Liputan6.com, Jakarta - Mantan Menteri Agama Maftuh Basyuni meninggal dunia di Jakarta. Almarhum diketahui telah lama bertarung melawan penyakit kanker paru-paru yang dideritanya sejak beberapa tahun lalu.
"Sakit kanker paru sudah stadium 4. Sudah beberapa setahun terakhir ini taunya dan sudah menyebar," tutur adik ipar almarhum, Adib saifuddin di rumah duka, Jalan Pengadegan Barat No. 12, Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa 20 September 2016 malam.Â
Pria berusia 58 tahun itu mengatakan, sang mantan Menag itu meninggal di usianya yang masuk kepala tujuh, yakni 77 tahun. Upaya pengobatan sebelumnya sudah dilakukan oleh keluarga.
Advertisement
Adib menyebut, almarhum sempat dibawa ke Kuala Lumpur, Malaysia untuk perawatan selama tiga minggu. Kemudian, saat kembali ke Jakarta, almarhum mulai susah untuk makan.
"Pertama-tama dibawa ke rumah sakit Dharmais. Dari sana ada pengobatan lain dibawa ke Kuala Lumpur tiga minggu. Sampai di sana, kemudian kembali lagi ke sini tidak mau makan. Karena tidak mau makan 3 hari di sini, jadi oleh Ibu Wiwik Basyuni (istri almarhum) dibawa ke RSPAD," terang Adib.
Pada akhirnya, Maftuh Basyuni menghembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto.
"Jam 18.51 WIB wafat. Tidak ada tanda-tanda kritis," pungkas Adib.
Pantauan Liputan6.com, malam ini sejumlah keluarga dan kolega turut menghadiri acara tahlilan, setelah jenazah tiba di rumah duka. Tampak Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin berada di tengah-tengah para pemanjat doa yang dihaturkan kepada almarhum.
Sempat Takut Sebelum Wafat
Adik ipar Maftuh Basuni, Adib Saifuddin menyatakan sang kakak sempat berujar dirinya takut mati saat masih dirawat di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Jakarta Pusat.
"Dia sempat ngomong sama saya. 'Dek saya takut mati'. Takut kenapa mas? Mas Maftuh ini kan umur sudah 77. Mas Maftuh ini kalau timbangan (pahala) ini sudah banyak surplusnya," tutur Adib.
Takutnya Maftuh bukan tanpa alasan. Almarhum merasa, hingga masa dia menuju peristirahatan terakhir, dia masih memiliki hutang.
"Saya masih punya hutang dengan mertua saya. Hutang apa? Hutang mau mengajak mertua umrah," beber dia menggambarkan tanya jawabnya dengan almarhum.
Di luar itu, Adib menjelaskan bahwa sang kakak ipar memang sudah menunggu pertemuannya dengan Sang Pencipta. Hanya perasaan mengganjal tersebut yang membuat dia berat.
"Pak Maftuh ini kita sangat kehilangan. Tapi Pak Maftuh menyambut (kematian) ini dengan meninggalkan rasa suka cita. Beliau senang karena ingin bertemu dengan Sang Khalik," pungkas Adib.