Liputan6.com, Jakarta - Insiden penggerebekan bandar narkoba di Jalan Slamet Riyadi 4, Matraman, Jakarta Timur, pada Senin 18 Januari 2016 sempat membuat warga ketakutan. Sebab, kejadian tersebut terjadi tak lama setelah teror Jakarta di kawasan Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat.
Pada penggerebekan itu, polisi mendapatkan serangan balik dari para terduga bandar narkoba. Petugas pun meminta bantuan. Polisi bersenjata dikerahkan untuk mengamankan situasi.
"Polisinya datang dengan senjata lengkap. Ada panser segala. Saya kira ada teroris digerebek. Ada bomnya juga gitu," ujar seorang warga, Suhendi (41), yang berjualan es kelapa di dekat TKP, Jakarta Timur, Selasa (19/1/2016).
"Saya lihat ratusan polisi waktu kejadian. Gimana saya dan warga lain enggak takut," lanjut dia.
Bukan hanya itu, polisi yang hadir juga sempat bertanya-tanya ke warga yang berada di lokasi. "Polisi pada nanya-nanya itu ada apa. Kalau mereka yang enggak tahu bisa disangka teroris," ungkap dia.
Baca Juga
Senada dengan Suhendi, Ira (33) menceritakan sejak Senin 18 Januari 2016 sore, polisi sudah ramai. Awalnya, terlihat ada beberapa petugas datang ke rumah terduga bandar narkoba Y dan N.
"Tiga masuk di dalam, 3 di luar, 2 jaga di situ. Enggak lama, ada suara teriak-teriak. Gara-gara itu, ada orang dari Berlan masuk, terus terlihat mukuli petugas," ungkap Ira yang tinggal 10 meter dari rumah pelaku terduga bandar narkoba.
Saat melihat insiden itu, warga setempat ketakutan dan menutup pintu serta menguncinya.
"Ramai banget ribut-ributnya. Warga pada takut dan tutup pintu semua. Warga mau nolongin juga takut, takut jadi kena sasaran," pungkas Ira.