Dinilai Beri Inspirasi Banyak Orang, Rieke Diah Ajukan Arsip dan Manuskrip Syekh Yusuf Jadi Memori Dunia

Duta Arsip Nasisonal Republik Indonesia (RI) Rieke Diah Pitaloka mengajukan arsip dan manuskrip Syekh Yusuf untuk ditetapkan sebagai Memori Asia Pasifik MOWCAP dan Memori Dunia MoW UNESCO.

oleh Liputan6.com diperbarui 11 Sep 2023, 20:59 WIB
Diterbitkan 11 Sep 2023, 18:01 WIB
Duta Arsip Nasisonal Republik Indonesia (RI) Rieke Diah Pitaloka mengajukan arsip dan manuskrip Syekh Yusuf untuk ditetapkan sebagai Memori Asia Pasifik MOWCAP dan Memori Dunia MoW UNESCO.
Duta Arsip Nasisonal Republik Indonesia (RI) Rieke Diah Pitaloka mengajukan arsip dan manuskrip Syekh Yusuf untuk ditetapkan sebagai Memori Asia Pasifik MOWCAP dan Memori Dunia MoW UNESCO. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Duta Arsip Nasisonal Republik Indonesia (RI) Rieke Diah Pitaloka mengajukan arsip dan manuskrip Syekh Yusuf untuk ditetapkan sebagai Memori Asia Pasifik MOWCAP dan Memori Dunia MoW UNESCO. Pengajuan tersebut diputuskan dalam rapat Dewan Komite Nasional MoW Indonesia, Senin (11/9/2023).

"Mohon dukungan dari seluruh rakyat Indonesia, khususnya rakyat Sulawesi. Pengajuan ini tak terlepas dari dedikasi beliau untuk bangsa dan negara Indonesia," ujar Rieke melalaui keterangan tertulis, Senin (11/9/2023).

Anggota Dewan Komite Nasional MoW Indonesia ini menjelaskan, Syekh Yusuf memiliki peran besar dalam melakukan perjuangan melawan kolonialisme Belanda di Kesultanan Gowa.

Ketika Kesultanan Gowa dikalahkan Belanda, lanjut Rieke, Syekh Yusuf pindah ke Banten, diangkat sebagai Mufti Kesultanan Banten oleh Sultan Ageng Tirtayasa.

"Kesultanan Banten dikalahkan Belanda pada tahun 1682. Beliau ditangkap, kemudian diasingkan ke Ceylon, Sri Lanka, pada tahun 1684. Pada 22 Desember 1694, Syekh Yusuf diasingkan ke Afrika Selatan," papar politisi PDI Perjuangan (PDIP) ini.

Menurut dia, dalam menimba ilmu, Syekh Yusuf dengan nama panjang Syekh Yusuf Abul Muhsin Tajul Khalawati Al-Makakasri (Tuanta Salamaka ri Gowa) juga senantiasa memperdalam keilmuan sebagai kecintaannya dalam membela bangsa.

"Saat di Pesantren Cikoang Talakar, mempelajari Thariqah dan Hubbul Wathan atau cinta dan membela tanah air. Beliau mempelajari Islam sekitar 20 tahun di Timur Tengah, seperti di Mekkah dan Madinnah, Yaman, serta Damaskus," kata Rieke.

 

Jadi Inspirasi Banyak Orang

Rieke Diah Pitaloka
[Foto: dok. Kapanlagi.com]

Rieke menyebut, tak kalah penting adalah bagaimana Syekh Yusuf menjadi inspirasi bagi banyak orang, seperti pasukan Hizbullah di bawah pimpinan KH Zainal Arifin Pohan, yang pada perang kemerdekaan bertugas mengkoordinir pelatihan-pelatihan semi militer di Cibarusah Bekasi dan Bogor untuk mengantisipasi Perang Asia Pasifik dan memperjuangkan kemerdekaan RI.

"Di Afrika Selatan, salah satu inspirator bagi Nelson Mandela dalam gerakan melawan apartheid atau politik rasial terkait pemisahan hak dan kewajiban ras kulit putih dan kulit hitam. Di Indonesia, salah satu inspirator bagi Gerakan Hubbul Wathan Minal Iman (mencintai bangsa merupakan tanda keimanan) yang digagas KH Abdul Wahab Chasbullah dalam gerakan umat Islam Indonesia melawan penjajahan Belanda," jelas Rieke.

Diketahui, Syekh Yusuf lahir di Gowa, 3 Juli 1626 dan wafat di Afrika Selatan, 23 Mei 1699. Melalui Keputusan Presiden (Kepres) Nomor 071/TK/1995 ia diberi gelar Pahlawan Nasional Indonesia pada 7 Agustus 1995.

Syekh Yusuf juga mendapatkan gelar pada 27 September 2005 sebagai Supreme Companion of OR Tambo in gold, for heads of state and, in special cases, heads of government (SCOT) dari Pemerintah Afrika Selatan.

Arsip Syekh Yusuf tersimpan di Arsip Nasional Republik Indonesia, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, National Archives of Netherlands, Library of University of Leiden, serta National Archives of Sri Lanka, South Africa.

infografis miliarder dunia
Pendatang baru miliarder dunia
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya