Gelar Diskusi, OASE KIM Dorong Peran Ibu dalam Upaya Ketahanan Energi Hadapi Tantangan Pemanasan Global

Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Indonesia Maju (OASE KIM) menyelenggarakan acara 'Ngobrol Bareng Penghematan Energi di Lingkup Rumah Tangga' bekerja sama dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).

oleh Liputan6.com diperbarui 28 Nov 2023, 18:57 WIB
Diterbitkan 27 Nov 2023, 20:07 WIB
Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Indonesia Maju (OASE KIM) menyelenggarakan acara 'Ngobrol Bareng Penghematan Energi di Lingkup Rumah Tangga'.
Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Indonesia Maju (OASE KIM) menyelenggarakan acara 'Ngobrol Bareng Penghematan Energi di Lingkup Rumah Tangga' bekerja sama dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). (Ist)

Liputan6.com, Jakarta - Saat ini dunia tengah menghadapi tantangan pemanasan global, polusi udara dan emisi yang dihasilkan dari aktivitas manusia telah mencapai level yang mengkhawatirkan.

Untuk meningkatkan kesadaran dan memperkuat sinergi dalam menangani tantangan tersebut, Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Indonesia Maju (OASE KIM) menyelenggarakan acara 'Ngobrol Bareng Penghematan Energi di Lingkup Rumah Tangga' bekerja sama dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengaku bangga atas antusiasme ibu-ibu anggota OASE KIM dan PKK yang ikut serta dalam usaha ketahanan energi dan penanggulangan permasalahan lingkungan.

Dia pun mengajak para ibu untuk peduli terhadap ketahanan energi dan dapat memanfaatkan energi dengan optimal.

"Kalau hanya Bapak-Bapak saja, progressnya pasti lama, tapi dengan bantuan Ibu-Ibu Insya Allah semuanya bisa dipercepat, karena pengaruh Ibu-Ibu itu sangat luar biasa. Kita harus concern dengan ketahanan energi kita. Bagaimana kita bisa memanfaatkan energi ini seoptimal mungkin, sehingga keberadaan energi itu akan selalu bersama-sama kita. Kalau kita boros, nanti cepat habis, biaya energi menjadi mahal, dan ongkos kesehatan menjadi sangat tinggi," ujar Arifin di Kantor Kementerian ESDM yang disampaikan melalui keterangan tertulis, Senin (27/11/2023).

Dia menjelaskan, Kementerian ESDM memiliki berbagai program terkait ketahanan energi. Salah satunya, kata Arifin, adalah program konversi sambungan gas ke perumahan.

"Program ini diharapkan dapat mengurangi impor Liquefied Petroleum Gas (LPG). Saat ini 70 persen LPG yang dikonsumsi di Indonesia berasal dari impor," terang dia.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Upaya yang Dilakukan Pemerintah

SKK Migas-KKKS Gelorakan Industri Hulu Migas Saat Pandemi Covid-19
Pengelolaan Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi yaitu Satuan Kerja Khuhsus Pelaksanaan Kegiatan Usaha Hulu Migas dan Gas Bumi (SKK Migas) (Dok. SKK Migas Sumbagsel / Nefri Inge)

Arifin menyebut, pemerintah pun berupaya untuk mengoptimalisasi produksi gas dalam negeri supaya dapat menjadi tulang punggung ketahanan energi di masa depan.

"Kita sekarang sedang berupaya mengoptimumkan produksi gas dalam negeri. Banyak sumber-sumber baru yang berpotensi dan bisa dimanfaatkan. Tapi satu sumber ini kalau sudah ditemukan subernya paling cepat 7 tahun baru bisa keluar, karena dibor dulu, dipasang infrastrukturnya, butuh upaya dan butuh waktu. Tapi gas inilah yang akan kita pakai menjadi backbone kita, untuk bisa memperpanjang keberadaan energi," papar dia.

Selain itu, lanjut Arifin, pemanfaatan energi surya juga dilakukan dengan pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap di rumah tangga.

Dia mengatakan, pengembangan PLTS Atap dinilai dapat menghemat konsumi dan biaya listrik. Selain itu, lanjut Arifin, program pengelolaan sampah juga perlu dilakukan dan didorong. Di sini, peran ibu-ibu sangat penting.

"Kita punya program pengelolaan sampah, sampah ini banyak di rumah tangga. Bagaimana kita bisa membudayakan pemisahan sampah di rumah antara organik dan non organik. Karena kalau ini dimulai dari muaranya, Insya Allah nanti pengolahannya di tempat pembuangan akhir lebih memudahkan. Jadi bisa dipisah dari rumah. Ini di beberapa sudah dilakukan, di Indonesia belum. Inilah butuh peran ibu-ibu di rumah," tandas Arifin.

 


Ibu Rumah Tangga Miliki Peran Besar

Sumber migas
PT Pertamina Hulu Energi (PHE) menjalankan strategi operasi masif dan agresif melalui keberhasilan sejumlah pengeboran eksplorasi yang menghasilkan penambahan sumber daya 2C terambil sebesar 144 MMBO untuk minyak dan 931 BCFG untuk gas.

Sementara itu, Ketua Umum OASE KIM dan Ketua Umum Penggerak PKK Tri Tito Karnavian menyampaikan ibu rumah tangga memiliki peran yang besar untuk menurunkan ancaman lingkungan, terutama untuk pemanasan global. Karena umumnya ibu-ibu yang berperan dalam mengatur energi yang digunakan di rumah tangga.

"Ini upaya kita bersama untuk mewariskan dunia yang lebih baik kepada generasi muda dengan sama-sama kita menghemat energi. Mari ibu-ibu semua, kalau satu rumah tangga bisa menghemat energi atau pun menghemat emisi karbon 100 kilogram selama satu tahun, kalau 1 juta rumah tangga maka akan ada 100 juta kg emisi karbon yang dikurangi untuk melindungi lingkungan hidup kita," tandas Tri.

Kemudian, Ketua Bidang V Indonesia Hijau OASE KIM Ratna Arifin Tasrif juga mengajak para ibu untuk menggunakan energi secara bijak. Dia mengatakan, perempuan berperan penting sebagai tenaga pendidik di rumah untuk menanamkan kepada keluarga pentingnya memelihara lingkungan.

"Sebagai bagian dari upaya bersama dalam meminimalisasi dampak negatif dari polusi udara terhadap lingkungan di sekitar kita, kami ingin mengajak kaum perempuan, khususnya ibu rumah tangga, untuk bersama-sama bijak dalam menggunakan energi," ujar Ratna.

 


Upaya Bersama Turunkan Emisi

Gas Rumah Kaca
Ilustrasi Gas Rumah Kaca Credit: pixabay

Direktur Aneka Energi Baru Terbarukan Andriah Feby Misna dalam paparannya menyampaikan, rumah tangga menempati urutan ketiga dalam konsumsi energi, dengan prosentase 12,9%, di bawah konsumsi energi pada sektor industri dan transportasi.

"Meskipun hanya 12,9% tetapi kalau kita bisa melakukan upaya secara bersama-sama untuk bisa menurunkan emisi, maka ini juga akan berdampak sangat signifikan untuk pencapaian target kita dan juga menciptakan dunia yang lebih bersih," kata Feby.

Pemasangan PLTS Atap dapat menjadi salah satu solusi untuk penurunan emisi karbon di rumah tangga. Dengan memasang PLTS Atap, selain dapat menghemat tagihan listrik, juga dapat berkontribusi terhadap penurunan emisi karbon dan penggunaan Energi Terbarukan.

"Kalau kita melihat manfaat yang kita dapat, kalau kita menggunakan PLTS dengan kapasitas 10 kWp akan bisa menurunkan emisi gas rumah kaca setiap tahunnya yang setara dengan penggunaan 5.148 liter bensin dan 5.993 kg batubara. Memang cukup banyak manfaat penggunaan PLTS atap dalam rangka kita menurunkan emisi dan menghemat pendanaan," pungkas Feby.

Infografis Rencana Migrasi Kompor Gas LPG 3 Kg ke Kompor Listrik Induksi. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Rencana Migrasi Kompor Gas LPG 3 Kg ke Kompor Listrik Induksi. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya