Liputan6.com, Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan, musim kemarau di Indonesia akan berlangsung hingga akhir November 2015. Puncak kemarau akan terjadi sepanjang Oktober sampai November 2015.
Menurut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho, hal ini dikarenakan El Nino Moderate di bagian selatan khatulistiwa menguat.
Kondisi ini, akan memberikan efek pada tingkat intensitas dan frekuensi curah hujan akan semakin berkurang dan bahkan kemungkinan awal musim penghujan 2015/2016 di beberapa wilayah akan mengalami kemunduran.
"Hal inilah membuat tingkat kekeringan tahun 2015 diprediksi akan parah. Di beberapa tempat seperti di Jawa, Bali, NTB, dan NTT, sudah terjadi kekeringan ekstrem dengan tidak ada hujan lebih dari 2 bulan," ujar Sutopo di kantornya, Jakarta, Selasa (28/7/2015).
Sutopo mengatakan, dengan adanya kekeringan tersebut, ketersediaan air bagi penduduk belum bisa terpenuhi. Pada musim kemarau di Jawa-Bali terdapat kekurangan air 18,79 miliar m3 dan di Nusa Tenggara 0,44 miliar m3.
"Berdasarkan kajian 2003, di Pulau Jawa ada 92 kabupaten/kota, memiliki defisit air selama 1-8 bulan. Dan sebanyak 38 kabupaten/kota defisit kurang lebih 6 bulan. Di mana jumlah penduduk di Jawa sekitar 146 jiwa. Sehingga saat musim kemarau banyak penduduk yang mengalami kekurangan air," jelas dia.
Karena itu, pihaknya sudah mengantisipasinya dengan 2 cara, yaitu melalui jangka pendek dan jangka panjang. Jangka pendek, distribusi air bersih dengan tangki air, perbaikan pipa, pembuatan sumur bor, pompanisasi, pembangunan bak-bak penampungan air hujan, dan sumur serapan.
"Jangka panjangnya, solusi total perlu upaya menyeluruh dan komitmen politik yang kuat, misal pembangunan waduk, pengelolaan DAS, dan konservasi tanah dan air," pungkas Sutopo. (Mvi/Yus)
BNPB: Musim Kemarau Berakhir November, Kekeringan Semakin Parah
Di beberapa tempat seperti di Jawa, Bali, NTB, dan NTT, sudah terjadi kekeringan ekstrem, Tidak ada hujan lebih dari 2 bulan,
diperbarui 28 Jul 2015, 15:49 WIBDiterbitkan 28 Jul 2015, 15:49 WIB
Sambil membawa ember dan alat penampung air lainnya, warga mengantre di depan tangki berkapasitas 6 ribu liter itu. (Bima Firmansyah/Liputan6.com)
Advertisement
Video Pilihan Hari Ini
Video Terkini
powered by
POPULER
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Berita Terbaru
Erick Thohir-Maruarar Sirait Bakal Sulap Aset BUMN jadi Perumahan Rakyat
Pramono Anung Mendukung Langkah Pemerintah Memberantas Judi Online
Rahasia dan Tips Penjualan Sukses di Harbolnas 11.11 & 12.12
Final Four Livoli Divisi Utama 2024: Indomaret Tanpa Dimas Saputra, Rajawali Pasundan Akan Diperkuat Farhan Halim
Jokowi Tak Masuk Struktur Golkar, Bahlil: Kita Hargai sebagai Tokoh Bangsa
Peluang Besar Herjun dan Kiandra Ulangi Jejak Seniornya di AHRT Juara AP250 ARRC 2024
Ditresnarkoba Polda Sulut Tangkap Tersangka Pengedar Sabu 16,66 Gram di Manado
Melihat Rumah Modular LG Smart Cottage, Dibangun Hanya 2 Hari dan Bisa Hasilkan Energi Sendiri
Jangan Jadikan Doa sebagai Sarana, Seharusnya Begini supaya Berkah Kata Buya Yahya
Metrosexual Adalah: Fenomena Gaya Hidup Pria Modern
Rekap Hasil Korea Masters 2024: 3 Wakil Indonesia Lolos ke Perempat Final
Neuroscience Adalah: Menjelajahi Misteri Otak dan Sistem Saraf