Pengungsi Singkil Bertahan di Gereja Katolik Tapanuli Tengah

Hari ke-4 pascarusuh aktivitas pendidikan di Aceh Singkil belum berjalan normal. Sebagian siswa belum masuk sekolah karena masih mengungsi.

oleh Liputan6 diperbarui 17 Okt 2015, 16:51 WIB
Diterbitkan 17 Okt 2015, 16:51 WIB
Pengungsi Singkil Bertahan di Gereja Katolik Tapanuli Tengah
Hari keempat pascarusuh aktivitas pendidikan di Aceh Singkil belum berjalan normal. Sebagian siswa belum masuk sekolah karena masih mengungs

Liputan6.com, Medan - 4 Hari pasca-amuk massa di kampung halamannya, ratusan pengungsi Singkil Sabtu siang tadi masih memilih bertahan di kompleks Gereja Katolik Santo Michael, Paroki Tumba Jahe, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.

Kendati Pemerintah Kabupaten Singkil dan polisi sudah menjamin keamanan, sebagian warga memilih untuk bertahan di pengungsian hingga berakhirnya batas akhir penertiban sejumlah rumah ibadah 19 Oktober mendatang.

Padahal di pengungsian makanan dan tempat istirahat sangat terbatas bagi warga Simpang Kanan dan Gunung Meria. Hingga kini sekitar 1.500 pengungsi masih berada di Pakpak Dairi dan Tapanuli Tengah.

"Keamanan tenteram, baik, beribadah kami nyaman," kata Renla Berutu pengungsi Singkil, seperti ditayangkan Liputan 6 Petang SCTV, Sabtu (17/10/2015).

Hari keempat pascarusuh aktivitas pendidikan di Aceh Singkil juga belum berjalan normal. Sebagian siswa belum masuk sekolah karena masih mengungsi. Dari 4 sekolah dasar yang ada di Kecamatan Gunung Meriah, persentase kehadiran siswa hanya 30%.

Sekolah memang tidak libur tapi lantaran tak ada murid kegiatan belajar-mengajar terganggu. Guru pun terpaksa menggabungkan 2 atau 3 kelas menjadi satu karena sebagian guru masih mengungsi.

Di Desa Dangguran, Kecamatan Simpang Kanan, lokasi amuk massa pada Selasa lalu, sebagian warga sudah kembali dari pengungsian. Namun tidak ada yang berani ke ladang karena masih takut beraktivitas.

"Kami masih takut untuk beraktivitas kembali seperti biasa, karena masih ada rasa trauma. Entahlah, perasaan kami masih waswas," ucap warga Desa Dangguran Nekda Berutu. 

Sementara itu anak-anak yang seharusnya sudah masuk sekolah pun hanya diizinkan bermain di halaman rumah karena orangtua mereka masih waswas. (Mar/Ans)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya