Banjir Gunung Sahari Biang Kerok Perseteruan Ahok dengan Rustam

Ahok menyalahkan Rustam Effendi sebagai Wali Kota Jakarta Utara. Namun, Rustam bersikukuh dengan pendapatnya.

oleh Moch Harun Syah diperbarui 27 Apr 2016, 07:24 WIB
Diterbitkan 27 Apr 2016, 07:24 WIB
Rustam Efendi
Walikota Jakarta Utara

Liputan6.com, Jakarta - Perseteruan antara Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dan anak buahnya, Rustam Effendi, mencuat. Beberapa hari terakhir ini, keduanya beradu pernyataan di media massa. Penyebab perseteruan itu adalah banjir yang terjadi di Jalan Gunung Sahari Raya dan Jalan RE Martadinata, Pademangan, Jakarta, Kamis (21/4/2016).

Ahok menyalahkan Rustam Effendi sebagai Wali Kota Jakarta Utara. Namun, Rustam bersikukuh penyebab genangan di kedua jalan tersebut lantaran sistem pembagian arus air yang tidak merata.

Menurut dia, harusnya pembagian alur air dibagi ke 2 jalur, yaitu ke jalur Kali Ciliwung Lama dan Kali Banjir Kanal Barat (BKB). Tapi yang terjadi justru hanya dialirkan ke Kali Ciliwung.

"Curah hujan minggu kemarin itu cukup tinggi di Jakarta Utara dan sekitarnya ya. Karena sistem pembagian air yang tidak merata membuat wilayah Gunung Sahari dan Pademangan banjir. Karena semua air langsung dialirkan ke Kali Ciliwung," kata Rustam di Kantor Wali Kota Jakut saat berbincang dengan awak media, Selasa 26 April 2016.

Dia mengatakan ketinggian tanggul Kali Ciliwung tidak mampu menampung aliran air yang deras. Hal tersebut membuat wilayah Gunung Sahari dan Pademangan lagi-lagi tergenang banjir dengan tinggi sekitar 10-40 cm.

Dia pun menegaskan tak berbohong saat mengungkap soal penyebab banjir di Jalan Gunung Sahari banjir di depan Ahok pada rapat Jumat 22 April 2016 di Balai Kota Jakarta.

"Di titik persimpangan yang ada di Masjid Istiqlal yang harusnya bisa dibelah, aliran Kali Ciliwung menuju ke arah Stasiun Kota dan Gunung Sahari. Yang dibuka hanya aliran air ke Gunung Sahari, sedangkan aliran ke Kota malah ditutup. Ya jelas air langsung penuh yang di Gunung Sahari," ucap Rustam.

"Apalagi saat itu ketinggian permukaan air laut sedang tinggi, jadi kalaupun kita menyalakan seluruh mesin pompa tidak banyak membantu dan malah bisa-bisa mesin jebol karena tidak kuat memompa aliran air ke perairan Teluk Jakarta," ujar Rustam lagi.

Sebelumnya, Ahok menggelar rapat dengan satuan kerja perangkat daerah (SKPD) untuk membahas penanganan banjir di Ibu Kota. Ahok menjelaskan air rob tidak mungkin masuk karena tanggul yang ada setinggi 2,8 meter. Sementara air pasang tertinggi hanya 2,6 meter sehingga masih ada sisa tanggul.

"Wali kota (Jakut) bilang air masuk, aku pikir air enggak mungkin masuk karena pengalaman kami di DKI, air pasang tertinggi 2,6 meter tahun lalu," kata Ahok Jumat 22 April 2016.

Mantan Bupati Belitung Timur itu mengaku melihat rekaman CCTV, ketinggian air pasang hanya 1,6-1,7 meter. Sementara beberapa pompa yang dimatikan ternyata belum dilaporkan. Dengan demikian, saat hujan turun, tidak sempat membuang air ke laut.

"Saya lihat laporan di CCTV semua hanya 1,6 sampai 1,7 meter, bagaimana air bisa melimpas. Ternyata kemarin dilaporkan pompa dimatikan," ujar Ahok.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya