Gubernur Aceh: 5 Ribu Pengungsi Sudah Kembali ke Aceh Singkil

Untuk menghindari terjadinya bentrok susulan, Pemda Aceh Singkil akan gencar melakukan sosialisasi terkait izin pendirian rumah ibadah

oleh Silvanus Alvin diperbarui 21 Okt 2015, 14:47 WIB
Diterbitkan 21 Okt 2015, 14:47 WIB
Pengungsi Singkil Bertahan di Gereja Katolik Tapanuli Tengah
Hari keempat pascarusuh aktivitas pendidikan di Aceh Singkil belum berjalan normal. Sebagian siswa belum masuk sekolah karena masih mengungs

Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Aceh Zaini Abdullah mengatakan, ribuan pengungsi akibat bentrok antarwarga yang terjadi di Aceh Singkil Selasa 13 Oktober lalu, telah kembali ke tempat asalnya.

"Semuanya bukan 7 ribu pengungsi, tapi hanya sekitar 5 ribu dan sudah semua kembali‎," kata Zaini di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Rabu (21/10/2015).

Sekembalinya para pengungsi, Zaini menuturkan, pemerintah daerah akan gencar melakukan sosialisasi perlunya izin rumah ibadah. Hal ini dilakukan untuk menghindarkan terjadinya bentrok susulan.

"Sosialisasi akan terus kita lanjutkan. Sementara ini pihak penegak hukum juga masih terus melanjutkan kerjanya memberikan pengamanan pada warga Aceh Singkil sampai keadaan cukup kondusif," ujar Zaini.

Mantan Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM) ini menduga, kejadian bentrok dan pembakaran rumah ibadah itu disebabkan oleh penyusup yang tak suka dengan kondisi damai di wilayah Serambi Mekah.

"Mungkin juga ada sesuatu yang nyusup. Kita tahu kejadian di Aceh sekarang sudah kondusif situasinya. Banyak pihak yang tak suka dengan kondisi ini. Tapi kita harapkan tak demikianlah," imbuh dia.

Menurut dia, kesepakatan di Aceh telah menetapkan rumah ibadah nonmuslim yang tak memiliki izin harus dirobohkan.

Kabid Humas Polda Sumut Kombes Helfi Assegaf sebelumnya mengatakan, para pengungsi terbelah di 2 wilayah, 3.433 orang di antaranya berada di Tapanuli Tengah dan 976 orang sisanya di Pakpak Bharat.

Di Tapanuli Tengah, warga Aceh Singkil tersebut ditampung di 5 lokasi di Kecamatan Manduamas, yakni Gereja HKI, Balai Desa Saragih, SMP 1 Atap Saragih, Gereja HKBP Saragih, dan Katolik Paroki Tumba Jahe.

Adapun pengungsi di Pakpak Bharat ditempatkan di kantor Kecamatan Sibagindar, sekolah, rumah penduduk, dan tenda-tenda yang telah disiapkan.

Pemkab Pakpak Bharat juga menyiapkan berbagai logistik yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan pengungsi dari Aceh Singkil tersebut.

"Kendaraan yang akan masuk ke wilayah Aceh Singkil juga diperiksa di perbatasan oleh aparat TNI dan Polri," ujar Helfi.

Berdasarkan keterangan pengungsi yang ada di Tapanuli Tengah, warga Aceh Singkil itu mengungsi karena mendapat informasi ada kelompok masyarakat dari Singkil yang mengejar mereka.

Dari peristiwa Aceh Singkil ini, sebuah rumah ibadah dibakar, 1 orang korban meninggal dunia karena tertembak dan 4 lainnya luka-luka.

Kejadian ini berawal dari niat sejumlah ormas yang ingin menutup 10 rumah ibadah tak berizin. Meskipun pemerintah setempat sudah menetapkan untuk melakukan penertiban pada 19 Oktober. (Dms/Sun)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya