Liputan6.com, Jakarta - Badan Narkotika Nasional (BNN) meringkus warga negara asing (WNA) asal Taiwan di Apartemen Mediterania, Gajah Mada, Jakarta Barat, Sabtu 30 Juli 2016.
WNA berinisial L alias Acay tersebut merupakan kurir sabu jaringan Tiongkok, yang berhasil menyelundupkan sabu dengan berat 15 kg ke Indonesia. Kepala BNN Komisaris Jenderal Budi Waseso mengatakan, Acay ternyata telah enam kali mondar-mandir ke Indonesia. Berbekal paspor dan visa wisata, dia bahkan beberapa kali mampir ke Singapura untuk bertransaksi sabu.
Baca Juga
"Dia sempat ke Singapura. Ini kami sita juga dolar Taiwan, dolar Singapura, dan dolar Hong Kong. Diduga dia sempat bertransaksi di negara-negara itu," tutur pria yang akrab disapa Buwas itu di kantornya, Jalan MT Haryono, Cawang, Jakarta Timur, Selasa (2/8/2016).
Advertisement
Mantan Kabareskrim itu menjelaskan, Acay mendapatkan upah 50 ribu dolar Taiwan, setiap kali mengirim sabu ke Indonesia. "Sudah enam kali. Upah 50 ribu dolar Taiwan dan masih didalami," sambung Buwas.
Sementara, barang haram tersebut diduga masuk ke Indonesia melalui jalur laut. Acay juga ternyata baru beberapa hari tinggal di Apartemen Mediterania Gajah Mada.
Guna mempertanggungjawabkan perbuatannya, Acay dijerat dengan Pasal 114 ayat 2 atau Pasal 112 ayat 2 UU Nomor 39 Tahun 2009 tentang Narkotika. Dia terancam pidana seumur hidup dan maksimal hukuman mati.
Jaringan Tiongkok
Terkait banyaknya penyelundupan sabu dari Tiongkok, Buwas mengatakan, pihaknya sudah mempunyai kerja sama dengan badan narkotika di negara lain, termasuk Tiongkok.
"Tim koordinasi ke sana (Tiongkok) untuk evaluasi. Itu akan kita bicarakan penanganannya ke depan seperti apa," tutur dia.
Tak hanya Acay, gembong narkoba Freddy Budiman juga mengakui memiliki bos dan membeli sabu asal Tiongkok. Hal itu berdasarkan catatan Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras) Haris Azhar, melalui akun Facebook-nya.
Dalam tulisan yang kini menjadi viral itu, Freddy juga mengaku pernah dibawa BNN mengunjungi pabrik narkoba di Tiongkok.
Sementara, Deputi Bidang Pemberantas BNN Inspektur Jenderal Arman Depari menjelaskan, sampai saat ini pihaknya belum mengetahui siapa bos Freddy sebenarnya. BNN masih menelusuri kebenaran pengakuan Freddy yang ditulis Haris.
"Kalau bosnya ini kita juga belum tahu. Kita selalu koordinasi (dengan aparat Tiongkok), dalam waktu dekat kita akan berbicara di sana," Arman menandaskan.