Liputan6.com, Jakarta - HUT ke-70 Indonesia diperingati warga Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan meriah. Di dusun Piyungan, Srimartani, Piyungan, Bantul digelar lomba Lari Gendong Istri atau Suami.
Panitia acara Solinurudin atau Inung mengatakan, lomba lari ini diikuti 25 pasangan. Peserta harus berlari sembari menggendong pasangannya masing-masing. Setiap pasangan diperbolehkan apakah laki-laki atau suami yang menggendong istrinya, atau istri yang menggendong suaminya, atau bergantian.
"Yang daftar 25 pasang, setiap tahun selalu ada lomba tapi gendong istri ini baru pertama kali. Jadi peserta harus menggendong istrinya atau suaminya kemudian balapan lari dengan jarak 50 meter. Acara ini tujuannya untuk lebih mencintai istri dan suaminya masing-masing," kata Inung, Jumat (14/8/2015).
Setiap peserta yang mengikuti lomba ini pun mendapatkan hadiah berupa berbagai macam jenis voucher. Mulai dari voucher sembako, makan sate, hingga makan bakso untuk 2 orang.
Bagi 20 pendaftar pertama mendapat sembako sementara peserta yang finish mendapat puluhan voucher sementara 3 peserta tercepat mendapat hadiah utama. Hadiah utama berasal dari salah satu donatur.
"Hadiah utama dari GKR Condrokirono ada paket hadiah. Beliau kan ketua karang taruna ini kan acara dari karang taruna," ujar dia.
Salah satu pasangan suami-istri, Surajiman (52) dan Damayanti (47), mengaku senang mengikuti lomba gendong suami istri. Mereka terlihat bergantian saling menggendong karena Surajiman tidak kuat.
Surajiman mengaku antusias ikut lomba ini sebab jarang ada lomba 17-an yang melibatkan pasangan suami-istri.
"Tadi setelah jalan gantian, istri yang yang menggendong sampai finis. Sudah perjanjian juga, nanti setengah-setengah gendongnya," ungkap Surajiman.
Sementara itu di Perumahan Griya Kencana Permai RT 38 Argorejo Sedayu Bantul juga tidak kalah seru. Berbagai lomba seperti bola voli geber antarkelompok ronda, sepak bola sarung, makan kerupuk, dan lomba masak bahan tahu, dan lomba kelereng.
Ketua panitia Agustusan RT 38 Lesandi Utomo mengatakan, lomba bola voli geber menjadi hal menarik. Sebab, net bola voli diganti kain penghalang sehingga pemain tidak mengetahui arah bola yang akan dipukul pemain lawan. Selain itu puncaknya pada malam pentas 17 belasan di mana semua warga mulai dari anak kecil hingga dewasa menggunakan pakaian bertema perjuangan.
"Ada bola voli geber unik itu selalu ramai dan seru. Ada juga sepa kbola sarung bapak-bapak. Puncaknya pentas musik malam 17-nya uniknya masyarakat akan menggunakan pakaian perjuangan. Ada pejuang jaman dahulu, macam-macam nanti," kata dia.
Lesandi mengatakan, kegiatan ini didanai dari iuran masing-masing warga. Karena saat ini mendekati pilkada serentak di Bantul, maka di wilayahnya sepakat acara kegiatan ini harus bebas dari politis.
"Jadi bukan dari donatur politis, murni dari warga. Sekarang kan waktu dekat dengan pilkada serentak di Bantul jadi nggak ada kaitannya dengan politik. Murni dari warga, ya perjuangan warga," ujar Lesandi. (Mvi/Mut)