4 Ilmuwan Perempuan Indonesia Terima Penghargaan Sains

Untuk kategori Life Sciences, penghargaan diberikan kepada 2 peneliti.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 04 Des 2015, 02:40 WIB
Diterbitkan 04 Des 2015, 02:40 WIB
20151203-4 Ilmuwan Perempuan Indonesia-Penghargaan Sains-Jakarta
(Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - 4 Perempuan Indonesia mendapat penghargaan di bidang sains dalam perhelatan L’Oréal-UNESCO For Women in Science (FWIS). Penghargaan tersebut diberikan L’Oréal Indonesia dan Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (KNIU).

Untuk kategori Life Sciences, penghargaan diberikan kepada 2 peneliti.

Pertama adalah Sastia Prama Putri, Ph D dari Osaka University, dengan proposal penelitian berjudul "Establishment of quality evaluation standard and authentication method of Kopi Luwak and various Indonesian specialty coffees by gas chromatography-based metabolomics".

Penerima penghargaan kedua adalah Dr rer nat Aluicia Anita Artarini dari Institut Teknologi Bandung (ITB), dengan proposal penelitian berjudul "Development of Reporting System with Colorimetric to Screen Candidate of Polymerize Influenza Virus".

Sementara, penerima penghargaan kategori Material Sciences adalah  Dr Anawati, PhD dari Universitas Teknologi Sumbawa, dengan proposal penelitian berjudul "Fabrication of Anodic Alumina Oxide (AAO) Membrant Applied on Ready To Drink Filter in Sumbawa".

Juga, Kiky Corneliasari Sembiring, M Eng dari Lembaga Ilmu Pengetahun Indonesia (LIPI), dengan proposal penelitian berjudul "Heterogeneous Catalysts Ni0Cu0Mg-Al in the hydrogen production process of biodiesel production waste for renewable application".

4 Perempuan luar biasa tersebut akan mendapatkan dana Rp 80 juta yang dapat digunakan untuk penelitian mereka.

Vismay Sharma, President Director, PT L’Oréal Indonesia mengatakan, pemberian penghargaan tersebut memiliki tujuan besar: mengajak generasi muda, khususnya perempuan, untuk memilih karier di bidang sains dan ilmu pengetahuan.

"Sebagai perusahaan yang berakar di bidang sains, kami melihat bahwa masih banyak stigma yang melekat pada perempuan yang memilih karier di bidang sains," kata dia dalam keterangan yang diterima Liputan6.com, Kamis 3 Desember 2015.

Gejala ini tak hanya ditemukan di Indonesia. Survei Opini yang dilaksanakan L’Oreal Foundation pada 2015 menunjukkan, 67% orang Eropa berpikir perempuan tidak memiliki keahlian cukup untuk menjadi seorang peneliti ulung.


Di sisi lain, kata Vismay, sains tak lagi jadi bidang studi yang menarik bagi para remaja putri di tingkat SMP dan SMA. "Ini adalah saatnya kami mengembalikan ketertarikan terhadap dunia riset dan inovasi," kata dia.

"Sudah bukan rahasia lagi jika sains membutuhkan lebih banyak kontribusi perempuan karena dunia membutuhkan sains dan sains membutuhkan perempuan," tambah Vismay.

L’Oréal Indonesia juga meluncurkan program untuk mendukung para remaja perempuan yang memilih sains di tingkat univesitas. Dukungan ini diberikan lewat beasiswa ‘L’Oréal Sorority in Science’.

Sebuah kampanye digital juga diluncurkan, yang diusung L’Oréal Foundation, bertajuk ‘#ChangeTheNumbers’. Tujuannya, untuk mengubah persepsi publik terhadap perempuan di bidang sains dan menarik lebih banyak perempuan untuk memilih karier di bidang sains.

Jumlah Peneliti Perempuan Minim

Data UNESCO menunjukkan hanya 30% perempuan peneliti di dunia dan hanya 3% peraih penghargaan Nobel di bidang sains adalah perempuan.

Fakta menunjukkan, jumlah peneliti perempuan di Indonesia juga belum maksimal.

"Dari jumlah total 22,950 peneliti, hanya terdapat kurang lebih 11,000 perempuan peneliti di Indonesia," kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan.

Menteri Anies mengimbau agar keberhasilan dari para perempuan peneliti, dapat diapresiasi berbagai pihak, termasuk mereka yang ada di sektor swasta.

"Sehingga dapat memacu semangat para peneliti untuk membuat bangsa kita menjadi bangsa yang hebat," sambung dia.

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi juga menyatakan, hanya 7% perempuan lulusan S1 yang meneruskan ke jenjang S2 dan hanya 3% dari perempuan lulusan S2 menempuh program doktoral.

Sepanjang 2010 hingga 2015, angka pertambahan perempuan peneliti justru turun, dari 6% menjadi 3%.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya