Restoran Mewah Ini Sajikan Kuliner Aneh dari Kotoran Gajah, Beraroma Herbal

Kotoran gajah disajikan di piring mewah dengan konsep restoran antimainstream.

oleh Ibrahim Hasan Diperbarui 17 Apr 2025, 15:20 WIB
Diterbitkan 17 Apr 2025, 15:20 WIB
Kuliner Aneh
Restoran Mewah Ini Sajikan Kuliner Aneh dari Kotoran Gajah (Sumber: SCMP)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Restoran mewah di Shanghai mencuri perhatian dunia maya karena menyajikan menu tak biasa dari kotoran gajah. Pada 7 April, seorang blogger makanan populer membagikan pengalamannya menikmati sajian ekstrem ini di kanal RedNote. Dalam unggahan video berdurasi pendek itu, ia menyebut pengalaman bersantap ini sebagai “Restoran Baru Shanghai Mendorong Batas Kegilaan”.

Berlokasi di jantung kota Shanghai, restoran ini mengusung konsep “masakan fusi ekologis” yang dipadukan dengan suasana hutan hujan buatan. Para tamu diajak menyantap 15 hidangan unik seharga 3.888 yuan (sekitar Rp 9 juta), belum termasuk minuman. Dari menjilat es batu hingga menyantap hidangan penutup berbahan dasar kotoran gajah, pengalaman ini sukses mengundang kontroversi.

Dua pendiri restoran, satu berasal dari kelompok etnis Blang di Yunnan dan satu lagi berkebangsaan Prancis, menghabiskan tujuh tahun menjelajah hutan hujan demi menciptakan sajian otentik. Hidangan yang disajikan pun bukan sekadar eksotis, tapi dirancang menyentuh filosofi lingkungan dan alam. 

Namun, penggunaan kotoran gajah sebagai bahan makanan telah menimbulkan perdebatan panas di jagat maya. Seperti apa sensasinya? Berikut restoran yang sajikan menu aneh kotoran gajah dirangkum Liputan6.com dari South China Morning Post, Kamis (17/4/2025). 

Pemilik Riset ke Hutan Langsung

Kuliner Aneh
Restoran Mewah Ini Sajikan Kuliner Aneh dari Kotoran Gajah (Sumber: SCMP)... Selengkapnya

Restoran ini bukan sekadar tempat makan, tapi sebuah pengalaman multisensori. Pendirinya menghabiskan tujuh tahun meneliti hutan hujan Yunnan sebelum membuka restoran. Tujuan mereka: membawa ekosistem hutan tropis ke kota metropolitan.

Pengunjung tak hanya makan, tetapi juga menjalani ritual yang merefleksikan alam. Mereka memetik daun dari tanaman pot, mencelupkan ke saus, dan memakannya langsung. Semua itu terjadi di tengah suasana hutan buatan yang dirancang dengan detail.

Konsep ini digambarkan oleh pelayan sebagai “masakan fusi ekologis”. Filosofinya adalah menyatu dengan alam melalui bahan-bahan alami. Tapi, penggunaan elemen seperti kotoran gajah tetap jadi sorotan tajam.

Sensasi Kotoran Gajah di Piring Mewah

Kuliner Aneh
Restoran Mewah Ini Sajikan Kuliner Aneh dari Kotoran Gajah (Sumber: SCMP)... Selengkapnya

Puncak jamuan makan hadir saat hidangan penutup “Bunga yang Dimasukkan ke Kotoran Gajah” disajikan. Kotoran gajah yang dikeringkan dan disterilkan diubah jadi “remah renyah” di dasar sajian. Di atasnya, disusun parfum herbal, selai buah, serbuk sari, dan sorbet madu.

Para tamu diajak menaiki tangga untuk memilih varian parfum dan topping favorit mereka. Ini disebut sebagai “tur hidangan penutup”, sebuah pengalaman personal dalam memilih bahan. Harga keseluruhan pengalaman ini mencapai Rp 9 juta per orang.

Kotoran gajah dikenal kaya serat dan telah digunakan untuk membuat produk seperti kertas A4. Namun, publik mempertanyakan apakah penggunaannya dalam makanan sesuai dengan aturan kesehatan. “Ini benar-benar berada di batas tipis antara seni dan kegilaan,” tulis sang food blogger.

Kebersihan yang Masih Dipertanyakan

Kuliner Aneh
Restoran Mewah Ini Sajikan Kuliner Aneh dari Kotoran Gajah (Sumber: SCMP)... Selengkapnya

Menurut Undang-Undang Kebersihan Makanan Tiongkok, semua makanan harus tidak beracun, tidak berbahaya, dan memenuhi standar gizi. Belum ada kejelasan apakah menu kotoran gajah, meski telah disterilkan, lolos regulasi. Hal ini memunculkan tanda tanya besar dari para ahli dan masyarakat.

Pihak restoran belum memberikan pernyataan resmi terkait regulasi makanan ini. Namun, dalam video, pelayan mengatakan, “Kotoran ini sudah melalui proses desinfeksi penuh.” Mereka mengklaim bahan ini aman dan digunakan hanya sebagai elemen rasa serta simbol alami.

Meski demikian, banyak netizen tetap skeptis. Beberapa menyebutnya sebagai eksploitasi konsep ekstrem demi sensasi viral. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Produksi Liputan6.com

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya