Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi tak ingin anak bangsa berprestasi terus-menerus ditelantarkan. Mereka harus mendapat perhatian dari pemerintah sehingga memiliki tempat di negara sendiri.
"Saya tidak mau yang berprestasi di negara kita justru karena kita tidak ambil, tidak manfaatkan, justru digunakan oleh negara lain. Atau karena situasi di negara kita yang tak mendukung orang berprestasi lari ke negara lain," ujar Jokowi saat jamuan makan siang dengan para warga teladan dan siswa berprestasi di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (18/8/2016).
Baca Juga
Jokowi sadar, saat ini persaingan antarnegara sangat tinggi. Bila tidak memperbaiki kualitas dalam negeri, bukan tidak mungkin akan kalah, termasuk warga berprestasi beralih ke negara lain.
Advertisement
"Kita harus hargai orang yang berprestasi. Kita harus mulai beri penghargaan ke orang yang mau kerja keras. Bukan gaduh terus," pungkas Jokowi.
Sambutan Presiden kali ini sangat dekat dengan permasalahan kewarganegaraan yang muncul di lingkungan istana. Pertama mantan Menteri ESDM Arcandra Tahar yang diduga memiliki paspor Amerika Serikat (AS) dan Indonesia.
Selain itu, ada anggota Paksibraka Gloria Natapradja Hammel yang nyaris tak bisa ikut dalam prosesi upacara karena memiliki paspor Prancis. Pada sisi lain, keduanya dinilai memiliki prestasi dan kemampuan mumpuni yang sangat bermanfaat untuk Indonesia.
Gloria dan Arcandra
Gloria Natapradja Hamel tak kuasa menahan tangis. Terik matahari dan lelah yang selama ini menyengat tubuh gadis itu seakan lenyap tergantikan dengan perasaan kecewa. Ia kecewa lantaran cintanya terganjal persoalan kewarganegaraan.
Bukan karena Gloria melakukan kesalahan, melainkan karena status kewarganegaraannya. Gloria, yang berayahkan seorang seniman dari Prancis dan ibu orang Indonesia, memegang paspor Prancis. Padahal cuma satu langkah lagi, dia bisa mengibarkan bendera Merah Putih di Istana Merdeka, Jakarta pada 17 Agustus sebagai anggota Paskibraka.
Tak cuma Gloria yang terganjal persoalan kewarganegaraan. Persoalan serupa juga terjadi pada seorang ‎Arcandra Tahar yang berstatus Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Padahal belum genap sebulan dia duduki kursi itu.
Namun tak peduli seberapa kencang angin menggoyang, Gloria dan Arcandra mengaku masih warga negara Indonesia (WNI).
Advertisement