Liputan6.com, Jakarta - Mestinya, Sabtu dan Minggu kemarin adalah hari yang penuh semarak bagi Kota Yogyakarta. Alasannya, selama 2 hari itu, 19 dan 20 Desember 2015 digelar Gebyar Dirgantara Yogyakarta 2015 di Lanud Adisutjipto. Yogyakarat menjadi saksi kekuatan TNI AU dengan hadirnya 57 pesawat tempur canggih seperti T50i, F16, dan Sukhoi.
Menurut Kepala Penerangan dan Perpustakaan Pangkalan TNI AU Adisutjipto Mayor Sus Hamdi Londong, dalam acara ini TNI AU akan unjuk kebolehan pesawat Dinamic Pegasus dan Jupiter Aerobatik Team (JAT) yang akan beratraksi dalam acara Adisutjipto Air Force Open Base.
"Bahkan jika beruntung akan diberi kesempatan untuk terbang joy flight keliling Yogya," ujar Londong di Lanud Adisutjipto, Yogyakarta, Sabtu lalu.
Advertisement
Dan benar saja, sepanjang Sabtu lalu warga pun antusias ingin melihat pertunjukan puluhan pesawat tempur itu. Ribuan warga memenuhi 2 pintu masuk ke Lanud Adisutjipto, seperti di Pos Karangjambe Museum Dirgantara dan Jalan Yogyakarta Solo. Bahkan arus lalu lintas di pintu masuk menjadi macet.
Namun, kegembiraan itu harus berakhir sebelum waktunya. Minggu pagi, salah satu pesawat tempur T-50i Golden Eagle jatuh dalam acara Dirgantara Adisutjipto Air Force Open Base. Warga yang melihat kejadian itu panik dan kaget.
Salah seorang saksi mata kejadian, Puji, yang juga warga Maredan, Sendangtirto, Berbah, Sleman mengatakan, para tetangganya sempat kaget dan keluar rumah karena mendegar suara pesawat yang terbang terlalu rendah.
Baca Juga
Puji yang melihat pesawat itu, langsung mengira jet tempur yang melintas di atap rumahnya bakal menemui nasib nahas. Dia juga mengaku melihat pesawat terbang melayang-layang kemudian pesawat tersebut tidak bersuara.
"Terbang rendah. Lalu melayang-layang nggak ada suaranya, arahnya ke utara. Begitu hilang di utara terlihat kepulan asap," ujar Puji.
Saksi lainnya bernama Bobi mengatakan, sebelum jatuh pesawat sempat melakukan 2 kali putaran.
"Pas naik, pesawat melakukan 2 kali putaran, namun ketika menukik lurus terlalu tajam," kata Bobi yang berada tidak jauh dari lokasi kejadian.
Saat pesawat menukik itulah dia melihat ada sesuatu yang keluar dari pesawat. Namun tidak dapat dipastikan apakah itu awak pesawat atau bukan.
2 Pilot Tewas
Sementara itu Danlanud Adisutjipto Marsma Imran Baidirus mengatakan, saat itu pesawat jatuh setelah melakukan atraksi selama 15 menit di udara.
"Saat melakukan manuver, pesawat jatuh di halaman timur Lanud Adisutjipto. Ketinggian sekitar 500 feet. Pada pukul 09.53 WIB jatuh," kata Imran.
Imran juga mengatakan, pesawat jatuh menghantam tanah lalu terbakar. Kedua penerbang tidak sempat keluar sebelum pesawat jatuh ke tanah. Saat itu kondisi pesawat dalam keadaan laik terbang.
"Home base pesawat itu di Madiun. Pesawat dalam keadaan baik saat terbang," ungkap Imran.
Akibat kecelakaan ini, pilot Letnan kolonel Marda Sarjono (Komandan Skuadron XV Madiun) dan Back Sitter Kapten Dwi Cahyadi meninggal dunia.
Takdir memang tak bisa ditolak, termasuk kecelakaan ini. Hanya saja, fakta menyebutkan kalau T-50i Golden Eagle yang jatuh merupakan pesawat baru, sehingga harusnya memang sangat laik terbang.
Canggih dan Baru
Pesawat baru TNI AU ini diserahterimakan Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro ke TNI pada Februari 2013. Pesawat T-50i Golden Eagle ini menggantikan pesawat latih TNI AU jenis Hawk MK 53 yang telah mengudara sejak 1980.
T-50i Golden Eagle merupakan pesawat latih supersonik buatan Amerika-Korea Selatan. Pesawat tersebut sudah dilengkapi dengan persenjataan untuk berbagai misi.
Pesawat ini dilengkapi kanon gatling internal 3 laras General Dynamics 20 mm yang mampu menembakkan 2.000 peluru per menit.
Alat utama sistem persenjataan (alutsista) tersebut ditenagai mesin General Electric F404-GE-102 yang mampu menghasilkan daya dorong 17.700 pounds dengan after burner dan 11.000 pounds dengan tenaga Mil Power. Kecepatan maksimalnya bisa mencapai 1,5 Mach atau 1,5 kali kecepatan suara (1.600 km/jam).
Pesawat tersebut dikirim menggunakan penerbangan kargo dan feri secara bertahap. Kontrak pembelian 16 pesawat itu ditandatangani pada 25 Mei 2011 dengan nilai US$ 400 juta.
Spesifikasi T-50i Golden Eagle menurut laman resmi TNI AU adalah:
Karakteristik umum
- Kru: 2
- Panjang: 42 ft 7 in (12.98 m)
- Lebar sayap: 30 ft 1 in (9.17 m)
- Tinggi: 15 ft 8.25 in (4.78 m)
- Berat kosong: 14,200 lb (6,441 kg)
- Berat maksimum lepas landas: 26,400 lb (11,985 kg)
- Mesin: 1× General Electric F404 afterburning turbofan
Dorongan kering: 11,925 lbf (53.07 kN)
Dorongan dengan afterburner: 17,775 lbf (79.1 kN)
Performa
- Kecepatan maksimum: Mach 1.4
- Jarak jangkau: 1,150 mi ()
- Batas tertinggi servis: 48,000 ft (14,630 m)
Persenjataan
- Guns: 1× M61A1 Vulcan 20 mm Gatling gun
- Rockets: LAU-3/68
- Missiles:
Air-to-air: 2× AIM-9 Sidewinder
Air-to-ground: 6× AGM-65 Maverick
- Bombs: 5× CBU-58 cluster, 9× Mk 82, 3× Mk 83/MK 84, and 9× Mk 20.
Penerbang Pilihan
Dengan kecanggihan serta masih barunya pesawat, sulit dibayangkan kalau kecelakaan ini disebabkan oleh kesalahan mesin. Di lain sisi, dua perwira TNI AU yang menerbangkan pesawat ini dan gugur pada kecelakaan kemarin juga sosok penerbang yang mumpuni.
Kedua perwira penerbang itu adalah Letkol Pnb Marda Sarjono dan Kapten Pnb Dwi Cahyadi. Almarhum Marda Sarjono adalah alumnus AAU 1997 dan menjabat Komandan Skuadron Udara 15 Lanud Iswahyudi, Madiun.
"Sedangkan Kapten Dwi Cahyadi adalah alumnus AAU tahun 2007, saat ini merupakan penerbang Skadron Udara 15," kata Kepala Dinas Penerangan AU Marsekal Pertama Dwi Badarmanto, di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta.
Menurut Dwi, dua penerbang tersebut merupakan penerbang TNI AU yang mempunyai jam terbang cukup lama dan berpengalaman menerbangkan pesawat T-50i Golden Eagle.
"Kedua perwira itu dikenal sebagai penerbang yang cukup berpengalaman, menerbangkan pesawat T-50i Golden Eagle," ucap Dwi.
Dengan semua fakta itu, masih terlalu pagi untuk menyimpulkan penyebab kecelakaan. Karena itu, untuk mengetahui penyebab jatuhnya pesawat pabrikan Korea Selatan ini, pihak Lanud Adisutjipto Yogyakarta akan menunggu hasil investigasi dari Mabes Angkatan Udara.
Danlanud Adisutjipto Yogyakarta Marsekal Pertama TNI Imran Baidirus mengatakan, untuk mengetahui penyebab kecelakaan tersebut harus melalui penyelidikan.
"Dugaan penyebab kecelakaan sampai saat ini kita belum bisa menyimpulkan karena apa," ucap Imran.
Dia juga menuturkan, investigasi penyebab jatuhnya pesawat latih tempur itu ada di Mabes TNI AU. Tim tersebut akan datang ke Yogyakarta untuk melakukan penyelidikan.
"Belum bisa kita simpulkan, karena itu wilayah dan kompetensinya tim investigasi Mabes Angkatan Udara," tegas Dwi.
Tim Investigasi Bekerja
TNI AU sendiri sudah membentuk tim investigasi. Tim yang dipimpin langsung oleh Wakil Kepala Staf TNI AU Marsda Hadiyan Sumintaatmadja ini telah diterangkan ke Yogyakarta untuk segera melakukan penelusuran.
"Tim sudah berangkat, agar bisa segera diambil kesimpulan penyebab kecelakaan ini," ujar Kepala Dinas Penerangan Angkatan Udara, Marsekal Pertama TNI Dwi Badarmanto di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta.
Selain melibatkan unsur TNI, tim investigasi juga akan melibatkan pihak produsen pesawat T-50i Golden Eagle, yaitu perusahaan penerbangan Korean Aero Industries (KAI), asal Korea Selatan (Korsel).
"Ya pasti kita libatkan tim dari Korea Selatan juga. Kita juga akan libatkan mereka di dalam tim investigasi TNI," ucap Dwi.
Dwi juga mengatakan, Kepala Staf TNI AU (KSAU) Marsekal TNI Agus Supriatna akan bertolak ke Yogyakarta untuk memantau kerja tim yang mulai bertugas itu.
"KSAU sendiri bilang, cuaca sore ini bagus dan akan dimanfaatkan untuk segerea berangkat ke Yogyakarta," jelas Dwi.
Musibah ini juga membuat Gebyar Dirgantara Yogyakarta 2015 ditutup lebih cepat. "Untuk acaranya sendiri langsung ditutup. Kita fokus evakuasi korban dulu," kata Dwi.
Langkah TNI AU sesegera mungkin membentuk tim investigasi layak diapresiasi. Di tengah semangat untuk terus memperbarui alutsista dan SDM yang ada, kecelakaan ini harus bisa dijelaskan penyebabnya.
Dengan segudang kecanggihan pesawat T-50i Golden Eagle dan sederet prestasi penerbangnya, kecelakaan ini menyimpan banyak pertanyaan. Dan adalah tugas tim investigasi untuk membuat terang semua itu, agar di kemudian hari pesawat dan penerbang terbaik kita tak lagi terbang sia-sia.