Said Aqil Jamin Tak Ada Politik Uang dalam Muktamar Ke-33 NU

Ormas Islam terbesar Nadhatul Ulama (NU) melaksanakan Muktamar ke-33 di Jombang, Jawa Timur, pada 1-5 Agustus 2015.

oleh Putu Merta Surya Putra diperbarui 29 Jul 2015, 14:53 WIB
Diterbitkan 29 Jul 2015, 14:53 WIB
Wejangan KH Said Aqil Siradj di Munas dan Konbes NU
Munas dan Konbes PBNU yang dibuka oleh Wapres Jusuf Kalla ditutup pada hari Minggu (02/11/14) (Liputan6/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta - Ormas Islam terbesar Nadhatul Ulama (NU) melaksanakan Muktamar ke-33 di Jombang, Jawa Timur, pada 1-5 Agustus 2015. Dalam Muktamar tersebut, akan memilih Ketua Umum Pengurus Besar NU yang baru.

Hingga kini sudah ada 3 bakal calon yang masuk burs, yakni Ketua Umum PBNU saat ini Said Aqil Siradj, Wakil Ketua Umum PBNU yang juga Deputi Kepala Badan Intelijen Negara As'ad Said Ali, serta pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Salahudin Wahid atau Gus Solah.

Pada pemilihan Ketua Umum PBNU 2010 lalu, Gus Solah menuding adanya politik uang. Ia pun meminta mereka yang dulu merasa melakukan politik uang untuk tidak mencalonkan diri lagi sebagai ketua umum.

Terkait hal tersebut, Said Aqil menegaskan tidak ada politik uang dalam Muktamar NU.

"Jelang Muktamar situasi memanas, itu memang sudah biasa. Tapi saya jamin tidak ada politik uang, apalagi saya. Saya itu enggak punya uang. Saya tidak ada agenda politik, selain agenda Muktamar," ujar Said Aqil di Menteng, Jakarta Pusat, Rabu (29/7/2015).

Said pun membantah tudingan bahwa dirinya sudah melakukan kampanye colongan untuk menggerakan massa NU agar memilih dirinya kembali. "Saya tidak pernah turun ke daerah dalam rangka kampanye. (Saya ke sana) untuk meresmikan. Saya ini (selama menjabat) kan berhasil membangun 24 Universitas, 3 rumah sakit, yang harus diperhatikan oleh PBNU," tutur dia.

Said pun menjelaskan namanya besar hingga sekarang tak lepas dari peranan tokoh NU Abdurahman Wahid atau Gus Dur, yang memberikan kepercayaan kepada dirinya menjadi Ketua Umum PBNU.

"Saya berterima kasih kepada Gus Dur. Karena beliaulah saya bisa ke MPR, Komnas HAM. Beliau mempercayai saya, bukan karena saya sekolah dari luar. NU itu kan banyak yang sekolah di luar, tapi saya yang dipercayakan," ungkap Said.

Pemilihan Ketua Umum PBNU tahun ini akan menggunakan metode Ahlul Halli Wal Aqdi (AHWA) atau  sistem formatur. Hal ini berbeda dengan Muktamar NU sebelumnya yang menggunakan sistem pemilihan langsung. (Put/Mut)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya