Jokowi: Ada Penyanderaan, Keamanan Perairan Sabah Tak Mudah

Jokowi mengerti desakan dari masyarakat terutama warga Kalimantan sangat besar agar pemerintah segera bertindak untuk membebaskan sandera.

oleh Ahmad Romadoni diperbarui 05 Des 2016, 14:24 WIB
Diterbitkan 05 Des 2016, 14:24 WIB
20161024-Jokowi-Rakor-dengan-Perwira-TNI-Polri-Jakarta-FF
Presiden Joko Widodo. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Balikpapan - Presiden Jokowi memastikan kerja sama patroli bersama Indonesia, Malaysia, dan Filipina tetap berjalan baik. Hanya saja, masih ada masalah yang harus diselesaikan sehingga penyanderaan masih terjadi.

"Ya berjalan hanya memang patroli bersama ini berjalan hanya memang sekarang problemnya justru di wilayah lain yang sandera itu diambil," kata Jokowi di Balikpapan Sport and Convention Hall, Balikpapan, Kalimantan Timur, Senin (5/12/2016).

Jokowi meyakinkan, masyarakat tidak perlu khawatir dengan komitmen kerja sama yang sudah terjalin ketiga negara. Pertemuan di Yogyakarta, Filipina, dan Kuala Lumpur Malaysia sudah cukup untuk meneguhkan kesungguhan ketiga negara tidak perlu diragukan.

Jokowi mengatakan, pemerintah mengerti desakan dari masyarakat terutama warga Kalimantan sangat besar agar pemerintah segera bertindak untuk membebaskan sandera. Tapi, ada beberapa hal yang tidak diketahui masyarakat terutama soal kendala yang dihadapi.

"Kita tahu kita ngerti. Yang dibebaskan juga banyak tapi ada problem apa tambahan seperti itu, terus dan lapangannya tidak semudah yang kita bayangkan," pungkas Jokowi.

Dua Anak Buah Kapal (ABK) asal Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, yang disandera kelompok bersenjata di perairan Sabah, Malaysia. Kabid Humas Polda Sulbar AKBP Mashura menerangkan, peristiwa penyanderaan dua WNI asal Sulbar ini terjadi Sabtu 19 November 2016 di perairan Sabah Malaysia.

Mashura menjelaskan penyanderaan keduanya terjadi ketika kapal yang berbendera Malaysia dan dinakhodai Saparuddin sedang lepas jangkar di perairan Sabah, Malaysia. Tiba-tiba, sebuah kapal menghadang dan sekitar lima orang bertopeng bersenjata menaiki kapal dan menanyakan keberadaan kapten kapal.

Sebelum kejadian ini, pada 5 November 2016 lalu, penculikan menimpa dua nakhoda Indonesia asal Buton. Menurut juru bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Arrmanatha Nasir, tempat kejadian penculikan WNI pertama dan kedua hampir berdekatan, yaitu di Laut Sabah.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya