Megawati Ungkap di Balik Layar Diplomasi 'Lenso Bengawan Solo'

Gara-gara Megawati berdansa dengan Presiden RRT Jiang Zemin, Indonesia dapat merebut proyek LNG Tangguh dari tangan Australia dan Rusia.

oleh Taufiqurrohman diperbarui 25 Mei 2016, 11:24 WIB
Diterbitkan 25 Mei 2016, 11:24 WIB
Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri
Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri

Liputan6.com, Bandung - Presiden ke-5 RI Megawati Soekarnoputri mengungkap di balik layar diplomasi "Lenso Bengawan Solo". Dalam diplomasi itu, Megawati berhasil melobi Presiden Republik Rakyat Tiongkok, Jiang Zemin untuk membatalkan kerjasama dengan Rusia dan Australia demi Indonesia.

Dengan diplomasi itu, lahirlah proyek LNG Tangguh kerjasama antara Indonesia dan RRT. Megawati mengatakan, saat itu dia tengah bertemu dengan Jiang Zemin saat jamuan makan malam kenegaraan di Balai Rakyat Agung. Di acara itu, Presiden Tiongkok bertanya kepada Megawati apa kelebihan yang dia punya.

"Apakah Anda bisa bermain alat musik? Tidak. Apakah anda bisa bermain piano? Tidak," kata Megawati mengenang pertanyaan Jian Zemin di Universitas Padjajaran, Rabu (25/5/2016).

Pertanyaan terakhir, kata Megawati, dirinya ditanya apakah bisa berdansa. Akhirnya tak berpikir panjang Megawati mengatakan bisa.

"Ah sepertinya saya salah ngomong, bayangkan saat itu saya pakai kebaya dan sendal ibu-ibu yang berhak tinggi," ujar Megawati.


Kemudian, Jiang Zemin mengajak Megawati berdansa. Tak lama kemudian, Presiden RRT itu juga bertanya kepada Megawati apakah bisa bernyanyi "Bengawan Solo". "Lalu saya bilang bisa, yah sudah telanjur," ujar Mega.

Peristiwa itulah, kata Megawati yang membuat RRT membatalkan kerja sama dengan Rusia dan Australia. Saat itu, kata Megawati, tidak ada satu pun negara yang mau membeli gas Indonesia, termasuk Tiongkok.

Saat itu, Tiongkok tengah berencana membangun kerja sama dengan Rusia dan Australia untuk membangun pipa gas ke negara tersebut.

"Saya akhirnya memutuskan untuk melakukan lobi diplomatik "Lenso Bengawan Solo” secara langsung dengan Presiden RRT, Jiang Zemin," ujar putri Presiden Pertama RI Sukarno.

Dengan diplomasi dansa itu, akhirnya, RRT membatalkan kerja sama dengan Rusia dan Australia dan memilih bekerja sama dengan Indonesia.

Selain itu, kerja sama lain adalah RRT harus memberi bantuan diplomasi di forum internasional atas kedaulatan Indonesia. Kemudian RRT menanamkan investasi dalam bentuk megaproyek padat karya seperti Jembatan Suramadu, Jembatan Selat Sunda, Pelabuhan di Papua, membantu pembangunan pembangkit listrik 10.000 Megawatt, dan jalan ke desa sepanjang 5000 kilometer.

"Selain itu. ada nilai solidaritas internasional, yaitu lndonesia dari hasil penjualan gas Tangguh, kita dapat membantu rakyat Korea Utara yang sedang tertimpa bencana kelaparan," ujar Megawati.

Kerjasama tersebut, kata Mega melibatkan bank milik Pemerintah RRT, bukan bank swasta.

'Hal lain yang selalu saya tekankan, bahwa semua pembangunan harus melalui uji kelayakan, Amdal, serta memperhitungkan keuntungan secara ekonomi dan sosial bagi rakyat lndonesia. tanpa mengorbankan kedaulatan politik dan ekonomi bangsa lndonesia," tutup Megawati.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya