Liputan6.com, Jakarta - Gerakan basmi tikus di Ibu Kota masih terus digalakan. Ratusan warga Jalan Batong II RW 06, Kelurahan Cilandak Barat, Cilandak, Jakarta Selatan pun mengikuti operasi tangkap tikus (OTT), Senin 5 Desember 2016 malam.
Dipimpin langsung oleh Wali Kota Jakarta Selatan Tri Kurniadi, OTT ini menangkap 30 tikus dari permukiman warga. Puluhan hewan pengerat yang ditangkap itu selanjutnya diuangkan seharga Rp 20 ribu per ekor.
Menurut Tri, tikus menimbulkan kesan kumuh. Tikus merupakan hewan penyebar penyakit mematikan, di antaranya leptospirosis, yang penularannya berasal dari kencing tikus.
Advertisement
Tri mengatakan, bakteri leptospira dapat masuk melalui kulit yang luka, jika terkena genangan air yang telah terpapar kencing tikus. Jika tidak segera ditangani bisa menyebabkan kematian.
"Banjir dan genangan yang rentan saat curah hujan tinggi menjadi media penularan leptospirosis kepada manusia," kata dia seperti dikutip dari beritajakarta.
Puluhan tikus yang ditangkap tersebut dimusnahkan dengan teknik fumigasi atau memasukan pestisida gas atau asap ke dalam ruang tertutup.
Tri menjelaskan, kegiatan ini bertujuan untuk mengedukasi sekaligus memacu masyarakat agar berburu tikus, karena keberadaan hewan ini mengancam kesehatan manusia.
"Peran pemerintah memacu masyarakat supaya tikus jangan merajelela dan perlu dibasmi. 10 kecamatan melakukan hal yang sama. Terjadwal, tergantung kesiapan kecamatan masing-masing. Kebayoran Lama, Tebet, dan Cilandak sudah," Tri menandaskan.
Leptospirosis
Leptospirosis disebabkan oleh infeksi bakteri leptospira yang dibawa
oleh hewan-hewan tertentu. Leptospira adalah organisme yang hidup di perairan air tawar, tanah basah, lumpur, dan tumbuh-tumbuhan.
Bakteri ini dapat dapat menyebar melalui banjir. Hewan pembawa bakteri leptospira umumnya tidak memiliki tanda-tanda sedang mengidap leptospirosis karena bakteri ini dapat keluar melalui urine mereka.
Keluarnya bakteri melalui urine hewan liar maupun hewan piaraan yang terinfeksi dapat berlangsung secara terus menerus, atau hanya sesekali selama beberapa bulan hingga beberapa tahun. Bakteri yang kemudian masuk ke air atau tanah ini bisa bertahan hingga beberapa minggu hingga berbulan-bulan.