Liputan6.com, Padang - Meski hanya berjarak lima menit dari RSUD Pidie Jaya menuju Sigli, 700 jiwa korban gempa Aceh di tiga dusun terpaksa tidur beralas terpal dan beratap langit. Rumah mereka runtuh dan retak. Namun, hanya ada satu tenda milik BNPB yang berdiri di depan kantor PLN Cabang Sigli.
"Kami sudah minta tenda sejak kemarin, katanya bakal datang, tapi sampai malam ini masih belum ada," ujar Zakaria, kepala Dusun Masjid Desa Teupian Peurahu pada Liputan6.com di lokasi, Kamis (8/12/2016) malam.
Baca Juga
Warga Desa Teupian Peurahu, Aceh, yang berjumlah 700 orang itu bahkan baru makan pada pukul 20.00 WIB. Mereka belum mendapatkan logistik yang mencukupi.
Advertisement
"Tadi pagi saya yang jemput nasi bungkus ke lapangan dekat Pasar Meureudu, tapi ndak cukup, siang sudah tak ada," lanjut Zakaria.
Sementara di sepanjang jalan lintas Medan-Banda Aceh, posko-posko yang memasang bendera partai, ormas, perkumpulan dokter, dan bahkan posko-posko milik berbagai produk komersial sudah berdiri. Meski demikian, ratusan pengungsi ini hanya mendapatkan beberapa dus mi instan.
"Beras tiga sak (karung ukuran 10 liter) itu saja, kami sudah katakan ada 700 orang di sini," kata Zakaria sembari menunjukkan catatan jumlah warganya.
Zakaria meminta agar posko-posko yang ada segera memberikan bantuan pada mereka. Ratusan warga korban gempa Aceh yang didominasi anak-anak itu, terpaksa melawan dinginnya angin malam dan gigitan nyamuk dengan pakaian seadanya.
Mereka mendirikan tenda alakadarnya di sebuah bekas reruntuhan rumah warga yang berada tepat di tepi jalan. Ada satu dapur umum di sana. Namun, mereka hanya memasak mi instan.
"Kami butuh selimut, tenda besar tiga, beras, telur, dan pakaian bersih bagi anak-anak," ucap Zakaria.