Dari Mana Anggaran untuk Imbalan Basmi Tikus?

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan memberikan imbalan sebesar Rp 20.000 perekor bagi warga yang berhasil menangkap tikus.

oleh Delvira Hutabarat diperbarui 20 Okt 2016, 13:15 WIB
Diterbitkan 20 Okt 2016, 13:15 WIB
Tangkap Tikus
Bocah-bocah berusaha menangkap tikus di Yogyakarta (Liputan6.com / Switzy Sabandar)

Liputan6.com, Jakarta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan memberikan imbalan sebesar Rp 20.000 perekor bagi warga yang berhasil menangkap tikus.

Dari mana dana itu?

Wakil Gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat mengatakan, imbalan Rp 20.000 per ekor bagi penangkap tikus sudah dianggarkan. Djarot menjelaskan ada anggaraan sebesar Rp 80 juta dari Biro Umum untuk pembasmian hama.

"Rp 80 juta itu yang ada di Biro Umum. Kita cek.‎ Bayangin kalau Rp 80 juta, belum lagi dari Dinas Kelautan Pertanian. Maka kita sisir mana yang memungkinkan untuk pembasmian hama," ujar Djarot di Balai Kota Jakarta, Kamis (20/10/2016).

Djarot membantah jika program berburu tikus Ibu Kota itu hanya menghabiskan anggaran.

"Enggak mahal kok. Bayangkan, kalau Rp 80 juta saja sebagai gambaran, itu setara dengan 40 ribu tikus. Akeh (banyak) banget itu," tambah Djarot.

Djarot menyebut, belum dapat memastikan kapan gerakan itu dapat dimulai. Meski demikian dia berharap warga dapat membasmi tikus secara mandiri.

"Mulainya kita koordinasikan dulu. Protapnya selesai, baru nanti disosialisasikan melalui kelurahan supaya mereka tau bagaimana mekanismenya. Kita uji coba tahun ini. Kalau bagus tahun depan kita lanjutkan," ucap dia.

Djarot pun kembali menegaskan, gerakan basmi tikus tak ada kaitannya dengan kampanye.

"Kampanyenya adalah kampanye pembasmian pada hama. Kampanye anti tikus," ujar dia.

Selain gerakan untuk membasmi tikus sungguhan, gerakan ini juga dilakukan untuk menyindir dan membasmi para tikus berdasi atau koruptor.

"Misinya itu (basmi tikus dasi) makanya kamu jangan yang kamu tangkap noise-nya dong. Tapi voice-nya yang kamu tangkap. Ini kan warning, jangankan tikus di kantor, tikus sungguhan pun harus kita basmi," ujarnya

Jika tikus di Balai Kota, kata Djarot, pihaknya sudah membersihkan secara profesional dan konsisten.

"Pemerintahan kita itu melayani dengan hati, bersih. Maka untuk teman di birokrasi ada kebijakan gaji kita naikan, supaya enggak ada tikus. Yang paling bahaya itu tikus kepala hitam. Karena dia makan apapun juga. Aspal dia makan, alat berat dia makan, solar juga dia makan itu juga harus kita berantas," tandas Djarot.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya