UNHCR adalah Badan PBB untuk Pengungsi: Sejarah, Peran, dan Program

UNHCR adalah badan PBB yang melindungi pengungsi di seluruh dunia. Pelajari sejarah, peran, dan program-program UNHCR dalam membantu pengungsi.

oleh Ayu Isti Prabandari diperbarui 06 Feb 2025, 11:18 WIB
Diterbitkan 06 Feb 2025, 11:18 WIB
unhcr adalah
unhcr adalah ©Ilustrasi dibuat AI... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Komisariat Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) merupakan badan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa yang bertugas melindungi dan membantu pengungsi di seluruh dunia. Didirikan pada tahun 1950, UNHCR telah memainkan peran penting dalam menangani krisis pengungsi global selama lebih dari 70 tahun. Artikel ini akan membahas secara mendalam tentang sejarah, peran, dan program-program UNHCR dalam upayanya membantu jutaan pengungsi.

Sejarah Pendirian UNHCR

UNHCR didirikan pada 14 Desember 1950 melalui resolusi Majelis Umum PBB. Pembentukan badan ini merupakan respons terhadap krisis pengungsi besar-besaran yang terjadi setelah Perang Dunia II. Saat itu, jutaan orang di Eropa terpaksa meninggalkan rumah mereka dan menjadi pengungsi akibat perang.

Pada awalnya, mandat UNHCR bersifat sementara dan terbatas. Badan ini diberi waktu tiga tahun untuk menyelesaikan tugasnya membantu pengungsi Eropa, setelah itu direncanakan akan dibubarkan. Namun, krisis pengungsi terus berlanjut di berbagai belahan dunia, sehingga mandat UNHCR diperpanjang setiap lima tahun.

Seiring waktu, peran UNHCR semakin berkembang. Pada tahun 1956, UNHCR menangani krisis pengungsi Hongaria. Di tahun 1960-an, fokus UNHCR beralih ke Afrika saat gelombang dekolonisasi menciptakan jutaan pengungsi baru. Tahun 1970-an melihat UNHCR terlibat dalam krisis pengungsi di Asia, terutama pengungsi Vietnam.

Titik balik penting terjadi pada tahun 1990-an. Konflik di bekas Yugoslavia dan Rwanda memaksa UNHCR memperluas operasinya secara signifikan. Badan ini tidak hanya membantu pengungsi lintas batas, tapi juga orang-orang yang terlantar di dalam negeri mereka sendiri (internally displaced persons/IDPs).

Pada tahun 2003, Majelis Umum PBB akhirnya menghapus batasan waktu mandat UNHCR. Ini menegaskan peran permanen UNHCR dalam menangani masalah pengungsi global. Saat ini, UNHCR beroperasi di 135 negara dengan lebih dari 20.000 staf, membantu lebih dari 100 juta orang yang terpaksa mengungsi di seluruh dunia.

Pengertian dan Mandat UNHCR

UNHCR atau United Nations High Commissioner for Refugees adalah badan PBB yang diberi mandat untuk melindungi dan membantu pengungsi di seluruh dunia. Pengungsi didefinisikan sebagai orang yang terpaksa meninggalkan negara asalnya karena ketakutan yang beralasan akan penganiayaan, konflik, kekerasan, atau situasi yang sangat mengganggu ketertiban umum.

Mandat utama UNHCR meliputi:

  • Memberikan perlindungan internasional kepada pengungsi
  • Mencari solusi jangka panjang bagi pengungsi
  • Memastikan penerapan Konvensi 1951 tentang Status Pengungsi
  • Mengkoordinasikan tindakan untuk melindungi pengungsi dan menyelesaikan masalah pengungsi
  • Mempromosikan penerimaan pengungsi di negara-negara suaka
  • Memfasilitasi pemulangan sukarela pengungsi atau integrasi mereka di negara-negara suaka baru

Selain pengungsi lintas batas, mandat UNHCR juga mencakup:

  • Pencari suaka - orang yang mengklaim status pengungsi tapi belum mendapat keputusan resmi
  • Pengungsi internal (IDPs) - orang yang terpaksa mengungsi tapi tetap berada di dalam negeri mereka
  • Orang tanpa kewarganegaraan - individu yang tidak diakui sebagai warga negara oleh negara manapun
  • Returnees - pengungsi yang telah kembali ke negara asal mereka

UNHCR bekerja berdasarkan prinsip-prinsip kemanusiaan, netralitas, dan non-politik. Badan ini berupaya memberikan perlindungan dan bantuan tanpa diskriminasi berdasarkan ras, agama, jenis kelamin, atau pandangan politik.

Peran dan Tanggung Jawab UNHCR

UNHCR memiliki peran dan tanggung jawab yang luas dalam upaya melindungi dan membantu pengungsi di seluruh dunia. Berikut adalah beberapa peran kunci UNHCR:

1. Perlindungan Hukum dan Fisik

UNHCR bekerja untuk memastikan pengungsi mendapatkan perlindungan hukum dan fisik di negara-negara suaka. Ini meliputi:

  • Memastikan penerapan prinsip non-refoulement (larangan memulangkan pengungsi ke negara di mana mereka terancam)
  • Membantu negara-negara mengembangkan sistem suaka yang adil dan efisien
  • Melakukan intervensi untuk mencegah pengusiran atau penahanan sewenang-wenang terhadap pengungsi
  • Memantau situasi keamanan di kamp-kamp pengungsi

2. Bantuan Kemanusiaan

UNHCR memberikan bantuan darurat dan jangka panjang untuk memenuhi kebutuhan dasar pengungsi, termasuk:

  • Makanan dan air bersih
  • Tempat tinggal darurat
  • Perawatan kesehatan
  • Pendidikan dasar
  • Dukungan psikososial

3. Pencarian Solusi Jangka Panjang

UNHCR berupaya menemukan solusi berkelanjutan bagi pengungsi melalui tiga pilihan utama:

  • Pemulangan sukarela ke negara asal jika situasi sudah aman
  • Integrasi lokal di negara suaka pertama
  • Pemukiman kembali di negara ketiga

4. Advokasi dan Penyadaran

UNHCR melakukan advokasi untuk:

  • Mempromosikan aksesi negara-negara ke Konvensi Pengungsi 1951 dan Protokol 1967
  • Mendorong kebijakan yang ramah pengungsi
  • Meningkatkan kesadaran publik tentang situasi pengungsi
  • Memerangi xenofobia dan diskriminasi terhadap pengungsi

5. Koordinasi dan Kemitraan

UNHCR berperan sebagai koordinator utama dalam situasi darurat pengungsi, bekerja sama dengan:

  • Pemerintah negara tuan rumah
  • Badan-badan PBB lainnya
  • Organisasi non-pemerintah (NGO)
  • Sektor swasta

6. Pengumpulan Data dan Penelitian

UNHCR mengumpulkan dan menganalisis data tentang populasi pengungsi global untuk:

  • Memahami tren dan pola perpindahan
  • Merencanakan respons yang efektif
  • Memberikan informasi untuk pengambilan kebijakan

Dalam menjalankan peran-peran ini, UNHCR menghadapi tantangan besar seperti keterbatasan dana, kompleksitas situasi politik, dan meningkatnya jumlah pengungsi global. Namun, badan ini terus berupaya memenuhi mandatnya untuk melindungi dan membantu mereka yang terpaksa meninggalkan rumah mereka.

Program-Program Utama UNHCR

UNHCR menjalankan berbagai program untuk memenuhi kebutuhan pengungsi dan mencari solusi jangka panjang. Berikut adalah beberapa program utama UNHCR:

1. Program Perlindungan

Program ini berfokus pada perlindungan hukum dan fisik pengungsi, meliputi:

  • Pendaftaran dan dokumentasi pengungsi
  • Penentuan status pengungsi
  • Perlindungan anak dan pencegahan kekerasan berbasis gender
  • Bantuan hukum dan advokasi
  • Pemantauan perbatasan dan akses ke wilayah suaka

2. Program Bantuan Darurat

Saat terjadi krisis pengungsi baru, UNHCR mengerahkan tim tanggap darurat untuk:

  • Mendirikan kamp pengungsi atau tempat penampungan sementara
  • Menyediakan bantuan pangan dan non-pangan
  • Memberikan perawatan kesehatan darurat
  • Memastikan akses air bersih dan sanitasi

3. Program Pendidikan

UNHCR berupaya memastikan akses pendidikan bagi anak-anak pengungsi melalui:

  • Pembangunan dan rehabilitasi sekolah di kamp pengungsi
  • Pelatihan guru
  • Penyediaan materi pembelajaran
  • Program beasiswa untuk pendidikan tinggi
  • Pendidikan informal dan keterampilan hidup

4. Program Kesehatan

UNHCR menjalankan program kesehatan komprehensif, termasuk:

  • Perawatan kesehatan primer
  • Vaksinasi
  • Kesehatan reproduksi
  • Pencegahan dan pengobatan HIV/AIDS
  • Dukungan kesehatan mental

5. Program Mata Pencaharian

Untuk membantu pengungsi mencapai kemandirian ekonomi, UNHCR menyelenggarakan:

  • Pelatihan keterampilan kejuruan
  • Program pemberian modal usaha kecil
  • Proyek pertanian dan peternakan
  • Fasilitasi akses ke pasar tenaga kerja lokal

6. Program Pemukiman Kembali

UNHCR mengidentifikasi dan memproses kasus-kasus pengungsi yang membutuhkan pemukiman kembali di negara ketiga. Program ini meliputi:

  • Seleksi kasus berdasarkan kriteria kerentanan
  • Koordinasi dengan negara-negara penerima
  • Persiapan keberangkatan dan orientasi budaya
  • Dukungan integrasi awal di negara baru

7. Program Pemulangan Sukarela

Ketika situasi di negara asal memungkinkan, UNHCR memfasilitasi pemulangan sukarela pengungsi melalui:

  • Penyediaan informasi tentang kondisi di negara asal
  • Bantuan transportasi dan logistik
  • Paket bantuan reintegrasi
  • Pemantauan situasi returnee

8. Program Perlindungan Lingkungan

UNHCR juga memperhatikan dampak lingkungan dari kehadiran pengungsi melalui:

  • Pengelolaan sumber daya alam di sekitar kamp pengungsi
  • Promosi energi terbarukan
  • Reboisasi dan konservasi
  • Pendidikan lingkungan

Program-program ini saling terkait dan bertujuan memberikan perlindungan dan bantuan komprehensif bagi pengungsi, sambil mencari solusi jangka panjang untuk situasi mereka. UNHCR terus mengembangkan dan menyesuaikan programnya untuk merespons tantangan baru dalam perlindungan pengungsi global.

Tantangan dan Kritik terhadap UNHCR

Meskipun UNHCR telah banyak berkontribusi dalam membantu pengungsi global, badan ini juga menghadapi berbagai tantangan dan kritik dalam menjalankan mandatnya. Beberapa di antaranya adalah:

1. Keterbatasan Dana

UNHCR bergantung pada sumbangan sukarela dari negara-negara donor dan sektor swasta. Seiring meningkatnya jumlah pengungsi global, UNHCR sering mengalami kekurangan dana untuk memenuhi semua kebutuhan. Ini mengakibatkan:

  • Pengurangan bantuan pangan dan non-pangan
  • Keterbatasan dalam menyediakan layanan kesehatan dan pendidikan
  • Kesulitan dalam menangani situasi darurat baru

2. Kompleksitas Politik

UNHCR harus beroperasi dalam lingkungan politik yang kompleks, di mana kepentingan negara terkadang bertentangan dengan perlindungan pengungsi. Tantangan ini meliputi:

  • Kebijakan pembatasan suaka di banyak negara
  • Penolakan akses ke wilayah bagi pencari suaka
  • Tekanan untuk memulangkan pengungsi sebelum situasi benar-benar aman

3. Krisis Pengungsi Berkepanjangan

Banyak situasi pengungsi berlangsung selama bertahun-tahun atau bahkan dekade. Ini menimbulkan tantangan seperti:

  • Kelelahan donor dalam memberikan bantuan jangka panjang
  • Kesulitan menemukan solusi berkelanjutan
  • Generasi pengungsi yang lahir dan tumbuh di kamp-kamp

4. Keamanan Staf

Staf UNHCR sering bekerja di daerah konflik atau pasca-konflik, menghadapi risiko keamanan yang signifikan. Beberapa kritik menyoroti:

  • Kurangnya perlindungan bagi pekerja kemanusiaan
  • Kesulitan mengakses populasi pengungsi di daerah yang tidak aman

5. Birokrasi dan Efisiensi

Sebagai organisasi besar, UNHCR terkadang dikritik karena:

  • Proses pengambilan keputusan yang lambat
  • Biaya operasional yang tinggi
  • Kurangnya fleksibilitas dalam merespons situasi yang berubah cepat

6. Fokus pada Pengungsi vs. IDP

Beberapa kritik menganggap UNHCR terlalu fokus pada pengungsi lintas batas, sementara jumlah pengungsi internal (IDP) jauh lebih besar. Ini menimbulkan pertanyaan tentang:

  • Keseimbangan alokasi sumber daya
  • Perlunya mandat yang lebih jelas untuk IDP

7. Ketergantungan dan Pemberdayaan

Ada kritik bahwa pendekatan UNHCR terkadang menciptakan ketergantungan jangka panjang, alih-alih memberdayakan pengungsi. Isu-isu yang disoroti meliputi:

  • Kurangnya fokus pada pengembangan keterampilan dan mata pencaharian
  • Sistem bantuan yang tidak mendorong kemandirian

8. Akuntabilitas dan Transparansi

Beberapa pihak menuntut peningkatan akuntabilitas dan transparansi UNHCR, terutama dalam hal:

  • Penggunaan dana
  • Proses pengambilan keputusan
  • Evaluasi dampak program

Menghadapi tantangan dan kritik ini, UNHCR terus berupaya memperbaiki operasinya. Badan ini telah melakukan berbagai reformasi internal, meningkatkan kemitraan dengan organisasi lokal, dan mengembangkan pendekatan baru dalam menangani situasi pengungsi. Namun, kompleksitas masalah pengungsi global tetap menjadi tantangan besar yang membutuhkan kerjasama dan komitmen dari seluruh komunitas internasional.

UNHCR di Indonesia

Meskipun Indonesia belum meratifikasi Konvensi 1951 tentang Status Pengungsi dan Protokol 1967, negara ini telah lama menjadi tuan rumah bagi pengungsi dan pencari suaka. UNHCR memiliki kehadiran penting di Indonesia, bekerja sama dengan pemerintah dan mitra lokal untuk melindungi dan membantu populasi pengungsi di negara ini.

Sejarah UNHCR di Indonesia

UNHCR secara resmi memulai operasinya di Indonesia pada tahun 1979, merespons kedatangan pengungsi Vietnam yang melarikan diri dari negaranya pasca Perang Vietnam. Sejak saat itu, peran UNHCR di Indonesia terus berkembang seiring dengan perubahan pola migrasi di kawasan Asia Tenggara.

Situasi Pengungsi di Indonesia

Indonesia sering menjadi negara transit bagi pengungsi dan pencari suaka yang bertujuan mencapai Australia atau negara-negara tujuan lainnya. Mayoritas pengungsi di Indonesia berasal dari Afghanistan, Somalia, Myanmar, dan beberapa negara Timur Tengah. Per Desember 2020, terdapat sekitar 13.745 pengungsi dan pencari suaka yang terdaftar di UNHCR Indonesia.

Peran dan Program UNHCR di Indonesia

UNHCR menjalankan berbagai program di Indonesia, termasuk:

  • Pendaftaran dan Penentuan Status Pengungsi: UNHCR melakukan proses Refugee Status Determination (RSD) untuk menentukan status pengungsi bagi para pencari suaka.
  • Perlindungan: Bekerja sama dengan pemerintah Indonesia untuk memastikan perlindungan bagi pengungsi, termasuk pencegahan refoulement (pemulangan paksa).
  • Bantuan Dasar: Menyediakan bantuan keuangan terbatas, perawatan kesehatan, dan dukungan pendidikan bagi pengungsi yang paling rentan.
  • Solusi Berkelanjutan: Memfasilitasi pemukiman kembali ke negara ketiga bagi pengungsi yang memenuhi kriteria.
  • Advokasi: Mendorong pengembangan kerangka hukum nasional untuk perlindungan pengungsi di Indonesia.

Kerjasama dengan Pemerintah Indonesia

Meskipun Indonesia bukan penandatangan Konvensi Pengungsi, pemerintah telah menunjukkan komitmen untuk melindungi pengungsi. Beberapa perkembangan penting meliputi:

  • Peraturan Presiden No. 125 Tahun 2016 tentang Penanganan Pengungsi dari Luar Negeri, yang memberikan kerangka hukum untuk perlindungan pengungsi.
  • Kerjasama antara UNHCR dan Direktorat Jenderal Imigrasi dalam pengelolaan data pengungsi.
  • Izin bagi anak-anak pengungsi untuk mengakses pendidikan di sekolah-sekolah Indonesia.

Tantangan di Indonesia

UNHCR menghadapi beberapa tantangan dalam operasinya di Indonesia, termasuk:

  • Keterbatasan solusi jangka panjang, mengingat Indonesia bukan negara tujuan akhir bagi sebagian besar pengungsi.
  • Keterbatasan akses pengungsi ke layanan publik dan pasar tenaga kerja.
  • Lamanya proses pemukiman kembali ke negara ketiga.
  • Keterbatasan sumber daya untuk memenuhi kebutuhan semua pengungsi.

Inisiatif Terbaru

UNHCR terus mengembangkan program-program inovatif di Indonesia, seperti:

  • Proyek pemberdayaan ekonomi untuk meningkatkan kemandirian pengungsi.
  • Kemitraan dengan organisasi masyarakat sipil untuk memperluas layanan bagi pengungsi.
  • Program peningkatan kesadaran masyarakat untuk mengurangi xenofobia dan diskriminasi.

Kehadiran UNHCR di Indonesia memainkan peran penting dalam memastikan perlindungan dan bantuan bagi pengungsi di negara ini. Meskipun menghadapi berbagai tantangan, kerjasama antara UNHCR, pemerintah Indonesia, dan mitra lokal terus berkembang untuk mencari solusi yang lebih baik bagi populasi pengungsi.

Kesimpulan

UNHCR telah memainkan peran vital dalam melindungi dan membantu jutaan pengungsi di seluruh dunia selama lebih dari tujuh dekade. Sebagai badan utama PBB yang menangani masalah pengungsi, UNHCR terus beradaptasi menghadapi tantangan baru dalam lanskap pengungsian global yang terus berubah.

Meskipun menghadapi berbagai kendala seperti keterbatasan dana, kompleksitas politik, dan meningkatnya jumlah pengungsi, UNHCR tetap berkomitmen pada mandatnya untuk memberikan perlindungan internasional dan mencari solusi jangka panjang bagi mereka yang terpaksa meninggalkan rumah mereka.

Di Indonesia, meski bukan negara penandatangan Konvensi Pengungsi, UNHCR telah berhasil membangun kerjasama yang baik dengan pemerintah dan masyarakat sipil untuk melindungi dan membantu pengungsi. Kehadiran UNHCR di Indonesia menjadi contoh bagaimana badan internasional dapat bekerja secara efektif dalam konteks nasional yang unik.

Ke depan, UNHCR akan terus menghadapi tantangan besar seiring dengan kompleksitas situasi pengungsi global. Perubahan iklim, konflik berkepanjangan, dan ketidakstabilan politik di berbagai belahan dunia kemungkinan akan terus mendorong perpindahan penduduk secara paksa. Dalam menghadapi hal ini, peran UNHCR sebagai pelindung dan pembela hak-hak pengungsi akan tetap sangat penting.

Namun, penanganan masalah pengungsi tidak bisa menjadi tanggung jawab UNHCR semata. Diperlukan kerjasama dan komitmen dari seluruh komunitas internasional - pemerintah, organisasi non-pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat umum - untuk menciptakan dunia di mana setiap orang yang terpaksa meninggalkan rumahnya dapat menemukan perlindungan dan membangun kembali kehidupan mereka dengan bermartabat.

Dengan terus beradaptasi, berinovasi, dan membangun kemitraan yang kuat, UNHCR akan tetap menjadi garda terdepan dalam upaya global untuk melindungi mereka yang paling rentan dan mencari solusi bagi krisis pengungsi di seluruh dunia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya