Gulita untuk Menyelamatkan Bumi

Di Jakarta, tahun ini konsumsi listrik diperkirakan berkurang hingga 40% saat berlangsungnya kampanye global Earth Hour.

oleh Ahmad Romadoni Aceng MukaramTaufiqurrohmanGerardus Septian KalisAchmad Sudarno diperbarui 20 Mar 2016, 00:00 WIB
Diterbitkan 20 Mar 2016, 00:00 WIB
Earth Hour Jakarta
Patung Selamat Datang dan gedung serta pusat perbelanjaan saat peringatan Earth Hour di Jakarta, Sabtu (19/3/2016) malam. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Plaza Balai Kota Bogor tidak seperti biasanya. Malam ini, tempat tersebut dipadati ratusan pemuda dan aktivis lingkungan World Wild Fund for Nature (WWF). Mereka menyalakan satu per satu puluhan lilin yang telah ditata rapi membentuk angka 60+.

Waktu yang dinanti-nantikan pun tiba. Persisnya pukul 20.30 WIB, mereka mematikan lilin tersebut, sebagai tanda dimulainya kampanye serentak Earth Hour di seluruh dunia.

Secara simbolis pemadaman lampu dan perangkat yang menggunakan listrik pada Sabtu malam itu, dilakukan oleh Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto. Kampanye ini akan berlaku 1 jam ke depan.

Lampu-lampu jalan, perkantoran pemerintah daerah hingga Tugu Kujang yang biasa penuh pulasan cahaya lampu warna-warni, juga langsung dipadamkan secara serentak.

(Foto: Guardian)

Mahasiswa dan pelajar yang tergabung dalam komunitas Earth Hour Bogor menampilkan aksi seni parkour. Kemudian disusul penampilan tarian modern kontemporer dari remaja Bogor, lengkap dengan senter warna-warni yang membuat mereka berwarna mencolok di tengah kegelapan.

Ketua Pelaksana perayaan Earth Hour Regional Bogor Aru Prayogi mengatakan, ada 49 titik di Bogor, Jawa Barat, yang dimatikan selama 1 jam.

Titik-titik tersebut tersebar di wilayah administrasi Kota dan Kabupaten Bogor. Di antaranya kantor pemerintahan, mal dan hotel serta taman. Termasuk aliran listrik yang menjadi ikon Kota Bogor, Tugu Kujang.

Bahkan, gelap gulita kota hujan ini sempat membuat khawatir Pasukan Pengamanan Presiden (Paspampres) di seputar Istana Bogor khawatir. Sebab, Presiden Jokowi sedang dalam perjalanan menuju Istana Bogor saat puncak acara Earth Hour.

Ibu Kota Gulita

Tak hanya Bogor, perayaan Earth Hour di ini juga diikuti 32 kota di Tanah Ait dan 147 negara di dunia. Gerakan menghemat listrik dan energi ini dimulai pada Sabtu malam 19 Maret 2016, pukul 20.30 sampai 21.30 waktu setempat.

Ada 6 lokasi yang listriknya akan dipadamkan sebagai wujud partisipasi ramah lingkungan ini. Yakni Balai Kota Jakarta, Monas, Patung Arjuna Wiwaha, Bundaran Hotel Indonesia, Patung Pemuda, dan pengelola gedung di Segitiga Monas.‎  

"Gunanya untuk mendinginkan dunia, kita padamkan listrik selama 1 jam," kata Kepala Dinas Perindustrian dan Energi Yuli Hartono kepada Liputan6.com, Jakarta, Sabtu 19 Maret 2016.

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok memberi dukungan langsung atas pelaksanaan Earth Hour atau mematikan listrik selama 1 jam ini. Dukungan diberikan karena dia merupakan duta Earth Hour.

"Kampanye Earth Hour selalu didukung oleh Gubernur DKI Jakarta selaku Duta Earth Hour 2016," ujar Kepala Dinas Perindustrian dan Energi Yuli Hartono kepada Liputan6.com, di Jakarta, Sabtu 19 Maret 2016.

Sebagai wujud dukungan, Ahok memberi pesan-pesan melalui akun pribadinya di media sosial. Beberapa media sosial yang akan dipakai adalah Facebook, Twitter, dan Instagram.

Di antara kicauan Ahok antara lain 'Saya Ahok, akan membangun ruang terbuka ramah anak di 267 kelurahan di seluruh DKI #IniAksiku'.

Meski sudah ada imbauan dari Ahok, beberapa titik yang seharusnya mengalami pemadaman listrik, justru masih terlihat menyala.

Seperti di Bundaran Hotel Indonesia. Lampu di atas Patung Selamat Datang memang padam, namun lampu yang mengelilingi air mancur di bawah patung tersebut semuanya masih menyala.

Patung Selamat Datang dan gedung serta pusat perbelanjaan saat peringatan Earth Hour di Jakarta, Sabtu (19/3/2016) malam. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Gedung-gedung perkantoran, hotel dan mal di kawasan Bundaran Hotel Indonesia yang letaknya berdekatan, juga masih menyala.‎ Lampu penerangan jalan dan papan reklame di sekitar Bundaran Hotel Indonesia menuju Monas, pun masih menyala saat Earth Hour dimulai.

Berbeda, keunikan terlihat di Mal Senayan City. Sebelum beberapa lampu-lampu mal dipadamkan, pihak Senayan City menyuguhkan Balinese Contemporary Dance yang dimulai dari lantai 6 hingga lantai dasar.

Ketika sampai di lantai dasar, para penari berhenti di sebuah instalasi. Di sini, para penari menyalakan lilin yang kemudian diikuti dengan padamnya beberapa lampu.

CEO Senayan City Veri Y Setiady mengatakan, aksi memadamkan lampu dalam rangka Earth Hour yang dilakukan Senayan City selama satu jam dengan harapan dapat mengurangi pemakaian listrik, serta dapat memberikan informasi kepada pengunjung tentang pentingnya penghematan energi.

"Pemadaman itu dilakukan di beberapa titik di luar gedung lampu taman terrace lagoon, crystal lagoon dan giant LED. Pemadaman di area dalam meliputi koridor mal lantai LG sampai 6 dan lampu shop front dari tenant," ucap Veri di Jakarta, Sabtu malam.

Sementara itu, Direktur Marketing Senayan City Halina mengungkapkan, perayaan Earth Hour kali ini bertepatan dengan usia Senayan City yang telah memasuki 10 tahun. Menurut dia, perayaan kali ini diadakan dengan konsep sederhana.

Protes

Meski sebagian besar kota di Tanah Air mengkampanyekan, ada wilayah yang justru mengalami pemadaman lebih awal karena gangguan. Seperti yang terjadi di Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Kejadian tersebut membuat kekecewaan sejumlah warga.

Syamhudi, misalnya. Warga Jalan Dharma Putra, Kelurahan Siantan Hilir, Kecamatan Pontianak Utara, menyayangkan pemadaman listrik di saat ada acara khataman Alquran untuk anak-anak kecil.

"Wah parah nih mati lampu sudah 2 jam. Lagi ada acara khataman Alquran. Gang sebelah lagi tahlilan," ucap Yudi kepada Liputan6.com di Kota Pontianak, Sabtu 19 Maret malam.

Bahkan dalam sehari, pemadaman listrik di Kota Pontianak dapat berjam-jam. "3 Sampai 4 kali mati lampu di tempat kami," ujar Syamhudi.

Kampanye hemat energi dan penyelamatan lingkungan Earth Hour di Kota Bogor, Jawa Barat. (Liputan6.com/Achmad Sudarno)

Sementara di Kabupaten Sekadau, mati lampu atau listrik di sana hingga 10 jam. Hal itu pula membuat masyarakat harus mengeluarkan biaya tambahan membeli bahan bakar minyak berupa solar untuk mesin genset.

Sementara itu, Humas PLN Wilayah Kalimantan Barat Hendra menyatakan, pemadaman listrik di Kota Pontianak, hanya sebagian. Kendati demikian, ia enggan menyebut penyebab aliran listrik dimatikan.

"Itu sebagian padamnya. Seharusnya lapor ke PLN Rayon Siantan," kata Hendra, saat dikonfirmasi, Sabtu malam.

Penghematan



Kegiatan mematikan listrik selama 1 jam yang digelar setiap tahun ini dipusatkan di 2 ikon Tanah Air, yaitu Candi Borobudur dan Candi Prambanan. Namun di balik kegiatan ini, kampanye Earth Hour berdampak cukup signifikan untuk penghematan energi.

Seperti tahun lalu, PLN mencatat, beban listrik Jakarta pada Sabtu 28 Maret 2015 jam 21.00 WIB sebesar 3.322 Mega Watt (MW) atau turun 165 MW (4.73%) dibanding beban pada hari Sabtu 14 Maret 2015 pada jam yang sama yang sebesar 3.487 MW.

Sementara beban listrik di Jawa pada jam 21.00 WIB pada Sabtu 28 Maret 2015 tercatat 4.072 MW atau turun 19 MW (0.22%) dibanding beban pada 14 Maret, jam yang sama yang sebesar 4.091 MW‎.

Di Jakarta tahun ini saja, konsumsi listrik diperkirakan berkurang hingga 40% saat berlangsungnya kampanye global Earth Hour (EH) atau Satu Jam Mematikan Listrik.

Deputi Manager Komunikasi dan Bina Lingkungan PLN Disjaya Mambang Hartadi mengatakan, rata-rata beban puncak listrik Jakarta mencapai 6.068 Mega Watt (MW).

Diperkirakan, saat pelaksanaan kampanye global tersebut, konsumsi listrik pada beban puncak turun menjadi 3.400 hingga 3.500 mega watt (MW).

‎"Rata-rata beban puncak  6.068 MW. Untuk Earth Hour tahun ini hanya berkisar di 3.400-3.500 MW, lebih kurang hampir 40 persen dari beban puncak," kata Mambang, saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Jumat 18 Maret lalu.

Menteri ESDM Sudirman Said mengatakan, saat ini pemerintah masih fokus pada pengadaan energi untuk saat ini dan  masa depan‎, guna menunjang pertumbuhan konsumsi yang terus meningkat.
‎
"Saya menekankan satu aspek pengolahan energi ke depan. Selama ini kita hanya fokus pada supply side bangun listrik. Kilang Energi Baru Terbarukan pada supply. Betul sebagai negara sedang tumbuh membutuhkan supply," terang Sudirman.

Selain pengadaan energi, menteri mengimbau, seharusnya dilakukan penghematan (konservasi) agar energi yang dimiliki saat ini tidak cepat habis, dengan melakukan pengaturan penggunaan energi secara luas.

Menurutu dia, penghematan merupakan kegiatan yang mudah dan murah ketimbang pengadaan energi, namun yang dihasilkan dari penghematan sangat besar manfaatnya.

Perayaan Earth Hour 2016 di Senayan City, Jakarta. (Liputan6.com/Gerardus Septian Kalis)
‎

"Sebenarnya kita punya potensi pada 2025 ada ruang penghematan 17 persen, untuk membangkitkan listrik perlu investasi US$ 1-1,5 juta per Mega Watt (MW). Misalkan 17 persen  itu hampir 5 ribu MW (penghematan) anda bayangkan 5 ribu MW dikali US$ 1 juta, " tutur dia.

Instansinya akan memberikan insentif untuk mendorong penghematan energi. Selain itu, juga akan didukung dengan adanya alat penghemat energi dan fasilitator penghematan energi. Pada 2016 ditargetkan 243 manager energi dan auditor 167 orang.

Perubahan Iklim

PT PLN (Persero) mengajak masyarakat berpartisipasi dalam kampanye global Earth Hour‎. Jika seluruh pelanggan PLN ikut berpartisipasi dalam kapanye tersebut akan berdampak besar dalam penghematan konsumsi listrik.

Manajer Senior Public Relations‎ PLN Agung Murdifi mengatakan,‎ sebagai Perusahaan Listrik Negara, Earth Hour merupakan momentum strategis untuk mengingatkan masyarakat, agar lebih menghemat listrik guna berperan serta dalam meminimalisir perubahan iklim.

"Selain itu, diharapkan juga menjadi sarana edukasi bagi masyarakat untuk melakukan perubahan haya hidup menjadi lebih ramah lingkungan," kata Agung, di Jakarta, Jumat 18 Maret 2016.

Agung menjelaskan, Earth Hour juga merupakan sebuah kampanye global guna mengajak semua penduduk bumi baik individu, komunitas, pelaku bisnis, maupun pemerintah untuk bersama-sama peduli pada upaya penurunan emisi karbon dioksida yang memicu pemanasan global dan perubahan iklim.

"Utamanya, kampanye earth hour mengajak kita untuk menghemat listrik dengan mematikan lampu dan peralatan listrik selama satu jam. Aksi satu jam yang nyata," ungkap Agung.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya