Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta berencana memindahkan Pasar Pramuka Pojok yang terletak di Jalan Salemba Raya, Kecamatan Senen, Jakarta Pusat.
Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok mengatakan, semestinya tidak boleh ada pasar di sepanjang Jalan Salemba Raya.
"Seharusnya tidak boleh ada pasar di situ. Kami mau pindahkan. Ini sedang diatur," ujar Ahok di Balai Kota Jakarta, Senin (23/11/2015).
Dia mengatakan, saat ini pihaknya sedang merancang desain bangunan pasar dan menyesuaikan dengan lokasi baru. Namun, Ahok tak menjelaskan rinci ke mana Pasar Pramuka pojok akan direlokasi.
"Kami memang mau bangun kembali, mau desain dan kami lagi pikirkan bagaimananya," pungkas Ahok.
Jajaran Polda Metro Jaya Minggu kemarin mengungkap kasus dugaan pemalsuan dokumen di Pasar Pramuka Pojok, dengan tersangka mencapai 23 orang.
Kasubdit Kejahatan dan Kekerasan (Jatanras) AKBP Herry Heriawan mengatakan, lokasi tersebut layak menyandang predikat pasar pemalsuan surat. Sebab, hampir semua kios di sana menjual jasa pembuatan dokumen palsu seperti KTP, buku tabungan, surat cerai, dan lain-lain.
Baca Juga
'Jago Ketik' Beralih
Seorang warga RW 06, Pasar Pramuka Pojok, Jarkasyi Royani (62) bercerita, Pasar Pramuka Pojok berdiri sekitar 1960. Pasar ini berubah wajah sekitar 1970 menjadi tempat mahasiswa mengerjakan jasa skripsinya, karena banyak kios di sana yang menyediakan sewa mesin ketik.
Tak hanya sewa mesin ketik, para mahasiswa juga bisa menggunakan jasa ketik. Pada 70-an, bisa mengetik dengan mesin ketik dianggap satu keahlian.
Pada pagi hari, pasar ini dijadikan tempat berjualan sayur, dan siang harinya ramai aktivitas toko kelontong yang menjual berbagai kebutuhan hidup. Pada malam harinya, pasar tersebut berubah menjadi pasar loak yang menjual buku-buku bekas.
Saat krisis moneter melanda di penghujung 1990, banyak kios ketik yang gulung tikar. Sebagian para 'jago ketik' yang ingin bertahan, mulai berbelok ke bisnis pembuatan dokumen-dokumen palsu.
"Order ketikan mulai turun di tahun-tahun itu. Bahkan di tahun 1998 saya bangkrut. Orderan mengetik benar-benar anjlok. Habis bisnis saya. Sejak itulah pemalsuan mulai marak di pasar ini," ujar Jakarsyi. (Rmn/Sun)
Advertisement