Gus Iqdam Terkejut, Penganut Kapitayan Rutin Hadiri Pengajiannya, KH Said Aqil Siradj Ungkap Hal Ini

Penganut Kapitayan, sebuat kepercayaan kejawen kuno, Mas Yugo rutin mengikuti pengajian Gus Iqdam, bahkan sampai Kediri, Trenggalek, Sidoarjo, Ponorogo, dan sejumlah kota lainnya di mana Gus Iqdam memberikan ceramah

oleh Liputan6.com Diperbarui 23 Apr 2025, 01:30 WIB
Diterbitkan 23 Apr 2025, 01:30 WIB
Gus Iqdam ketika menjelaskan keutamaan malam Nisfu Sya'ban dalam pengajiannya. (Foto: SS YT Gus Iqdam Official)
Gus Iqdam. (Foto: SS YT Gus Iqdam Official)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Dalam salah satu pengajian yang dihadiri pendakwah kondang asal Blitar Muhammad Iqdam Kholid atau Gus Iqdam, suasana berubah menjadi penuh keheranan ketika seorang peserta memperkenalkan dirinya sebagai penganut Kapitayan, sebuah kepercayaan kuno yang berasal dari tradisi Kejawen.​

Pria tersebut, bernama Prayogo Priyono atau akrab disapa Mas Yugo, berasal dari Talun, Blitar. Dalam dialognya dengan Gus Iqdam, Mas Yugo menjelaskan bahwa ia menganut kepercayaan Kejawen dan menjalankan ibadah secara pribadi di rumahnya.

Ia juga menyebutkan bahwa keluarganya, termasuk istri dan anaknya, menganut kepercayaan yang berbeda dengan dirinya.​

Dikutip dari kanal Youtube @Dekengane_pusat.1922, Selasa (22/04/2025), kehadiran Mas Yugo dalam pengajian tersebut menarik perhatian karena menunjukkan adanya keterbukaan dan keragaman keyakinan di tengah masyarakat.

Pengasuh Majelis Ta'lim Sabilu Taubah Gus Iqdam menyambut baik kehadiran Mas Yugo dan mengapresiasi semangatnya untuk mencari ilmu dan kebenaran.​

Ternyata, Mas Yugo ini rutin mengikuti pengajian Gus Iqdam, bahkan sampai Kediri, Trenggalek, Sidoarjo, Ponorogo, dan sejumlah kota lainnya di mana Gus Iqdam memberikan ceramah.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Penjelasan KH Said Agil Siradj

3-nu-140201c.jpg
KH Said Agil Siraj. (Liputan6.com/Faisal R Syam).... Selengkapnya

Tak hanya sekedar ikut pengajian, Mas Yogo juga ikut mencari nafkah dalam setiap pengajiannya sebagai pedagang asongan.

Kehadiran Mas Yugo dalam pengajian Gus Iqdam menjadi contoh nyata dari semangat kebhinekaan dan toleransi yang harus terus dijaga di Indonesia. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun berbeda keyakinan, masyarakat dapat hidup berdampingan dan saling menghormati.​

Gus Iqdam sendiri menyatakan bahwa pengajiannya terbuka untuk siapa saja yang ingin mencari ilmu dan kebenaran, tanpa memandang latar belakang agama atau kepercayaan.

Beliau berharap bahwa melalui pengajian ini, masyarakat dapat saling belajar dan memperkuat persatuan.​

Terpisah, dikutip dari kanal YouTube @hasyiyahtv KH Said Aqil Siradj, mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), memberikan penjelasan mengenai Kapitayan.

Dalam sebuah kesempatan, ia menyampaikan bahwa sebelum masuknya agama Hindu dan Buddha ke Nusantara, masyarakat Jawa telah mengenal konsep ketuhanan yang disebut Kapitayan.

"Kepercayaan ini mengajarkan tentang keberadaan Tuhan Yang Maha Esa, yang disebut sebagai Sang Hyang Widi, yang tidak dapat digambarkan atau disamakan dengan apapun," katanya.​

Datang sebelum Agama Lain Masuk

Ribuan penganut Islam Kejawen dan penghayat kepercayaan melakukan ‘laku lampah’ atau berjalan kaki puluhan kilometer dalam ritual Punggahan menjelang Ramadan ke Panembahan Banokeling, Jatilawang, Banyumas. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)
Ribuan penganut Islam Kejawen dan penghayat kepercayaan melakukan ‘laku lampah’ atau berjalan kaki puluhan kilometer dalam ritual Punggahan menjelang Ramadan ke Panembahan Banokeling, Jatilawang, Banyumas. (Foto: Liputan6.com/Muhamad Ridlo)... Selengkapnya

KH Said Aqil menjelaskan bahwa Kapitayan merupakan bentuk awal dari tauhid yang telah ada di Nusantara sebelum kedatangan agama-agama besar lainnya. Meskipun tidak memiliki kitab suci atau nabi, Kapitayan mengajarkan tentang keberadaan Tuhan yang satu dan tidak berwujud.​

Ia juga menambahkan bahwa dalam Kapitayan, terdapat konsep sembilan penjaga penjuru yang dikenal sebagai Sang Hyang Bayu, Sang Hyang Siwa, dan lainnya. Konsep ini menunjukkan adanya struktur spiritual dalam kepercayaan tersebut.​

KH Said Aqil menekankan pentingnya memahami dan menghargai keberagaman keyakinan yang ada di Indonesia. Beliau mengajak umat Islam untuk bersikap terbuka dan toleran terhadap perbedaan, serta menjadikan Islam sebagai agama yang rahmatan lil 'alamin.​

Dalam konteks ini, penting bagi masyarakat untuk terus mempelajari sejarah dan akar budaya bangsa, termasuk kepercayaan-kepercayaan lokal seperti Kapitayan. Dengan memahami sejarah, kita dapat lebih menghargai keberagaman dan memperkuat identitas nasional.​

KH Said Aqil juga mengingatkan bahwa Islam di Indonesia telah berkembang dengan mengakomodasi budaya lokal, sehingga menjadi Islam yang khas dan damai. Beliau mengajak umat Islam untuk terus menjaga nilai-nilai toleransi dan kebhinekaan dalam kehidupan sehari-hari.​

Kisah Mas Yugo dan pengajian Gus Iqdam menjadi pengingat bahwa Indonesia adalah negara yang kaya akan keberagaman budaya dan keyakinan. Dengan saling menghormati dan memahami, kita dapat membangun masyarakat yang harmonis dan damai.​

Sebagai penutup, KH Said Aqil menegaskan bahwa keberagaman adalah kekayaan yang harus dijaga dan dirawat bersama. Beliau berharap bahwa masyarakat Indonesia dapat terus hidup rukun dan saling menghormati dalam perbedaan.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya