Jokowi 'Napak Tilas' Bagikan Sembako di Pasar Klitikan Notoharjo

"Ini napak tilas dalam menangani pedagang kaki lima (PKL) ketika Presiden Joko Widodo menjabat sebagai walikota Surakarta."

oleh Liputan6 diperbarui 18 Jul 2015, 13:55 WIB
Diterbitkan 18 Jul 2015, 13:55 WIB
Jokowi
Jokowi membagikan sembako (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Liputan6.com, Solo Pasar Klitikan Notoharjo, Solo, Jawa Tengah dihebohkan kedatangan Presiden Jokowi. Warga berteriak-teriak meminta berjabatan tangan.

Pria bernama lengkap Joko Widodo itu didampingi istrinya, Iriana. Jokowi dalam kunjungan pulang kampung di Solo menyempatkan diri memberikan bantuan sembako dan buku tulis kepada masyarakat.

Jokowi dan Iriana yang kompak mengenakan atasan putih dan bawahan gelap ini disambut meriah oleh warga. Keduanya memberikan satu per satu paket sembako dan buku kepada warga. Sesekali berjabatan tangan dengan warga sambil tersenyum.

Setelah memberikan 2.000 paket sembako kepada masyarakat di Solo, Jokowi dan Iriana melanjutkan kunjungan ke Giriroto, Kabupaten Boyolali. Juga akan memberikan 1.000 paket sembako kepada warga.

Napak Tilas

Walikota Surakarta FX Hadi Rudyatmo menjelaskan pemberian sembako dan buku tersebut dari Jokowi, bukan Pemerintah Kota Surakarta.

"Pembagian sembako dipilih di Pasar Klitikan Notoharjo ini dimaksudkan untuk napak tilas dalam menangani pedagang kaki lima (PKL) ketika Presiden Joko Widodo menjabat sebagai walikota Surakarta," tutur pria yang akrab disapa Rudy ini.

Dengan contoh seperti ini, seperti disampaikan Rudy, Jokowi berharap kepala-kepala daerah lainnya bisa mencontoh di Solo dalam menangani PKL. Tidak terus digusur semena-mena.

"PKL itu juga memberikan manfaat ekonomi yang besar kepada masyarakat, maka juga harus diperhatikan secara manusiawi, tidak sembarang digusur dalam penataannya," terang Rudy.

Kepala Dinas Pengelola Pasar (DPP) Pemkot Surakarta Subagio menuturkan, Pasar Klitikan Notoharjo dibangun pada masa Jokowi menjadi walikota Surakarta. Diresmikan pada 23 Juli 2006.

Pasar Klitikan Notoharjo, lanjut dia, dibangun dengan menghabiskan dana sekitar Rp 9 miliar. Terdiri dari 1.018 kios yang menampung PKL dari perempatan Banjarsari dan daerah lainnya.

"Penataan PKL sampai sekarang masih terus dilakukan. Masih ada sekitar 1.500 PKL yang belum ditata. Sebagian besar pedagang makanan. Secara keseluruhan ada 5.000 PKL yang tersebar di berbagai tempat," kata Subagio.

Sebagian besar PKL, menurut Subagio, setiap tahun mampu memberikan sumbangan pendapatan asli daerah (PAD) Rp 600 juta. (Ant/Sss)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya