus naik. Sebagaimana prediksi yang ada, puncak kenaikan harga akan terjadi di minggu terakhir jelang lebaran," sambung Heri.
Menurut Heri, langkah pengendalian harga daging yang harus dilakukan pemerintah. Pertama Kemendag harus memastikan ketersediaan stok dan logistik daging sapi dalam posisi aman.
Kedua, lanjut Heri, Kemendag harus menjaga kondisi harga tetap di bawah harga acuan. Ketiga, Kemendag harus melakukan koordinasi dengan Kementerian Pertanian dan institusi terkait untuk menjaga keamanan stok, logistik, dan harga.
"Segera cari solusi terbaik. Tidak boleh ada menteri yang jalan sendiri-sendiri. Cari solusi bersama. Jangan ada ego sektoral. Jadikan kepentingan rakyat yang sedang susah karena naiknya harga daging sebagai tujuan," pungkas Heri. (Rmn/Sss)