Ancaman Demo Susulan, Metro Mini Sepi di Terminal Senen

Sejak adanya angkutan umum berbasis aplikasi, pengendara Metro Mini mengaku penumpang menurun drastis.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 15 Mar 2016, 09:49 WIB
Diterbitkan 15 Mar 2016, 09:49 WIB
 20151221-Diwarnai Isu Pemogokan, Sebagian Sopir Metromini Tetap Beroperasi-Jakarta
Sejumlah penumpang duduk di dalam metromini di Terminal Blok M Jakarta, Senin (21/12/2015). Meski diwarnai isu pemogokan namun sebagian pengemudi metromini memilih tetap beroperasi. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Terminal Senen, Jakarta Pusat tampak sepi dari hiruk pikuk Metro Mini pagi ini. Hal ini diduga terkait dengan ancaman aksi susulan awak angkutan kota yang menolak rencana Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang menghapuskan angkutan bus sedang ini.

Pantauan Liputan6.com, Selasa (15/3/2016), tidak banyak aktivitas layaknya terminal yang ramai penumpang lalu-lalang mencari bus tujuan.

Di dalam Terminal Senen, hanya ada 3 unit Metro Mini dengan trayek berbeda, 4 unit Kopami, 1 patas, dan beberapa mikrolet yang sedang menunggu penumpang. Selebihnya, angkutan umum itu memilih berlalu tanpa menunggu penumpang.

Para pengemudi Metro Mini mengancam melakukan mogok susulan menolak rencana penghapusan armada bus sedang tersebut (Liputan6.com/Ahmad Romadoni)

Para sopir juga terlihat hanya duduk di trotoar sambil menyeruput kopi dan mengisap rokok. Hanya ini yang bisa dilakukan sambil menunggu kedatangan penumpang.

Juyono Hadi Saputro misalnya. Dia hanya bisa melihat Metro Mini P-24 yang dibawanya melompong tanpa penumpang. Beberapa orang yang melintas tak ada satu pun yang menuju pintu bus miliknya.

"Mungkin karena sudah tahu mau mogok, malah jadi enggak ada penumpang," kata pria yang akrab disapa Adi itu di Terminal Senen, Jakarta Pusat, Selasa (15/3/2016).

Menurut pria yang sudah 8 tahun menjadi sopir Metro Mini ini, kondisi terminal bisa dikatakan sangat sepi. Gencarnya pemberitaan terkait aksi mogok dianggap paling punya andil, sehingga terminal sangat sepi.

Adi juga berniat melanjutkan aksi mogoknya. Hanya saja belum ada komando dari koordinator aksi untuk langsung turun ke jalan. Sehingga dia memilih mencari penumpang dulu.

"Dari pagi baru keluar belum narik, penumpang sepi. Kita tunggu koordinator aja, kalau mogok ya kita pulang taruh mobil kita berangkat ke Balai Kota," ujar Adi.

Metro Mini Vs Angkutan Online

Para pengemudi Metro Mini mengancam melakukan mogok susulan menolak rencana penghapusan armada bus sedang tersebut (Liputan6.com/Ahmad Romadoni)

Bagi sebagain sopir Metro Mini, keberadaan angkutan berbasis aplikasi online cukup berpengaruh. Khususnya berdampak pada penurunan penumpang.

"Sistem kayak online ini harusnya diilangin. Mereka enggak ada aja, ngurangin pendapatan orang. Di Prancis juga dibubarin," ucap Deni, sopir Metro Mini P 03, di tempat sama.

Kondisi ini tentu sangat menyulitkan para sopir Metro Mini. Mereka kini sudah hampir kehabisan akal untuk mencari penumpang guna memenuhi kewajiban setoran. Penghasilan bahkan terjun bebas hingga 50%.

"Biasanya sehari Rp 800 ribu sampai Rp 1 juta, sekarang Rp 600 ribu aja enggak dapat. Setoran Rp 400 ribu, solar Rp 200 ribu, dapat apa kita?" cetus Deni.

Deni berharap angkutan umum berbasis online cukup hanya untuk ojek, tidak sampai ke mobil.

"Kalau mau jadi ojek, ojek aja. Enggak usah ikut sampai ke mobil," ujar Deni.

Live Streaming

Powered by

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya