Rencana ISIS Serang Tanah Air

Terlepas ancaman ini terbukti atau tidak, tentu harus menjadi warning bagi Pemerintah RI.

oleh Nafiysul QodarAndreas Gerry TuwoArie Mega Prastiwi diperbarui 23 Nov 2015, 00:04 WIB
Diterbitkan 23 Nov 2015, 00:04 WIB
Ilustrasi ISIS
Ilustrasi ISIS

Liputan6.com, Jakarta - Kelompok afiliasi peretas Anonymous, OpParisIntel, baru-baru ini menemukan dugaan rencana penyerangan dari kelompok ISIS ke wilayah RI.

Rencana itu mengungkapkan bahwa ISIS juga bakal menyerang negara lain, yakni Paris, Amerika Serikat, Italia, dan Lebanon. 

Di Tanah Air, kelompok ISIS rencananya bakal menyerang komunitas Al-Jihad dan One Day One Juz. Menurut sebuah komunitas di Reddit, Al Jihad adalah sebuah masjid di Karawang, Jawa Barat.

Sementara One Day One Juz adalah komunitas pengajian online yang menyemangati anggotanya, untuk membaca Alquran setidaknya 1 Juz tiap harinya.

Terlepas ancaman ini terbukti atau tidak, tentu hal ini harus menjadi peringatan bagi Pemerintah RI. Sebab bukan tidak mungkin kelompok radikal ISIS menyerang secara membabi buta, seperti serangan di Paris, Prancis pada 13 November 2015 yang menewaskan lebih dari 100 orang.

Menteri ‎Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Luhut Binsar Pandjaitan meminta masyarakat tak khawatir terhadap ancaman ISIS. Meski sejauh ini wilayah RI aman dari target serangan ISIS, pemerintah tetap akan waspada.

"‎Sejauh ini belum ada ancaman. Tapi saya garis bawahi, tidak ada satu negara pun yang imun dari serangan (ISIS). Kita sudah melakukan langkah-langkah untuk antisipasi dan jaga," kata Luhut, di Jakarta, Kamis 19 November 2015.

Sejumlah langkah antisipasi dilakukan untuk mencegah masuknya ISIS ke Indonesia. Upaya itu di antaranya dengan memonitor aktivitas masyarakat secara ketat, serta dengan melibatkan peran polisi dan Badan Intelijen Negara (BIN).

Selain menangkal penyebaran paham radikal dan aksi teror ISIS, pemerintah juga tetap konsentrasi menangani teroris di Tanah Air, di antaranya kelompok Santoso di Poso, Sulawesi Tengah.

Untuk menangani persoalan teroris ini, Luhut memastikan, Indonesia tak membutuhkan bantuan negara lain, termasuk Amerika Serikat.


Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Mabes Polri, Brigjen Polisi Agus Rianto juga menyatakan hal sama. Sejauh ini situasi keamanan RI masih kondusif. Dia meminta masyarakat tidak mudah termakan dengan isu-isu provokatif.

"Alhamdulillah sampai saat ini situasi Tanah Air tetap kondusif‎. Informasi tersebut bisa dibuat dan dikirim oleh siapa pun untuk kepentingan tertentu," ujar Agus saat dihubungi Liputan6.com di Jakarta, Minggu 22 November.

Kendati, Polri akan tetap meningkatkan kewaspadaan dan pengamanan di seluruh wilayah RI. Polri juga meminta peran aktif masyarakat agar melaporkan kepada pihak aparat jika menemukan hal-hal yang mencurigakan.

Senada dengan Badan Nasional ‎Penanggulangan Terorisme (BNPT), dia meminta masyarakat tidak panik dengan kabar dugaan penyerangan kelompok ISIS.


CloudFlare disebut tidak memilih-milih konsumen, bahkan dicurigai melindungi banyak website yang berhubungan dengan ISIS.

Juru Bicara BNPT Irfan Idris mengatakan, ancaman ISIS terhadap Indonesia sudah lama terdengar. Kelompok radikal itu selalu memusuhi negara-negara yang membencinya.

"Kan itu dari dulu, mau menyerang Panglima TNI, Kapolri, dan Banser," ujar Irfan saat dihubungi Liputan6.com, Jakarta, Minggu 22 November.

Terkait ancaman terbaru yang menyasar Masjid Al Jihad dan komunitas ODOJ, dia mengaku belum mengetahuinya. Namun, BNPT selalu waspada terhadap segala ancaman terorisme. Dia juga meminta informasi tersebut dicermati lagi.

Pihaknya juga telah meminta seluruh aparat TNI-Polri untuk terus meningkatkan kewaspadaan terhadap isu-isu terorisme. Dia juga meminta agar melakukan sosialisasi hingga ke tingkat bawah, untuk menanggulangi paham-paham radikal.

ISIS dan Islam

Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa juga turut mengomentari dugaan ISIS menyerang wilayah RI. Dia mengutuk dan menyayangkan jika ada pihak yang mengaitkan ISIS dengan Islam.

Menurut dia, tidak ada kaitan antara radikalisme dengan agama, khususnya Islam. "Kriminal tetaplah kriminal," kata mantan anggota DPR RI itu di Pati, Jawa Tengah, Minggu 22 November.

"Enggak ada kaitan radikalisme terorisme dengan agama, khususnya Islam," sambung dia.

Menurut dia, pernyataannya ini didasari alasan tegas. Teror-teror yang dilakukan ISIS, bertentangan dengan ajaran Islam. "Islam itu dalam Alquran mengajarkan penuh kasih dan damai," tutur Khofifah.

Karena itu, perempuan politikus PKB ini mendorong agar semua pihak terutama pesantren, mengajarkan Islam dengan penuh cinta kasih dan damai. Ini dilakukan agar tindakan terorisme dan radikal tak terulang di masa depan.


Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa saat menghadiri Rapat Kerja Nasional, Jakarta, Selasa (5/5/2015). Pada pertemuan menghasilkan kerjasama untuk mewujudkan kesejahteraan bagi korban kekerasan di masa lampau (Liputan6.com/Johan Tallo)

"Saya mendorong semua elemen untuk menghadirkan rahmatul lil alamin Islam sebagai juru damai dan penebar kasih," pungkas Khofifah.

Sementara JK menekankan pentingnya sosialisasi Islam rahmatan lil alamin. Menurut dia, paham radikal mudah tersebar bila pemerintah dan rakyat tak bisa bersatu. Hidayatullah sebagai ormas Islam harus menjadi perekat antara keduanya dan menciptakan persatuan.

"Di dunia Islam dewasa ini, kalau kita lihat radikalisme Al Qaeda dan ISIS selalu timbul di negara yang rusak ekonomi dan pemerintahannya," kata JK, Sabtu 7 November.

"Lihat Afganistan, diserang dari luar karena lemah pemerintahannya. Irak juga sama karena berperang dengan Iran," sambung Ketua Dewan Masjid Indonesia itu.

Menangkal ISIS

Juru Bicara Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Irfan Idris mengungkapkan, ada model baru penyerangan yang dilakukan ISIS terhadap negara-negara yang membencinya.

Mereka biasanya melancarkan aksinya melalui simpatisannya yang berada di negara-negara tersebut.

"Seperti yang saya katakan kemarin di media, itulah model baru, serangan pendukung ISIS," ucap Irfan saat dihubungi Liputan6.com di Jakarta, Minggu 22 November.

"Karena kalau mereka yang melakukan serangan balik akan kalah dengan Rusia, Prancis, dibombardir mereka di sana (Irak dan Suriah)," sambung dia.


Warga Pejompongan masih mencari barang-barang sisa kebakaran, hingga ISIS kembali mengeluarkan video ancaman.

Irfan mengungkapkan, ada dua hal yang perlu ditekankan untuk menangkis serangan model baru itu, yakni dengan pengamanan fisik dan pengamanan ideologi.

Pengamanan fisik dilakukan di seluruh wilayah RI, terutama di tempat-tempat vital. Sementara pengamanan ideologi dilakukan agar masyarakat di Tanah Air tidak mudah terpengaruh dengan paham-paham radikalisme yang menjual nama agama.

"Ideologi kita sebagai negara kesatuan harus dipertahankan. Jangan ada narasi-narasi bersifat radikal. Saya kira sosialisasi harus diperbanyak dari media sosial. Info-info ancaman itu kan juga banyak dari media sosial," tandas Irfan. (Rmn/Ron)*

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya