Dokter Ahli: Dunia Kedokteran Tidak Mengenal Chiropractic

Menurut Didik, chiro merupakan metode tradisional. Untuk bisa melakukan praktik terapi ini harus mengantongi izin.

oleh FX. Richo Pramono diperbarui 08 Jan 2016, 16:31 WIB
Diterbitkan 08 Jan 2016, 16:31 WIB
20160107-Buntut Kematian, Dinkes DKI dan Polda Segel Chiropractic First di FX Senayan-Jakarta
Pintu masuk klinik Chiropractic First yang berada di FX Senayan, Jakarta, disegel petugas, Kamis (7/1). Dinkes DKI bersama Polda Metro Jaya menyegel sejumlah cabang klinik Chiropractic First yang diduga melakukan malapraktik. (Liputan6.com/Gempur M Surya)

Liputan6.com, Jakarta - Dokter Didik Librianto, selaku spesialis tulang belakang yang juga pengurus Perhimpunan Dokter Spesilis Ortopedi dan Traumatologi Indonesia bidang spine atau tulang belakang mengatakan, dalam dunia kedokteran tidak dikenal istilah chiropractic.

Chiro merupakan metode pengobatan atau terapi untuk menyembuhkan permasalahan tulang belakang. Chiro adalah metode yang dipakai klinik Chiropractic First, klinik yang diduga malapraktik, sehingga ada korban meninggal dunia, Allya Siska Nadya.

"Itu kita tidak mengenal chiro atau manipulasi tulang belakang. Tidak dikenal dalam dunia pendidikan (kedokteran)," ujar Didik di Senayan, Jakarta Selatan, Jumat (8/1/2016).

Dia menegaskan, chiro berbeda dengan fisioterapi, istilah yang jauh lebih dikenal di kalangan masyarakat dan diakui secara medik.

"Beda dengan fisio yang diketahui pendidikannya dan diketahui keamanannya. Memang ada beberapa metode pengobatan dan tidak ada dalam bidang medis. Juga tidak berkaitan dengan bidang tulang belakang," jelas Didik.

Menurut Didik, chiro merupakan metode tradisional. Untuk bisa melakukan praktik terapi ini harus mengantongi izin.

"Chiro termasuk pengobatan tradisional. Jadi kalau terlebih lagi ada dokter asing, harus dapat izin dari kementerian. Karena dari asing," pungkas Didik. ‎

Allya Siska Nadya meninggal dunia usai terapi di klinik Chiropractic First, Pondok Indah Mall (PIM) I, Jakarta Selatan, pada 7 Agustus 2015 lalu.

Di klinik tersebut Allya menjalani terapi 2 kali sehari. Namun, usai menjalani terapi pada 6 Agustus 2015, Allya merasa nyeri luar biasa di lehernya hingga mual dan muntah-muntah.

Allya kemudian dilarikan ke Rumah Sakit Pondok Indah. Karena kondisi perempuan 33 tahun itu kritis, dokter membawanya ke ruang Intensive Care Unit (ICU). Esok paginya, 7 Agustus 2015, kondisi Allya menurun dan nyawanya tak tertolong lagi.

Diagnosis tim medis Rumah Sakit Pondok Indah, Allya awalnya menderita penyakit Kifosis Cervicalis, atau gangguan lekukan di tulang punggung. Namun detik-detik terakhir hidup Allya, dokter menemukan kelainan tulang leher yang diduga akibat terapi chiropractic.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya