Liputan6.com, Seoul - Ribuan pendukung mantan presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, turun ke jalanan ibu kota Seoul pada Sabtu (5/4/2025) sebagai bentuk protes atas pemakzulan dirinya sehari sebelumnya. Aksi ini menjadi puncak dari ketegangan politik yang telah berlangsung berbulan-bulan di negara tersebut.
Mahkamah Konstitusi Korea Selatan pada Jumat (4/4) secara bulat memutuskan untuk mencopot Yoon dari jabatannya karena dinilai berusaha menggulingkan pemerintahan sipil melalui deklarasi darurat militer pada 3 Desember lalu. Keputusan tersebut membuka jalan bagi pemilu presiden baru yang dijadwalkan berlangsung sebelum Juni.
Advertisement
Baca Juga
Mengutip CNA, Minggu (6/4), ketegangan yang semakin meningkat menjelang putusan pengadilan turut memicu gelombang dukungan dari kelompok sayap kanan terhadap Yoon, termasuk aksi unjuk rasa tandingan yang rutin digelar setiap minggu di Seoul.
Advertisement
Di tengah guyuran hujan, para pendukung Yoon meneriakkan slogan seperti “pemakzulan tidak sah!” dan “batalkan pemilu kilat!” Salah satu demonstran, Yang Joo-young (26), menyebut keputusan Mahkamah telah menghancurkan demokrasi bebas di negaranya.
"Sebagai generasi muda, saya sangat khawatir dengan masa depan," ujarnya.
Yoon membela tindakannya dengan menyebut bahwa upaya darurat militer itu bertujuan untuk memberantas “kekuatan anti-negara” dan ancaman dari Korea Utara. Namun, pengadilan menilai langkah tersebut merupakan ancaman serius terhadap stabilitas nasional.
Keputusan pemakzulan Yoon disambut dengan sukacita oleh banyak warga Korea Selatan yang menentang kepemimpinannya. Di berbagai sudut Seoul, tampak warga berpelukan dan menangis haru saat putusan diumumkan.
Meski demikian, Yoon tetap mendapat dukungan dari tokoh-tokoh keagamaan ekstrem dan kreator konten sayap kanan, yang menurut para pakar menyebarkan informasi keliru demi menggalang dukungan.
"Presidensi Yoon telah memperlihatkan retakan sosial akibat polarisasi politik dan misinformasi," ujar Minseon Ku, peneliti di William & Mary Global Research Institute.
Arah Politik Baru dan Ketakutan Pendukung Yoon
Dengan pemilu yang akan segera digelar, pemimpin oposisi Lee Jae-myung diprediksi menjadi kandidat terkuat. Partainya dikenal mengambil pendekatan lebih damai terhadap Korea Utara, berbeda dengan kebijakan keras Yoon selama masa jabatannya.
Kondisi ini membuat sebagian pendukung Yoon merasa cemas.
"Saya merasa Korea Selatan sudah selesai," kata Park Jong-hwan (59), salah satu peserta aksi.
"Negara ini seperti sudah berubah menjadi negara sosialis, bahkan komunis."
Advertisement
